Seorang sahabat bertutur, "Beberapa waktu yang lalu, saya sempat bertemu seorang sahabat lama. Kami telah berpisah dalam kurun waktu yang cukup lama, karena pernah berada pada satu tempat kerja yang sama".
"Kami lama bernostalgia tentang situasi masa silam di tempat kerja yang lama. Tetapi pada kenyataannya, setelah saya memutuskan untuk berpindah domisili, dia pun memutuskan hal yang sama. Kami kemudian bertemu pada momen yang tidak terduga".
Pada kesempatan yang sama, dia banyak bercerita tentang kondisi perusahaannya yang baru, yakni sebuah perusahaan swasta, dan saya hanya mendengar sambil beberapa kali menyela untuk mencari tahu lebih dalam tentang permasalahan yang diceritakannya.
Katanya, "Sekarang situasinya telah berubah. Saya bekerja di perusahaan yang faktanya jauh dari kata kondusif, layaknya jauh panggang dari api. Masing-masing orang bekerja dengan tujuan dan kemauannya sendiri. Tidak ada tujuan bersama yang menjadi prioritas, sehingga pada akhirnya semua orang berlomba-lomba bekerja demi uang".
Lebih lanjut dia mengatakan, "Hal lain yang lebih buruk dari itu adalah masing-masing orang saling "menjual" untuk memperoleh kedudukan. Amat sering terjadi membicarakan nama teman sekerja antara yang satu dengan yang lainnya".
"Dan teramat parah juga, orang-orang yang memegang jabatan strategis akan menjadikan dirinya "penting" sehingga tidak pernah mau mendengarkan usul dan saran pihak lain. Usul akan diterima bila ada keuntungan diri, dan selebihnya tidak atau akan didiamkan begitu saja. Mereka juga akan datang dan pergi dengan sesuka hatinya sehingga amat mengganggu proses dalam kebersamaan."
Mendengar kisah sang sahabat, saya hanya mengatakan demikian, "Kondisi di perusahaan, tempat kerjanya sekarang ini seperti mengurai benang kusut. Siapa pun pemimpin dan orang-orang baik yang bekerja di sana, akan terjebak dan terpola dengan sistem yang sudah rusak. Satu-satunya cara untuk memperbaiki kondisi yang ada adalah mengganti semua orang yang ada dengan orang-orang baru yang punya atensi dan intensi untuk kebaikan bersama".
Sang sahabat pun sebentar terdiam dan berkata, "Saya berpikir sepertinya harus demikian, kalau tidak hal yang lebih buruk pasti akan terjadi di kemudian hari".
Kami pun berpisah setelah menghabiskan beberapa batang rokok. Terselip pula nasihat untuk saling menguatkan satu sama lain.
Sambil melangkah perlahan menuju kendaraan masing-masing, teman lamaku masih mengatakan demikian,"Jangan sampai malaikat kecil menjadi setan di tempat yang busuk. Tetaplah menjadi lilin untuk menerangi kegelapan".Â