Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biasakan untuk Tidak Menyusahkan Orang Lain

7 Januari 2025   09:20 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pbs.twimg.com/media/DuNGFwdWoAA2cHy.jpg

Salah satu kutipan inspirasi yang dapat kita jadikan sebagai acuan dalam hidup sehari-hari adalah pernyataan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Persisnya pada sambutannya dalam acara pelantikan pengurus IPSI Jawa Tengah (Jateng) dan IPSI Yogyakarta di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (9/10/2022). Ini dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) pada saat itu.

Prabowo mengatakan bahwa jiwa seorang pendekar sejatinya adalah untuk membantu. Dia mewanti-wanti jika tidak bisa membantu, minimal jangan membuat orang lain susah.

"Pendekar kalau tidak bisa membantu banyak orang, bantu beberapa orang. Tidak bisa bantu beberapa orang, bantu satu orang. Tidak bisa bantu satu orang, jangan bikin orang lain susah," ujarnya.

Ini kiranya dapat menjadi acuan untuk memulai awal tahun 2025. Harapannya adalah di tahun 2025 ini, sebagai warga negara dapat berjuang ekstra untuk berbagi kebaikan bagi semua orang, teristimewa bagi sesama yang berkekurangan di sekitar kita.

Memang harus disadari dengan pasti bahwa lingkungan dan orang-orang di sekitar kita, banyak yang bersikap dan berperilaku menyusahkan orang lain. Atau yang lebih dahsyat dari itu adalah menjadi teramat senang dan bahagia bila dapat membuat orang lain menderita.

Pada aspek lain, ada pula kecenderungan untuk membuat orang lain bergantung dan mengemis kepadanya. Dengan itu berarti menciptakan ketergantungan dan membuat dirinya seolah-olah penting dengan menindas orang lain.

Kiranya ini berlaku baik dalam lingkup pergaulan yang terbatas, maupun dalam lingkup pergaulan yang lebih luas, baik dalam lingkup pergaulan sehari-hari maupun dalam lingkup sosial, politik, dan birokrasi.

Catatan ini menjadi penting, "... kalau tidak bisa membantu banyak orang, bantu beberapa orang. Tidak bisa bantu beberapa orang, bantu satu orang. Tidak bisa bantu satu orang, jangan bikin orang lain susah".

Prinsip minimal adalah tidak menyusahkan orang lain, atau dengan perkataan lain susah melihat orang lain susah, bukan senang melihat orang lain susah. Atau yang lainnya adalah tertawa bersama orang yang tertawa, menangis bersama orang yang menangis; bukan tertawa ketika orang lain sedang menangis.

Satu kepastian akan terwujud manakala setiap orang berlomba-lomba untuk tidak menyusahkan orang lain, maka yang akan terjadi adalah tidak ada penderitaan karena kesengajaan yang diciptakan. Bahkan ketika ada penderitaan karena ketidaksengajaan, maka akan ada segala upaya untuk meniadakannya dengan hati yang tulus dan jujur.

Ini menjadi prinsip moral dasar bagi setiap orang yang memiliki hati nurani. Hati nurani menjadi landasan untuk senantiasa bergembira dalam kegembiraan orang lain, dan menangis dalam penderitaan dan kemalangan orang lain. Tetapi jika sebaliknya yang terjadi, maka "hati" hanya seonggok daging tanpa simpati dan empati terhadap orang lain. Mereka ini dapat dikategorikan dalam kelompok psikopat.

Kiranya tidak ada kelompok psikopat di antara kita. Ini artinya kita mesti selalu tergugah dan terpanggil untuk membantu orang lain, atau minimal tidak membuat orang lain menderita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun