Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Negara Hukum: Tidak Taat Hukum

28 Agustus 2024   07:42 Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Retno Wulandari

Saya mengutip tulisan Joy Roesma dan Nadia Mulya, "Ini Rumah Kita" dalam Cerita Cita Indonesia. Adapun kutipan tersebut adalah "When in Rome, do as Romans do. When in Indonesia, break the rules as the Indonesian do".

Saya kira ungkapan ini ada benarnya, dan bukan itu saja, tetapi memang banyak benarnya.  Kita boleh berbeda pendapat dalam hal ini, tetapi mari kita simak kenyataan hidup sehari-hari dalam aneka level dan dimensi kehidupan sebagai sebuah bangsa.

Tak dapat dipungkiri bahwa selain menghasilkan banyak produk hukum,  negara ini juga kaya dengan slogan yang bermaksud membangun mentalitas para anak bangsa agar dapat bersikap dan bertindak dengan baik dan benar.

Kita amat biasa mendengar slogan,  "budaya tertib lalu lintas, budaya taat pajak, budaya antri, budaya disiplin, budaya anti korupsi, budaya malu, budaya bersih, budaya sehat, dan lain-lain".

Tetapi pada kenyataannya justru kebalikannya yang terjadi. Saking parahnya sampai-sampai ditiru dan diikuti oleh warga negara asing yang datang ke Indonesia.

Salah satu contohnya adalah mereka dengan bangganya bersepeda motor tanpa helm dan berani ngebut-ngebutan di jalan umum, layaknya warga negara Indonesia, karena kenyataan demikianlah yang mereka lihat dan alami.

Kita tentunya bertanya mengapa, tetapi jawabannya kembali ke para warga negara sendiri yang telah berbicara budaya tertib lalu lintas, tetapi pada kenyataannya menunjukkan sikap dan perilaku tidak tertib berlalu lintas.

Harus disadari bahwa hukum memang penting. Hukum dapat menjadi sarana yang ampuh untuk mengatur warga negara agar terciptalah keadilan, keamanan, dan ketertiban. Hukum penting untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Dan, hukum juga penting untuk menjaga keseimbangan kepentingan masyarakat, sehingga semua orang dapat merasakan keadilan.

Ini idealnya. Tetapi kenyataan di republik ini justru berbanding terbalik dengan yang seharusnya terjadi. Masyarakat kita masih sangat jauh dari prinsip-prinsip hukum, karena lebih sering melanggar hukum.

Dan ini sudah dimulai dari para elit di berbagai level kehidupan berbangsa dan bernegara. Peristiwa terakhir adalah  revisi UU Pilkada yang belum lama ini diwacanakan, tetapi pada akhirnya dibatalkan karena mengundang banyak kontroversi serta kritik, karena dianggap melanggar konstitusi.

Fakta membuktikan bahwa dengan banyaknya produk hukum yang telah dibuat, tetapi selalu ada cela yang "dibuat dan dicari" untuk melanggarnya.

Ini semua pada akhirnya menyadarkan kita bahwa hukum/undang-undang/aturan hanya berlaku untuk orang jahat. Orang baik tidak memerlukan hukum karena mereka telah berkesadaran.

Konsep ini memberi makna bahwa sebanyak apapun produk hukum yang dihasilkan, tetapi jika masyarakatnya tidak sadar hukum, maka yang terjadi adalah upaya untuk melanggar hukum.

Jika demikian yang terjadi, maka kita kembali pada ungkapan di awal tulisan ini, "When in Rome, do as Romans do. When in Indonesia, break the rules as the Indonesian do".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun