Sejenak pikiran liar muncul mengatakan: "Kalau saja bukan karena ke-Indonesiaan mereka, mana mungkin Sdr. Charles Toto (putra Papua) datang, bekerja dan berbaur dengan masyarakat Karo di ujung barat nusantara sana, dan sebaliknya pula bagaimana bisa Sdr. Sembiring (putra Karo) datang merantau dan berusaha di Jayapura ujung timur nusantara sana". Â Ke-Indonesiaan mereka yang mempertautkan persahabatan sebagai saudara sebangsa dan setanah air.Â
Lebih lanjut batinku berontak:"Betapa naifnya sebagian dari kita masih beranggapan bahwa pemuda Papua sulit diajak maju, mandiri dan professional. Ternyata Sdr. Charles Toto bisa.  Cuma bagaimana kita bersama-sama dapat  menciptakan suasa yang kondusif dan memberikan sentuhan yang pas untuk dapat mendukungnya".  Tentunya dalam hal ini, dari pihak dia dituntut pula kesiapan untuk membuka diri terhadap nilai-nilai positif dan menyesuaikan diri dengan  lingkungan, sehingga gayung bersambut.
Sebelum tertidur pulas selama penerbangan panjang tersebut, kubisikkan dalam hati: "Pemuda Indonesia harus berpikir besar dan bertindak besar karena Indonesia itu besar. Luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke menjadi ajang petualangan tanpa batas buat mereka, dan jumlah  penduduknya yang besar (250 juta) dari berbagai suku dan budaya menjadi saudara sebangsa dan setanah air mereka".  Sdr. Charles Toto, sang Pemuda Papua dari Jayapura telah melakukannya.