Masa remaja adalah masa pencarian dan penemuan jati diri sebagai seorang pria dan wanita yang sejati. Masa ini disertai oleh kegairahan, yang ditandai oleh energi yang meluap-luap dan gelora yang menggebu-gebu. Ini mencakup juga kegairahan dan gelora untuk meraih cita-cita dan menoreh kisah cinta. Maka, tulisan berikut akan menguraikan tentang keduanya yang akan mengerucut pada idealitas yang seharusnya dihidupi oleh seorang remaja yang sedang mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Remaja yang Anak sekolah
Tak dapat dipungkiri bahwa remaja yang anak sekolah berhadapan langsung dengan dua hal pokok yaitu cita-cita dan cinta. Dua hal ini sering berjalan berbarengan, dan serentak dengannya dapat pula saling bertolak belakang satu sama lain.
Dikatakan berbarengan karena dalam cita-cita ada cinta, dan dalam cinta ada cita-cita. Sedangkan dikatakan bertolak belakang bila seorang remaja lebih mengutamakan cita-cita dengan melupakan cinta, atau sebaliknya lebih mengutamakan cinta dengan mengabaikan cinta.
Tak jarang bila seorang remaja yang lebih memprioritaskan cita-cita dan melupakan cinta, kerap akan diejek dan bahkan dijauhkan oleh teman-teman. Mereka ini akan dikatakan "tak gaul, atau bahkan tak laku".
Sebaliknya bila seorang remaja yang lebih memprioritaskan cinta dengan mengabaikan cita-cita akan dikatakan sebagai playboy/playgirl. Atau yang lainnya, bila mengutamakan cinta tetapi tidak disertai dengan kecerdasan intelektual akan dikatakan "modal tampang, otak kosong". Rasa-rasanya menjadi seorang remaja berada pada posisi yang serba salah.
Kemudian lahirlah pertanyaan, manakah yang harus menjadi prioritas: cita-cita atau cinta, atau cita-cita dan cinta? Jawabannya tentu akan sangat bergantung pada hal mana yang menjadi orientasi dan prioritas hidup seorang remaja itu sendiri!
Remaja dan Cita-cita
Orang bijak mengatakan bahwa rahasia sebuah kesuksesan sangat bergantung pada orientasi untuk "menatap suatu cita-cita". Ini lahir atau timbul dari dalam diri seseorang, yang di dalamya disertai pula oleh ambisi, keyakinan, dan keberanian untuk menanggung resiko.
David J. Scwartz dalam buku The Magic of Thinking Big menegaskan bahwa yang terpenting bukanlah di mana anda kemarin, tetapi ke manakah anda esok. Hari esok kiranya menjadi orientasi utama tanpa harus mengabaikan masa lampau dan masa kini, yang tentunya berperan pula dalam pembentukan masa depan seseorang.
Yang penting di sini adalah semangat dan antusiasme, pemberian diri, selalu menambah pengetahuan, dan berani membuat rencana yang besar. Keempat hal ini berkaitan erat satu sama lain. Semangat dan antusiasme merupakan dorongan dari dalam diri seseorang. Dorongan ini disertai pula oleh kesadaran terhadap suatu hal yang akan dilakukan. Dorongan ini merupakan energi positif yang menggerakkan seseorang untuk menggapai sesuatu. Di dalamnya ada minat yang besar terhadap sesuatu hal yang memampukannya untuk meraih hal tersebut.