Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

MALU....? Mengapa Tidak Tahu Malu...?

12 Desember 2024   09:42 Diperbarui: 12 Desember 2024   09:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa malu adalah perasaan tidak enak hati. Perasaan ini akan timbul ketika melakukan sesuatu yang kurang baik, berbeda dengan kebiasaan, atau memiliki kekurangan. Rasa malu dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal yang baik dan menjauhi perbuatan jahat.

Memiliki rasa malu artinya sanggup menahan diri untuk melakukan suatu tindakan tercela dengan alasan takut akan celaan orang lain. Rasa malu selalu menjadi kekuatan pada diri seseorang untuk menyeleksi perbuatan yang pantas atau tidak pantas. Ketika tidak memiliki rasa malu, perilaku seseorang tidak terseleksi dengan benar sehingga apa saja yang diinginkan atau dikehendaki akan dijalankan tanpa pertimbangan moral.

Kiranya teramat penting selalu memiliki rasa malu. Tidak memiliki rasa malu akan membuat seseorang berbuat sesuka hati. Rasa malu selalu menjadi kekuatan pada diri seseorang untuk menyeleksi apakah suatu perbuatan pantas dilakukan atau tidak. Manakala seseorang tidak memiliki rasa malu, maka perilakunya tidak terseleksi, sehingga apa saja yang diinginkan atau dikehendaki akan dilakukan.

Seseorang yang tidak memiliki rasa malu adalah seseorang yang tidak merasa malu, kurang ajar, bermuka tebal, tidak tahu malu, sombong, kurang ajar, serta tidak terkekang oleh gagasan konvensional tentang perilaku yang baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas.

Beberapa orang mungkin tidak tahu malu karena kurangnya pemahaman akan norma sosial, sedangkan yang lain mungkin sengaja mengabaikan aturan atau norma karena alasan tertentu.

Dalam bahasa Inggris, ashamed atau malu diartikan dengan troubled by guilty feeling atau merasa terganggu adanya rasa bersalah. Bila seseorang tidak merasa terganggu saat melakukan kesalahan, apalagi kesalahan yang dapat berdampak pada orang banyak, mungkin harus memeriksakan kualitas iman dan hati nuraninya.

Orang yang demikian adalah orang yang tidak tahu malu. Mereka seharusnya malu atas perilaku mereka yang tidak dapat diterima oleh orang lain. Namun pada kenyataannya ada upaya yang tidak tahu malu untuk membungkamnya.

Ada beberapa faktor yang membuat seseorang tidak memiliki rasa malu:

Pertama, kurangnya kesadaran diri. Kesadaran diri berkaitan dengan ketidakpekaan terhadap perasaan, pemikiran, dan motivasi diri. Kurangnya kesadaran diri membuat seseorang kurang memperhatikan kondisi diri sendiri dan tidak mampu untuk merenungkan perasaan-perasaan  pribadi.

Kedua, pengalaman masa lalu. Ini bertalian dengan pengalaman traumatis atau kompleksitas latar belakang masa lalu, sehingga sulit untuk memahami diri sendiri.

Ketiga, ketidakpastian tentang masa depan. Ketidakyakinan akan masa depan dapat membuat seseorang kesulitan memahami diri sendiri, sehingga menjadi bingung tentang tujuan hidup dan menjadi sulit untuk mengambil keputusan yang tepat.

Keempat, pengaruh lingkungan. Lingkungan dapat memengaruhi pemahaman tentang diri sendiri. Teman, keluarga, dan budaya yang berbeda bisa memberikan tekanan atau harapan yang mungkin tidak sesuai dengan harapan atau keinginan pribadi. Pengaruh yang tidak sehat dapat membuat seseorang kehilangan rasa malu.

Dengan demikian menjadi penting untuk memahami diri sendiri melalui proses introspeksi dan refleksi diri yang terus-menerus. Jika seseorang merasa sulit untuk memahami diri sendiri, kiranya membutuhkan bantuan dari sumber yang dapat dipercaya seperti terapis, konselor, atau pembimbing rohani untuk membantu  memahami dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Harus dipahami bahwa setiap orang berpotensi kehilangan rasa malu. Kehilangan rasa malu tidak mengenal tingkat pendidikan, jabatan, kekayaan, umur, dan lain-lain. Bagi yang bersangkutan bisa saja akan memperoleh kesenangan, kebahagiaan, atau kepuasan; akan tetapi orang lain akan memberikan penilaian atau meresponsnya secara berbeda.

Sejatinya setiap orang, apalagi yang menyebut dirinya beragama, harus memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengannya memiliki rasa malu akan menjadi kekuatan bagi pilihan masa depan, membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang membawa aib bagi diri sendiri, keluarga, sahabat, dan Tuhan.

Rasa malu mengingatkan kita akan tanggung jawab untuk berelasi dan memperlakukan orang lain sebagai "saudara dan saudari", tanpa melihat latar belakangnya. Dan lebih dari itu, rasa malu akan membuat kita untuk menghormati martabat semua orang, tanpa keinginan mengeksploitasi dan memanipulasi orang lain, apalagi mereka yang tak berdaya dan tak berpengaruh.

Pada akhirnya, rasa malu juga akan memampukan kita untuk senantiasa mengevaluasi pikiran, tindakan, dan perasaan. Rasa malu akan mendorong kita untuk tidak  mementingkan diri dan senantiasa peduli kepada orang lain.

Kiranya yang selalu menyebut diri sebagai orang yang beragama, memiliki rasa malu. Ironis rasanya jika tidak memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan kekuatan untuk berpikir, berperasaan, dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan dan kebahagiaan sesama, tetapi bukan keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dengan membuat orang lain menderita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun