Mohon tunggu...
Andre Ardiansyah
Andre Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menanjak gunung dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Seni

Kesenian Ondel-ondel yang Dimanfaatkan oleh Para Pecinta Seni Boneka

27 Juli 2022   16:40 Diperbarui: 27 Juli 2022   16:43 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

lagu ondel-ondel karya Djoko Subagyo tahun 1971 yg dipopulerkan sang penyanyi legendaris Benyamin Suaeb (alm) yg pula dikenal menjadi komedian & aktor film layar lebar. 

Ondel-ondel merupakan seni tradisi Betawi buat menyambut tamu-tamu tehormat pada momen-momen khusus, & sakral misalnya mantenan. Tetapi sekarang  ondel-ondel sebegai ikon budaya Betawi itu sanggup kita temu setiap ketika. 

Lantaran ondel-ondel sudah sebagai industri & komoditas budaya yg sanggup menaruh huma pekerjaan bagi orang yg sama sekali nir pernah berkecipung pada global kesenian sekalipun.

Sebagai produk industri, ondelondel yg terbuat menurut bambu & kain menggunakan hiasan kertas warna-warni, makin poly diproduksi sang para perajin bisnis mikro mini  menengah (UMKM). Dan sekarang  , produk UMKM tadi poly dimanfaatkan "artis" dadakan buat melakukan pertunjukan. 

Panggung mereka pada loka-loka umum, pada jalanan, atau keluar masuk gang-gang mini  pada tengah perkampungan padat, diiringi musik rekaman gambang kromong atau lagu jali-jali. Rezeki yg diperoleh pun uang recehan ala kadarnya menurut orang yg memberikannya menggunakan sukarela.

Para artis dadakan yg rela berjalan kaki, berkeringat & pengap pada pada ondel-ondel seberat 10 Kg mengunjungi penontonnya, memang semata-mata supaya dapur famili bisa ngebul. 

Dari penelusuran Majalah UKM, para pengamen itu bukan seluruh orang yg sudah berkeluarga, namun yg niscaya menurut famili yg tengah mengalami kesulitan ekonomi. Mereka berkelomompok, 3 -- 4 orang & menyebarkan tugas secara bergantian. Seorang menarikan ondel-ondel, satu membawa musik pengiring, & 1 -- dua orang lainnya menghampiri calon penderma, mengutip recehan seribu 2 ribu rupiah. 

Di antara mereka terdapat yg baru lulus sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, habis kontrak kerjanya, & nir diperpanjang boleh perusahaan atau terkena pemutusan interaksi kerja (PHK) dampak perusahaannya bangkrut. Mulyadi, Ketua Sanggar Irama Betawi menurut Kampung Ondel-ondel, Kramat Pulo, Jakarta Pusat, mengungkapkan pada UKM ketika ditemui pada tempat Monumen Nasional (Monas) Jakata.

Mulyadi, yg akrab dipanggil ayah, mengaku, memperoleh rezeki menurut keahlian & ketekunannya melestarikan budaya Betawi, menciptakan ondel-ondel. Dia nir hanya melayani pesanan orang, namun pula menghasilkan buat disewa-sewakan pada para pengamen. Berkat boneka ondel-ondel tadi poly orang yg tertolong kehidupan keluarganya. Para artis jalanan itu berdatangan bukan hanya menurut Jakarta, namun pula menurut aneka macam wilayah penjangga lainnya; Tangerang, Bekasi, atau Depok.

Sebagai pelestari budaya Betawi, penghasil ondel-ondel & pencipta lapangan kerja, pada tempat Kramat Pulo, tepatanya pada Jl Kembang Pacar, Senen, yg masuk daerah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, ayah Mul memang beken. Kampung itu semenjak dulu telah dikenal menjadi "kampung ondel-ondel". 

Di kampung tadi kita sanggup menemukan aneka macam jenis berukuran ondel-ondel. Ada yg ukuran mini  buat dimainkan anak-anak, ukuran sedang -- normal buat dimainkan orang dewasa juga berukuran super besar yg hanya buat pajangan pada gedung-gedung perkantoran misalnya tempat kerja lurah, camat, dinas-dinas & sebagainya.

Menurut beliau , ondel-ondel dijadikan indera ngamen menurunkan nilai budaya. Secara generik kita masih bersyukur terdapat orang yg mau mempertujukan kesenian tradisi sembari mengais rezeki. Adanya pihak-pihak yg merasa kecewa -- nir bahagia ondel-ondel dijadikan wahana mengamen, lantaran dipercaya akan menurunkan "derajat" budaya, tetapi bagi Mulyadi, sebagai kasus besar. 

Sebagai pimpinan sanggar yg didirikan tahun 2009, beliau permanen ingin terus berkarya buat melestarikan budaya Betawi. Lantaran memang tak terdapat anjung spesifik buat pertunjukan ondel-ondel, anjung jalanan pun tak soal. Menurut Mulyadi, berbuat sesuatu yg positif itu lebih baik.

Sejarah panjang boneka super besar ini mampu ditemukan pada beberapa wilayah lain menggunakan nama Barongan. Pada awalnya, boneka ondel-ondel ini mempunyai fungsi sakral. Ondel-ondel diarak keliling kampung buat mengusir roh dursila & endemi penyakit. Pembuatannya pun memerlukan persiapan fisik & psikis spesifik menurut si pembuat. Juga terdapat rangkaian prosesi supaya ondel-ondel yg dibentuk benarbenar mempunyai fungsi representasi leluhur berkemampuan melindungi keturunannya. 

Beberapa grup pengamen yg memakai ondel-ondel terorganisir. Pada pagi hari untuk melangsungan berangkat mengamen biasanya dijemput oleh kendaraan roda empat. Ondel-ondelnya dibawa menggunakan kendaraan beroda empat bak terbuka, orangnya naik modil lain, didrop pada suatu tempat. Pada saat siang hari mereka semua beristirahat dan dilanjutkan di sore hari turun ke jalan untuk mengamen lagi. Kadang hingga malam, baru dijemput kendaraan beroda empat. Ada pula juga yg dijemput bajay langganan.

"Kami bersama-bersama satu bajaj menuju suatu wilayah. Ondel-ondelnya pada atas bajaj atau mikrolet, pemainnya berada pada pada tunggangan. Inilah yg kami lakukan setiap hari," istilah Alam, keliru seseorang pemain menurut sanggar Bintang Afif pada Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Setiap rombongan terdiri menurut 3 -- 4 orang. 

Mereka keliling keluar masuk gang mulai tengah hari hingga jam 22.00. Ada jua yg menginap pada emperan toko hingga pagi hari. Terutama malam Minggu. Pada pagi hari, mereka meluncur ke daerah bebas tunggangan bermotor (Car free day) pada Jl. MH Thamrin & Jl.Sudirman.

Pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sempat timbul embargo penggunaan ondel-ondel, buat ngamen & mengembalikan marwah budaya Betawi ke tempatnya semula. Aturan ini memaksa grup pengamen ondelondel ' kucing-kucingan' dan mengelabuhi jika ada aparat keamanan agar supaya tidak ditangkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun