Oportet Unimed
Sebelumnya, penulis sudah menekan urgensi Pendidikan Anti Korupsi di Unimed sebagai salah satu mata kuliah di setiap jurusan yang terdapat di Unimed dalam tulisan “Unimed Dalam Pemberantasan Korupsi”. Tulisan tersebut sudah di tulis sejak tahun 2013, akan tetapi hingga saat ini belum ada juga perhatian serius Unimed untuk melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi pada jenjang perguruan tinggi.
Padahal sejatinya Unimed selalu mengedepankan The Characther Building University. Unimed selalu mengatakan pentingnya suatu karakter. Slogan tersebut tentu sejalan dengan Pendidikan Anti Korupsi yang di dalamnya juga mengedepankan karakter yaitu kejujuran, tanggung jawab, disiplin dan berintegritas. Namun, kenapa slogan karakter tersebut tidak di tuang dalam suatu Pendidikan Anti Korupsi di Unimed?
Hingga saat ini, sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga keguruan (LPTK) Unimed untuk jenjang S-1 memiliki 7 fakultas dengan 44 jurusan yang 35 di antaranya adalah di bidang pendidikan dan keguruan. Tahun 2015, Universitas Negeri Medan (UNIMED) wisuda 2.830 lulusan pada 21 dan 22 Oktober 2015 yang pelaksanaannya di Gedung Serbaguna Kampus Hijau Unimed. “Sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Unimed memfokuskan sebagian besar lulusannya yang bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) untuk menjadi guru, konselor, pamong belajar, dan tenaga kependidikan. Sedangkan bagi lulusan yang bergelar Ahli Madya (A.Md.), Sarjana Sains (S.Si.) Sarjana Ekonomi (S.E.), dan Sarjana Sastra (S.S.) diproyeksikan untuk menembus dunia kerja yang bergerak di sektor industri dan jasa seperti; konsktruksi, manufaktur, pertanian, perikanan, telekomunikasi, perbankan, dan pariwisata”, ujar Rektor Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd dalam sambutannya (Humas Unimed.com). Selain data lulusan yang tiap tahun mencapai ribuan tersebut, Unimed juga merupakan salah satu universitas yang paling di minati di Indonesia dapat terlihat pada tahun 2015 jumlah pendaftar Unimed mencapai 35.866 yang terdiri dari berbagai provinsi di Indonesia.
Begitu besarnya peluang Unimed. Sejalan dengan Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd mengenai lulusan Unimed Sarjana pendidikan (S.Pd) bahwa Unimed merupakan pemasok guru terbesar di Sumatra Utara. Mayoritas guru-guru di Sumatra Utara adalah alumni Unimed. Untuk itu, sebagai investasi pendidikan maka pendidikan anti korupsi di Unimed sangat urgen. Dengan mata kuliah pendidikan anti korupsi di setiap jurusan, Unimed akan memproduksi guru yang anti korupsi. Guru yang memiliki sikap, keterampilan dan pengetahuan tentang korupsi sehingga gerakan masiv melawan korupsi dapat dilakukan di setiap daerah Kabupaten/Kota di Sumatra Utara dimana guru-guru produksi Unimed melaksanakan kinerjanya sebagai guru. Perjuangan melawan perilaku korupsi dapat dilaksanakan dari akar yaitu melalui pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara dan Character Building menurut Unimed. Sehingga kekuasaan yang menurut Lord Acton yang identik dengan perilaku korup dapat di minimalkan melalui pendidikan yang mendidik peserta didik menjadi penguasa yang tidak korup. Penguasa yang amanah. Penguasa yang bermanfaat untuk sesama manusia dan alamnya.
Demikian juga lulusan Sarjana Sains (S.Si), Sarjana Ekonomi (S.E) dan Sarjana Sastra (S.S) yang menurut Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd di proyeksikan di industri dan jasa seperti; konsktruksi, manufaktur, pertanian, perikanan, telekomunikasi, perbankan, dan pariwisata. Maka Unimed akan menghasilkan tenaga kerja yang berintegritas untuk diri dan negara, serta pengusaha muda yang jujur dalam berusaha.
Kemudian, tentu banyak juga alumni Unimed yang akan menjadi penguasa di Sumatra Utara. Dengan Pendidikan Anti Korupsi ini maka penguasa yang merupakan alumni Unimed bukanlah penguasa yang dibutakan oleh kekuasaan. Penguasa yang dapat melaksanakan kekuasaan. Kekuasaan yang tidak koruptif.
Data-data ini menunjukan oportet Unimed. Kata oportet berasal dari bahasa latin yang berarti harus, atau disebut juga keharusan. Jadi ini adalah keharusan Unimed. Keharusan Unimed dalam upaya preventif jangka panjang dalam menangani korupsi di Sumatra Utara. Keharusan Unimed untuk meminimalisir citra buruk korupsi yang selama ini sudah melekat di Sumatra Utara dengan istilah ‘sumut’ dan ‘Hepeng do na mangatur negara on’. Keharusan Unimed untuk menciptakan penguasa yang tidak korup.
Penutup
Pepatah Indonesia mengatakan “ada nasi di balik kerak”. Pepatah ini memiliki arti masih ada sesuatu yang belum diselesaikan atau diperhatikan. Hal itu adalah Oportet (keharusan) Unimed dalam memberantas korupsi di Indonesia melalui penerapan mata kuliah pendidikan anti korupsi di Unimed. Investasi pendidikan jangka panjang inilah yang diperlukan Sumatra Utara saat ini. Selain itu, tentulah seluruh stakholder di Sumatra Utara juga harus saling bahu membahu membangkitkan marwah Sumatra Utara untuk keluar dari stigma buruk korupsi. Stigma buruk tentang kekuasaan yang korup dan kecenderungan kekuasaan yang disalahgunakan (abuse of power). Oportet Unimed!!!
Penulis merupakan alumni Unimed
Mahasiswa Pascasarjana Unimed Program Studi Pendidikan dasar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H