Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merubuhkan untuk Membangun

27 Agustus 2024   07:23 Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:45 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS27KYpjcTVd18FSGMhNiscToktp_FRhTApNw&s

Kita kiranya sepaham bahwa sesuatu yang baru tidak akan pernah ada atau tercapai tanpa adanya usaha atau upaya untuk menghilangkan atau bahkan melenyapkan sesuatu yang lama. Sesuatu yang lama biasanya telah kadaluarsa atau tidak selaras zaman lagi. Dan ini artinya menjadi penghambat bagi kemajuan atau penemuan akan sesuatu yang baru.

Sebagai sebuah contoh bahwasannya pemikiran yang baru tidak akan pernah ada, jika pemikiran yang lama tidak dimusnahkan.

Kenyataan historis dapat  membuktikan semuanya. Sebuah rumah baru akan terbangun jika didahului oleh upaya merobohkan rumah yang lama. Sebuah ideologi baru akan muncul jika lahir ideologi yang baru.

Berhadapan dengan perubahan, biasanya akan ada orang yang melihatnya sebagai sebuah ancaman bagi status quo mereka. Kenyataan ini biasanya akan ditolak, dan seiring berjalannya waktu kemudian akan diterima sebagai hal yang berguna dan menguntungkan bagi banyak orang.

Kita bisa merujuk konsep ini dalam Alkitab tentang "Yesus Menyucikan Bait Allah" dalam Yohanes bab 2 ayat 13 sampai 19.

Ketika memasuki Bait Allah,Yesus menyaksikan bahwa Bait Allah telah disalahfungsikan menjadi tempat berjualan lembu, kambing, domba, merpati. Selain itu menjadi tempat menukar uang.

Ini artinya bahwa Bait Allah menjadi tempat untuk mencari keuntungan bagi para pemegang kekuasaan. Yang terjadi adalah Yesus marah. Dia mengusir para penjual lembu, kambing, domba, dan merpati, serta menghaburkan uang dan membalikan meja.

Yesus menghendaki penghancuran total basis otoritas agama. Yesus mau membuka kenyataan terselubung, dimana hal-hal rohani dibungkus dalam praksis ekonomi yang menguntungkan segelintir orang, tetapi pada kenyataannya telah merugikan banyak orang.

Dan ini harus terjadi di Bait Allah. Kata-Nya, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali".

Kenyataan ini telah membuat para penguasa berang, terguncang, dan marah. Mereka merasakan kenyamanan mereka telah diruntuhkan.

Kisah ini hendak mengajarkan kita bahwasannya sesuatu yang baru akan terwujud bila sesuatu yang lama atau usang telah dimusnahkan. Tanpa pemusnahan terhadap sesuatu yang lama, maka sesuatu yang baru tidak akan pernah ada.

Demikian halnya dengan diri kita masing-masing. Diri yang baru tidak akan terlahir selama diri yang lama tidak dilenyapkan seutuhnya. Tanpa "kelahiran diri yang baru", ini layaknya ular berganti kulit. Seekor ular tetaplah seekor ular walaupun telah berganti kulit ratusan kali.

Jika kita menghendaki perubahan diri, maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah melenyapkan seutuhnya diri yang lama.

Mudah-mudahan kita bisa terlahir menjadi pribadi-pribadi baru, tetapi bukan hanya berubah rupa dengan tetap pada konsep diri yang lama seperti seekor ular yang telah berganti kulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun