Pada akhirnya Gereja juga perlu menyadari fakta sosial bahwa umat dewasa ini hidup dalam tekanan ekonomi yang kuat karena beragam tuntutan hidup. Anehnya umat kemudian justru mendapat tekanan dari Gereja yang seharusnya memberikan "kelegaan" kepada umatnya.
Pada hemat saya paroki-paroki perlu kreatif menata kehidupan ekonomi paroki dengan memanfaatkan segala sarana dan aset paroki dengan bijak untuk membantu keberlangsungan kehidupan Gereja di paroki. Lebih lanjut, Gereja juga perlu memanfaatkan komisi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) di paroki untuk membantu perekonomian umat, sehingga umat bisa keluar dari kemelut beban ekonomi dewasa ini.
Kemurnian SelibatÂ
Selibat bukan sekedar tidak menikah, tetapi yang lebih mendasar adalah menjaga kemurnian selibat. Umat lebih disakiti menyangkut hal yang satu ini, karena ini adalah kebanggaan terbesar umat dari para imam dan biarawan-biarawatinya.
Bila kemudian para imam atau kaum biarawan-biarawati menodai kemurnian selibatnya, maka ini akan sedemikian mengguncang iman umat. Banyak umat yang kemudian berpendapat, "imam juga manusia", tetapi sebenarnya amat menyakiti hati umat. Dirasa benar bahwa kebanggan mereka sirna, dan tidak ada lagi hal yang bisa dibanggakan dari para imam atau biarawan-biarawatinya.
Saya berpendapat bahwa para calon imam atau biarawan-biarawati perlu jujur dengan dirinya masing-masing. Dan peran ini amat penting ditelusuri selama masa pendidikan dan terus diperbarui setelahnya melalui pola pembinaan dan pendampingan yang intens.
Dan lebih lanjut, bila kemudian kejadian pengingkaran kemurnian selibat tetap terjadi, pendekatan yang "super ketat" juga perlu diambil. Belajar dari kasus-kasus yang pernah terjadi dengan pendekatan "pindah tempat tugas" ternyata tidak berdampak positif.
Ini artinya jika ada para imam atau biarawan-biarawati terjerat kasus-kasus besar maka Uskup atau pemimpin tarekat hidup bakti atau tarekat hidup kerasulan perlu mengambil sikap tegas seturut norma hukum kanonik.
***
Secara pribadi saya amat mencintai Gereja. Serentak dengan itu pula amat bangga dengan Gereja Katolik. Sebagai umat yang senantiasa loyal kepada Gereja, harapannya adalah agar para imam atau biarawan-biarawati tetap setia dan jujur dalam menghayati janji dan kaul-kaulnya secara total.
Bila pada akhirnya tidak mampu berkanjang dalam janji dan kaul-kaul, maka perlu kiranya sikap jujur terhadap diri sendiri, agar bijak menentukan pilihan hidup. Berani mengambil sikap menjadi tanda kearifan.