"Jangan menjauhkan anakmu. Â Apabila ia merasa ditolak, maka jiwanya akan terluka, akibatnya akan timbul kesulitan-kesulitan kepribadian yang sangat serius: perasaan takut, tidak aman, dan kurang percaya diri"
Di tengah kesibukan sehari-hari sangat diharapkan agar seorang ayah dapat hadir dan memberikan perhatian bagi anak-anaknya. Hal ini menjadi sebuah keharusan karena anak membutuhkan kehadiran figur seorang ayah.
Namun demikian, kehadiran seorang ayah dapat menjadi sebatas khayalan semata jika seorang ayah hanya hadir secara fisik semata. Anak akan menyadari ini karena secara naluriah mereka tahu bahwa sang ayah hanya hadir ketika makan, menonton TV, tidur dan lain-lain; tetapi tidak hadir secara nyata untuk mereka.
Ini artinya bahwa seorang ayah harus memiliki waktu khusus bagi anak-anak. Waktu khusus ini memungkinkan terjadinya dialog dan komunikasi.
Dalam konteks ini seorang ayah akan melatih anaknya untuk bertanya dan berbicara, serta menemukan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi anak, termasuk di dalamnya keberanian untuk mengambil keputusan atas hal yang dihadapi.
Patut disadari bahwa tanpa kehadiran, yang di dalamnya ada dialog dan komunikasi, yang terjadi adalah kehadiran yang semu. Seorang ayah yang tidak melibatkan diri dalam kehidupan anak-anak secara rohani sejatinya sudah mati walaupun masih hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H