lagu ondel-ondel karya Djoko Subagyo tahun 1971 yg dipopulerkan sang penyanyi legendaris Benyamin Suaeb (alm) yg pula dikenal menjadi komedian & aktor film layar lebar.Â
Ondel-ondel merupakan seni tradisi Betawi buat menyambut tamu-tamu tehormat pada momen-momen khusus, & sakral misalnya mantenan. Tetapi sekarang  ondel-ondel sebegai ikon budaya Betawi itu sanggup kita temu setiap ketika.Â
Lantaran ondel-ondel sudah sebagai industri & komoditas budaya yg sanggup menaruh huma pekerjaan bagi orang yg sama sekali nir pernah berkecipung pada global kesenian sekalipun.
Sebagai produk industri, ondelondel yg terbuat menurut bambu & kain menggunakan hiasan kertas warna-warni, makin poly diproduksi sang para perajin bisnis mikro mini  menengah (UMKM). Dan sekarang  , produk UMKM tadi poly dimanfaatkan "artis" dadakan buat melakukan pertunjukan.Â
Panggung mereka pada loka-loka umum, pada jalanan, atau keluar masuk gang-gang mini  pada tengah perkampungan padat, diiringi musik rekaman gambang kromong atau lagu jali-jali. Rezeki yg diperoleh pun uang recehan ala kadarnya menurut orang yg memberikannya menggunakan sukarela.
Para artis dadakan yg rela berjalan kaki, berkeringat & pengap pada pada ondel-ondel seberat 10 Kg mengunjungi penontonnya, memang semata-mata supaya dapur famili bisa ngebul.Â
Dari penelusuran Majalah UKM, para pengamen itu bukan seluruh orang yg sudah berkeluarga, namun yg niscaya menurut famili yg tengah mengalami kesulitan ekonomi. Mereka berkelomompok, 3 -- 4 orang & menyebarkan tugas secara bergantian. Seorang menarikan ondel-ondel, satu membawa musik pengiring, & 1 -- dua orang lainnya menghampiri calon penderma, mengutip recehan seribu 2 ribu rupiah.Â
Di antara mereka terdapat yg baru lulus sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, habis kontrak kerjanya, & nir diperpanjang boleh perusahaan atau terkena pemutusan interaksi kerja (PHK) dampak perusahaannya bangkrut. Mulyadi, Ketua Sanggar Irama Betawi menurut Kampung Ondel-ondel, Kramat Pulo, Jakarta Pusat, mengungkapkan pada UKM ketika ditemui pada tempat Monumen Nasional (Monas) Jakata.
Mulyadi, yg akrab dipanggil ayah, mengaku, memperoleh rezeki menurut keahlian & ketekunannya melestarikan budaya Betawi, menciptakan ondel-ondel. Dia nir hanya melayani pesanan orang, namun pula menghasilkan buat disewa-sewakan pada para pengamen. Berkat boneka ondel-ondel tadi poly orang yg tertolong kehidupan keluarganya. Para artis jalanan itu berdatangan bukan hanya menurut Jakarta, namun pula menurut aneka macam wilayah penjangga lainnya; Tangerang, Bekasi, atau Depok.
Sebagai pelestari budaya Betawi, penghasil ondel-ondel & pencipta lapangan kerja, pada tempat Kramat Pulo, tepatanya pada Jl Kembang Pacar, Senen, yg masuk daerah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, ayah Mul memang beken. Kampung itu semenjak dulu telah dikenal menjadi "kampung ondel-ondel".Â
Di kampung tadi kita sanggup menemukan aneka macam jenis berukuran ondel-ondel. Ada yg ukuran mini  buat dimainkan anak-anak, ukuran sedang -- normal buat dimainkan orang dewasa juga berukuran super besar yg hanya buat pajangan pada gedung-gedung perkantoran misalnya tempat kerja lurah, camat, dinas-dinas & sebagainya.