Kiranya banyak lagi realitas lain yang mengundang beragam pertanyaan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan ini menuntut sebuah jawaban dan perealisasian cinta yang benar dalam hidup sehari-hari.
Bila seorang pemuda mencintai seorang pemudi, tentu akan ada bela rasa dan pengertian yang mendalam. Mereka akan saling menerima dan mengerti satu sama lain. Mereka kemudian seia atau sekata untuk mengikat diri dalam komitmen seumur hidup. Dan dalam proses selanjutnya, mereka akan saling memberikan diri. Mereka akan saling menghidupkan dan menyuburkan satu sama lain, termasuk bagi anak yang lahir sebagai buah cinta mereka.
Mungkin ini terlalu ideal dan begitu muluk rasanya. Namun pada kenyataannya, yang ideal itulah yang dicari dan mau diwujudkan oleh setiap manusia. Kita masing-masing dalam beragam cara dan situasi mau mencari dan mewujudkan sesuatu yang ideal dalam hidup kita. Ini berlaku juga dengan proses cinta dan mencintai. Pasangan muda-mudi, suami/istri, orang tua/anak dalam proses dan caranya hendak mewujudkan cinta yang ideal, yakni cinta yang saling memberikan diri dan cinta yang saling menghidupkan satu sama lain.
---
Kahlil Gibran menulis, life without love is like a tree without blossom and fruit. Ungkapan ini mau mengatakan bahwa tak ada manusia yang dapat hidup tanpa cinta. Cinta merupakan bagian dari realitas hidup manusia. Dan sebagai bagian dari realitas hidup manusia, cinta telah diungkapkan dalam beragam cara dan bentuk.
Pengungkapan cinta jelas lewat simbol bahasa manusia yang nyata dalam ungkapan hati dan darah. Hati dan darah merupakan unsur hakiki dalam hidup manusia. Hati dan darah juga memiliki kesejajaran untuk mengungkapkan cinta yang sejati. Cinta sejati menuntut sebuah pemberian diri yang total kepada orang yang dicintai. Pada akhirnya pemberian diri ini akan menghidupkan/menyuburkan orang yang dicintai.
Dengan demikian gagasan ini merupakan sebuah ajakan agar kita dapat memaknai dan menghidupi cinta secara benar dalam beragam situasi hidup kita masing-masing. Kiranya pengungkapan cinta kita sungguh lahir dari kedalaman diri, yang kemudian mau memberikan diri sepenuhnya, dan pada akhirnya akan menghidupkan/menyuburkan orang yang dicintai.
Demikianlah pengalaman cinta dan mencintai akan mewarnai keseluruhan hidup kita, dan dengannya hidup kita akan senantiasa berbuah cinta yang saling membahagiakan dan menghidupkan siapa saja yang ada di sekitar hidup kita sehari-hari. Yang dengannya berarti bahwa hidup kita telah menampakkan cinta Tuhan sendiri. Atau dengan perkataan lain bahwa hidup kita telah menjadi perpanjangan cinta Tuhan yang nyata.
[1] Dewasa ini, UU perlindungan perempuan dan anak terasa lebih menjamin hak-hak perempuan dan anak. Namun demikian diharapkan agar perlakuan yang wajar dengan dasar cinta seharusnya lebih didorong daripada rasa takut terhadap UU itu sendiri.
Tulisan yang sama dapat dibaca dalam:
1. https://andreasneke.blogspot.com.