Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kekalahan dan Kemenangan PDIP pada Pemilu 2024

9 Maret 2024   09:43 Diperbarui: 9 Maret 2024   10:07 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah politik keduanya menjadi percaturan politik nasional. Megawati dan PDIP mengusung Ganjar-Mahfud, sedangkan Jokowi walaupun tidak secara gamblang tetapi terindikasi mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Walaupun belum final, hasil Pemilu 2024 membuktikan ada kontribusi Jokowi. Magnet Jokowi untuk para pemilih masih cukup tinggi, sehingga dalam Pilpres 2024 meski Jokowi tidak secara terang-terangan menyatakan mendukung Paslon nomor 2, tetapi mampu memberikan efek ke Prabowo-Gibran.

Rakyat sebagai pemilih masih melihat titik kejujuran dan kerja keras Jokowi bagi bangsa Indonesia. Arah kebijakan politik Jokowi yang pro masyarakat yang kemungkinan akan diteruskan oleh Paslon nomor 2 dapat menarik suara pemilih.

Pada titik yang sama dapat dikatakan ada kontribusi Megawati terhadap perolehan suara Ganjar-Mahfud. Rakyat melihat sensitivitas keibuan Megawati menjadi titik lemahnya. Dan pada saat yang sama, sikap Megawati yang kerap menyindir Jokowi telah menarik kembali simpati pemilih dari Megawati/PDIP ke Jokowi.

Kondisi Pemilu 2024 kiranya menjadi pembelajaran penting bagi PDIP sebagai sebuah partai politik. Terminologi "petugas partai" yang kerap digunakan menjadi bumerang bagi partai politik. Rakyat telah jelih mencermati bahwa Capres-Cawapres atau para Caleg sejatinya bukan "petugas partai" tetapi "petugas" yang mewakili rakyat. Mereka sejatinya bertindak mewakili suara rakyat, tetapi bukan suara partai.

Pada sisi lain, Megawati dan PDIP harus pula memahami bahwa PDIP tidak identik dengan Megawati, dan sebaliknya Megawati tidak sama dengan PDIP. Partai politik perlu memiliki figur sentral tetapi tidak serta merta harus menjadi segala-galanya.

Arogansi pribadi yang mengatasnamai partai akan berdampak buruk bagi partai. PDIP harus menyadari bahwa masyarakat masih mencintai PDIP sebagai sebuah partai yang berideologi nasionalis dan mencintai wong cilik, tetapi membenci arogansi pribadi yang menyamakan diri secara personal dengan partai.

Walaupun masih menjadi polemik, tetapi hasilnya telah kelihatan. Hasil Pemilu 2024 kiranya dapat dilihat sebagai hukuman rakyat bagi figur partai  yang merasa diri superior dari partai. Partai harus lebih besar dari individu siapapun itu, dan individu harus lebih kecil dari partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun