Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu Sri Mulyani dan Zakheus, "Quo Vadis Ecclesia?"

16 Oktober 2024   19:18 Diperbarui: 19 Oktober 2024   10:42 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pada kesempatan pertama harus saya katakan bahwa tulisan ini terinspirasi oleh akun youtube-nya Mas Ekker Saogo dalam link berikut ini, https://youtu.be/5Kq2Gv1Y13g?si=Vsy7IaopsCx9IIK7.  Ini juga menjadi bukti bahwa tulisan ini bersumber dari sebuah video yang dapat menjadi inspirasi bagi semua umat beragama bahwa ayat-ayat suci Kitab Suci dapat juga memberikan dampak positif bagi semua orang, atau bahwa ayat-ayat suci sejatinya harus bersifat universal karena bisa berdampak bagi semua orang.

Kita kembali ke topik tulisan ini, Ibu Sri Mulyani dan Zakheus, "Quo Vadis Ecclesia?" Hal yang menarik bahwa perikop Lukas menjadi inspirasi bagi ibu Sri Mulyani dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri Keuangan selama dua periode dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi.

Zakheus karena perjumpaannya dengan Yesus kemudian mengambil sikap radikal untuk memberikan setengah dari miliknya untuk orang-orang miskin dan bila ada yang diperas dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat, katanya, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang  kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" (Luk 19:8).

Ibu Sri Mulyani mengatakan bahwa perwujudan dari hal tersebut telah dibuat oleh pemerintah melalui pajak yang kemudian diberikan kepada orang-orang miskin dalam bentuk pemberian  subsidi kepada masyarakat tidak mampu.

Pada kenyataannya memang demikianlah yang terjadi selama masa pemerintahan Jokowi. Walaupun masih ada kritik karena tidak tepat sasaran, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah menikmati aneka subsidi dari pemerintah.

Dilansir dari hukumonline.com terdapat beragam bentuk subsidi antara lain subsidi BBM sebesar 14,930,70 ribu KL; LPG tabung 3 Kg sebesar 6,73 juta MT; subsidi listrik untuk 39,72 juta pelanggan (dengan volume konsumsi listrik sebesar 55,16 TWh); subsidi pupuk sebesar 5,71 juta ton; subsidi bunga kredit program sebesar Rp228,85 triliun; subsidi PSO (Public Service Obligation); dan subsidi Pajak DTP.

Tidak hanya itu saja, Ibu Sri Mulyani bahkan menekankan bahwa apa yang dibuat telah menjawab prinsip keadilan yang digaungkan oleh Paus Fransiskus. Ini sangat beralasan karena pemerintah memungut pajak dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada masyarakat miskin dalam bentuk subsidi. Yang berari bahwa semua orang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai warga Negara.

Ini menjadi sangat menarik bagi saya karena satu alasan bahwa seorang Ibu Sri Mulyani, yang nota bene-nya tidak beragama Kristen mampu mewujudkan prinsip Injili dalam bidang tugasnya sebagai Menteri Keuangan, maka pertanyaan mendasarnya apakah prinsip Injil untuk memberikan bantuan/pertolongan kepada orang-orang miskin telah menjadi prinsip Gereja atau tidak...?

Gereja selalu dengan prinsipnya untuk selalu bersama orang-orang miskin melalui slogannya "Preferential option for the poor", tetapi benarkah bahwa orang-orang miskin telah merasakan uluran kasih Yesus melalui Gereja atau bahkan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun