Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup Layaknya Cuaca

2 September 2024   19:01 Diperbarui: 2 September 2024   20:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR83juhK10lJS8icwpmvpGCrOEuMwjkiOa-8g&s

Cuaca merupakan keadaan udara di atmosfer yang terjadi pada waktu serta tempat tertentu dan juga sifatnya tidak menentu serta berubah-ubah.

Istilah cuaca pada dasarnya mengacu pada kondisi sementara atmosfer, di mana lapisan udara kemudian mengelilingi planet bumi. Cuaca mencakup periode waktu tertentu yang menunjukkan gambaran fenomena yang khas seperti serangkaian badai petir di musim panas, bulan berkabut di musim gugur, ataupun kondisi cuaca lainnya.

Adapun unsur-unsur yang membentuk cuaca adalah radiasi matahari, suhu dan tekanan udara, kelembapan udara, awan, hujan, dan angin.

Lebih lanjut masih ada cuaca ekstrim yang menyebabkan bencana alam, mengubah tatanan sosial dan kematian. Ini biasanya terjadi dalam hitungan detik, jam, atau hitungan hari.

Demikian pula dengan kehidupan manusia. Kehidupan manusia layaknya cuaca. Hidup kita bisa dipengaruhi banyak faktor seperti keadaan diri sendiri dan situasi sosial tertentu. Dan bahkan kitapun bisa saja mengalami situasi kehidupan yang ekstrim layaknya cuaca.

Hidup kita mengalami naik dan turun, suka dan duka. Dan pada kenyataannya, peristiwa "turun" dan duka biasanya menghabiskan banyak waktu dan energi, sehingga kita lupa akan situasi "naik" dan peristiwa suka dalam hidup kita.

Bahkan ada situasi dalam mana kita memiliki kecenderungan membesar-besarkan situasi "turun" dan duka, sehingga kita lupa akan situasi gembira yang sudah kita alami.

Pemahaman tentang alam dan cuaca mengajarkan kita bahwa hidup kita layaknya cuaca. Sebuah kesadaran harus lahir dari dalam diri kita bahwa semua peristiwa "turun" dan duka bersifat sementara, serentak pula mengajarkan kita untuk tidak lupa bersyukur akan situasi "naik" dan suka dalam hidup kita.

Lebih lanjut kita mestinya belajar bahwa tidak ada sesuatu di bawah kolong langit ini yang bersifat tetap. Semuanya bisa berubah. Semuanya bisa sirna dan lenyap. Ini mengajarkan kita bahwa tidak ada duka dan kemalangan yang statis, dan tidak ada pula kegembiraan dan sukacita yang statis.

Mengakhiri tulisan ini saya mengutip Bob Garon dalam bukunya yang berjudul Facing Life's Problems, "Aku sekarang bisa mengumpamakan bahwa hidup ini ibarat cuaca. Ada malam gelap dan ada siang cerah. Kegelapan membantu saya untuk menghargai sinar terang. Ada sinar matahari dan ada hujan. Terlalu banyak sinar membuat bumi kering, pohon layu dan mati. Hujan dibutuhkan untuk membuat orang tumbuh dalam kebijaksanaan dan dalam kepribadian. Ada waktu tenang dan waktu badai. Waktu tenang memungkinkan orang untuk membangun, sedangkan badai menguji apa yang telah dibangun. Kalau aku mendapat serangan badai, aku bertindak seperti seorang pelaut. Aku pergi menantang badai dan berusaha untuk bertahan dengan penuh harapan, karena aku tahu angin ribut pada waktunya akan berhenti".

Dengan demikian yakinlah akan satu hal bahwa badai pasti akan berlalu. Serentak dengan itu yakinlah bahwa peristiwa "turun" dan duka hidup akan membuat kita semakin tangguh seperti seorang pelaut yang berani menantang badai.

Bukankah ujian kehidupan itu penting untuk menguji kesetian, kesabaran, iman, pengharapan, dan ketangguhan hidup? Mudah-mudahan kita terdapat setia, sabar, tetap beriman, tetap berpengharapan, dan tetap tangguh menghadapi "cuaca" buruk kehidupan kita masing-masing. Tuhan memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun