Menurut beliau , ondel-ondel dijadikan indera ngamen menurunkan nilai budaya. Secara generik kita masih bersyukur terdapat orang yg mau mempertujukan kesenian tradisi sembari mengais rezeki. Adanya pihak-pihak yg merasa kecewa -- nir bahagia ondel-ondel dijadikan wahana mengamen, lantaran dipercaya akan menurunkan "derajat" budaya, tetapi bagi Mulyadi, sebagai kasus besar.Â
Sebagai pimpinan sanggar yg didirikan tahun 2009, beliau permanen ingin terus berkarya buat melestarikan budaya Betawi. Lantaran memang tak terdapat anjung spesifik buat pertunjukan ondel-ondel, anjung jalanan pun tak soal. Menurut Mulyadi, berbuat sesuatu yg positif itu lebih baik.
Sejarah panjang boneka super besar ini mampu ditemukan pada beberapa wilayah lain menggunakan nama Barongan. Pada awalnya, boneka ondel-ondel ini mempunyai fungsi sakral. Ondel-ondel diarak keliling kampung buat mengusir roh dursila & endemi penyakit. Pembuatannya pun memerlukan persiapan fisik & psikis spesifik menurut si pembuat. Juga terdapat rangkaian prosesi supaya ondel-ondel yg dibentuk benarbenar mempunyai fungsi representasi leluhur berkemampuan melindungi keturunannya.Â
Beberapa grup pengamen yg memakai ondel-ondel terorganisir. Pada pagi hari untuk melangsungan berangkat mengamen biasanya dijemput oleh kendaraan roda empat. Ondel-ondelnya dibawa menggunakan kendaraan beroda empat bak terbuka, orangnya naik modil lain, didrop pada suatu tempat. Pada saat siang hari mereka semua beristirahat dan dilanjutkan di sore hari turun ke jalan untuk mengamen lagi. Kadang hingga malam, baru dijemput kendaraan beroda empat. Ada pula juga yg dijemput bajay langganan.
"Kami bersama-bersama satu bajaj menuju suatu wilayah. Ondel-ondelnya pada atas bajaj atau mikrolet, pemainnya berada pada pada tunggangan. Inilah yg kami lakukan setiap hari," istilah Alam, keliru seseorang pemain menurut sanggar Bintang Afif pada Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Setiap rombongan terdiri menurut 3 -- 4 orang.Â
Mereka keliling keluar masuk gang mulai tengah hari hingga jam 22.00. Ada jua yg menginap pada emperan toko hingga pagi hari. Terutama malam Minggu. Pada pagi hari, mereka meluncur ke daerah bebas tunggangan bermotor (Car free day) pada Jl. MH Thamrin & Jl.Sudirman.
Pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sempat timbul embargo penggunaan ondel-ondel, buat ngamen & mengembalikan marwah budaya Betawi ke tempatnya semula. Aturan ini memaksa grup pengamen ondelondel ' kucing-kucingan' dan mengelabuhi jika ada aparat keamanan agar supaya tidak ditangkap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H