Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

NTT dan Masalah Pendidikan (Catatan Menjelang PILGUB -3-)

30 Mei 2024   10:14 Diperbarui: 1 Juni 2024   12:49 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para penggiat dan pecinta pendidikan Nusa Tenggara Timur (NTT) pernah merasa sangat marah dan sedemikian tersinggung oleh pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang mengomentari laporan Programme for International Students Assessement (PISA), dalam mana menempatkan kualitas pendidikan Indonesia pada peringkat yang rendah.


Menyikapi laporan tersebut, pak menteri berkomentar bahwa jangan-jangan sampel dari survei ini adalah siswa-siswi asal NTT. Pernyataan ini seolah menyatakan bahwa rendahnya kualitas pendidikan Indonesia disebabkan oleh rendahnya pendidikan di NTT. Atau dengan perkataan lain mau menyatakan bahwa pendidikan NTT menjadi biang dari rendahnya mutu pendidikan Indonesia.


Pernyataan menteri pendidikan tersebut, mengundang polemik di kalangan masyarakat NTT. Pro dan kontra muncul ke permukaan. Dan tak sedikit pula membuat geram dan tersinggung masyarakat NTT pada umumnya karena merasa terhina atau merasa bahwa yang dikatakan itu tidak benar.


Apapun bentuk reaksi terhadap pernyataan yang timbul, yang paling penting adalah kesediaan untuk membenahi mutu pendidikan NTT. Ketersinggungan dan kemarahan tak dapat mengubah situasi serta "stigma" yang telah terpatri. Hanya keterbukaan hati dan budi untuk menerima kritikan yang akan memampukan masyarakat NTT untuk bergerak lebih maju secara perlahan menuju perubahan yang lebih manusiawi.

Potret Pendidikan NTT


Tak terbantahkan bahwasannya sejarah propinsi ini telah mencatat dan merekam sepak terjang pendidikan sejak awal beridirinya sampai dengan kenyataan faktual dewasa ini. Para pencatat sejarah tentunya dapat menemukan dan merekam dengan jelas kemajuan dan kemunduran proses pendidikan NTT dalam segala aspeknya.

Tak terbantahkan bahwa di setiap wilayah yang merupakan bagian dari propinsi ini telah terdapat sekolah-sekolah bermutu, yang tentunya telah melahirkan lulusan-lulusan terbaik yang telah pula menyumbang bagi kemajuan masyarakat sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.


Namun tak terbantahkan bahwa tak sedikit pula sekolah di wilayah propinsi ini yang "diragukan" mutu pendidikannya, dengan beragam indikator terukur seperti out put dan out come lulusan, kualifikasi guru, sarana dan prasarana sekolah, serta beragam indikator lainnya.


Di sini patut dicatat bahwasannya upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah-sekolah masih terkesan lamban dan tak serius. Patut diapresiasi beberapa upaya serius untuk memajukan pendidikan di banyak wilayah. Namun perlu disesali kekurangseriusan memperbaiki mutu pendidikan dalam aneka jenjangnya. Kekurangseriusan ini menjadi bukti kurangnya komitmen terhadap perubahan manusia ke arah yang lebih manusiawi.


Patut mendapat perhatian yang teramat serius bertalian dengan mutu pendidikan. Kemajuan pendidikan di suatu daerah merupakan kemajuan manusia, karena pendidikan merupakan sarana yang paling ampuh untuk memajukan pembangunan daerah. Adalah berbanding lurus, pendidikan bermutu melahirkan manusia yang bermutu, yang pada akhirnya akan menciptakan dan menemukan beragam peluang untuk memajukan pembangunan di suatu wilayah.


Kiranya masyarakat NTT dapat menyadari bahwa proses pendidikan di wilayah ini belum berjalan sebagaimana mestinya. Kekurangseriusan dalam membenahi mutu pendidikan pada akhirnya berjalan berbarengan dengan lambannya kemajuan, secara khusus dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pada situasi bersamaan menempatkan pula NTT pada urutan nomor tiga terbawah dalam aspek kemajuan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun