Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih tentang Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia

19 September 2024   18:52 Diperbarui: 25 September 2024   10:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam lawatan apostoliknya ke Indonesia, pada 3-6 September 2024 yang lalu, Paus Fransiskus membawa pesan damai dalam balutan kesederhanaannya. Beberapa media menyoroti kesederhanaan Paus antara lain tidak menggunakan jet pribadi tetapi menggunakan pesawat komersial Alitalia, memilih menggunakan mobil Innova dengan duduk di sebelah sopir sambil menyapa dengan tulus dan wajah bahagia, mengenakan jam tangan analog hitam yang berharga seratus ribuan yang ber-merk Casio, dan menolak tidur di hotel berbintang serta lebih memilih tidur di Kedubes di Jln. Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

Bagi saya ini tentunya bukan hal yang baru, mengingat Paus Fransiskus adalah seorang Jesuit yang nota bene mengikrarkan Kaul Kemiskinan. Dengan demikian, kehadirannya dalam balutan kesederhanaan menjadi perwujudan dari penghayatan hidupnya sebagai seorang biarawan.

Namun demikian, ini menjadi pesan universal bagi segenap manusia yang sedemikian terobsesi dengan penampilan lahiriah yang serba mewah. Kenyataan ini sejatinya menampar dengan halus gaya hidup manusia dewasa ini yang cenderung berpenampilan mewah dan memamerkan kekayaan, tanpa kepedulian untuk berbagi dengan sesama yang miskin dan menderita.

Ini juga dapat menjadi ajakan bahwa hidup sederhana dapat menjadi gaya hidup semua orang. Kesederhanaan itu akan tampak dalam apa yang dikenakan, apa yang dimakan dan diminum, sederhana dalam memiliki sesuatu, sederhana dalam bertutur, juga sederhana dalam berpikir.

Sederhana sejatinya bukan hidup dalam kesusahan dan atau penderitaan. Sederhana berarti berkecukupan, dan tidak berlebihan. Serentak dengan itu juga berarti adanya kesediaan berbagi dengan sesama.

Ini artinya bahwa dengan merasa cukup, kita sudah merasa kaya sehingga tidak perlu lagi mencari secara berlebihan apalagi harus mengorbankan orang lain.

Kiranya pesan universal Paus Fransiskus dalam lawatannya ke Indonesia dapat menjadi contoh perilaku hidup sederhana bagi kita sekalian sebagai anak bangsa, teristimewa dalam kesediaan berbagi tanpa harus menumpuk harta dan kekayaan bagi diri sendiri dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun