Â
Pada kesempatan pertama harus saya katakan bahwa tulisan ini terinspirasi oleh akun youtube-nya Mas Ekker Saogo dalam link berikut ini, https://youtu.be/5Kq2Gv1Y13g?si=Vsy7IaopsCx9IIK7. Â Ini juga menjadi bukti bahwa tulisan ini bersumber dari sebuah video yang dapat menjadi inspirasi bagi semua umat beragama bahwa ayat-ayat suci Kitab Suci dapat juga memberikan dampak positif bagi semua orang, atau bahwa ayat-ayat suci sejatinya harus bersifat universal karena bisa berdampak bagi semua orang.
Kita kembali ke topik tulisan ini, Ibu Sri Mulyani dan Zakheus, "Quo Vadis Ecclesia?" Hal yang menarik bahwa perikop Lukas menjadi inspirasi bagi ibu Sri Mulyani dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri Keuangan selama dua periode dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Zakheus karena perjumpaannya dengan Yesus kemudian mengambil sikap radikal untuk memberikan setengah dari miliknya untuk orang-orang miskin dan bila ada yang diperas dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat, katanya, "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang  kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" (Luk 19:8).
Ibu Sri Mulyani mengatakan bahwa perwujudan dari hal tersebut telah dibuat oleh pemerintah melalui pajak yang kemudian diberikan kepada orang-orang miskin dalam bentuk pemberian  subsidi kepada masyarakat tidak mampu.
Pada kenyataannya memang demikianlah yang terjadi selama masa pemerintahan Jokowi. Walaupun masih ada kritik karena tidak tepat sasaran, tetapi pada kenyataannya masyarakat telah menikmati aneka subsidi dari pemerintah.
Dilansir dari hukumonline.com terdapat beragam bentuk subsidi antara lain subsidi BBM sebesar 14,930,70 ribu KL; LPG tabung 3 Kg sebesar 6,73 juta MT; subsidi listrik untuk 39,72 juta pelanggan (dengan volume konsumsi listrik sebesar 55,16 TWh); subsidi pupuk sebesar 5,71 juta ton; subsidi bunga kredit program sebesar Rp228,85 triliun; subsidi PSO (Public Service Obligation); dan subsidi Pajak DTP.
Tidak hanya itu saja, Ibu Sri Mulyani bahkan menekankan bahwa apa yang dibuat telah menjawab prinsip keadilan yang digaungkan oleh Paus Fransiskus. Ini sangat beralasan karena pemerintah memungut pajak dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada masyarakat miskin dalam bentuk subsidi. Yang berari bahwa semua orang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai warga Negara.
Ini menjadi sangat menarik bagi saya karena satu alasan bahwa seorang Ibu Sri Mulyani, yang nota bene-nya tidak beragama Kristen mampu mewujudkan prinsip Injili dalam bidang tugasnya sebagai Menteri Keuangan, maka pertanyaan mendasarnya apakah prinsip Injil untuk memberikan bantuan/pertolongan kepada orang-orang miskin telah menjadi prinsip Gereja atau tidak...?
Gereja selalu dengan prinsipnya untuk selalu bersama orang-orang miskin melalui slogannya "Preferential option for the poor", tetapi benarkah bahwa orang-orang miskin telah merasakan uluran kasih Yesus melalui Gereja atau bahkan sebaliknya.