Mohon tunggu...
Andre Antonio Rizky Nanggus
Andre Antonio Rizky Nanggus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Saya, Andre Antonio Rizky Nanggus, adalah mahasiswa baru yang penuh semangat dan siap untuk membawa energi positif ke dunia profesional. Dengan latar belakang pendidikan dalam ilmu komunikasi, saya sedang mencari pengalaman yang kuat tentang ilmu komunikasi dan keterampilan praktis yang akan sangat diperlukan nantinya di kemudian hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adaptasi: Mahasiswa & Universitas Padjadjaran Kampus Pangandaran

31 Oktober 2024   13:04 Diperbarui: 31 Oktober 2024   13:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Adapt or perish, now as ever, is nature's inexorable imperative"- Herbert George Wells

Universitas Padjadjaran Kampus Pangandaran 

Berdasarkan website resmi Universitas Padjadjaran, Universitas Padjadjaran Kampus Pangandaran adalah kampus yang dibangun pada tahun 2016 bertujuan meningkatkan pembangunan di wilayah Jawa Barat. 

Pada dasarnya Universitas Padjadjaran Kampus Pangandaran yang berada di Jl. Cintaratu, Kec. Parigi, Kab. Pangandaran, Jawa Barat memiliki semangat dan esensi yang sama seperti kampus utamanya yang berada di Jatinangor. Jika diperhatikan dengan saksama, perbedaan antara dua kampus tersebut tidak begitu banyak dan tidak bersifat krusial, setidaknya perbedaan yang ada tidak begitu mempengaruhi semangat mahasiswa dalam menempuh pendidikan. 

Akan tetapi, pada akhirnya tetap saja banyak mahasiswa yang tidak menyadari esensi dari UNPAD Kampus Pangandaran dan memutuskan mengundurkan diri di awal perkuliahan. Sejauh ini, sudah ada beberapa teman angkatan saya (Angkatan 2024), khususnya para perantau yang memutuskan untuk mengundurkan diri dan memilih untuk pindah ke kampus dengan lingkungan yang lebih mendukung atau memutuskan untuk mengambil gap year. 

Mengamati fenomena tersebut, saya merasa cukup sedih dan menyayangkan keputusan seperti itu, karena saya berpendapat bahwa jika pada dasarnya seorang mahasiswa memang memiliki motivasi yang murni untuk menuntut ilmu, seharusnya tidak ada alasan yang membuatnya mundur.

Harmoni Mahasiswa Dalam Berdiskusi

Berkenaan dengan fenomena tersebut, di suatu malam pada pukul 20.00 WIB, saya menyempatkan waktu untuk bersantai di angkringan kopi dan menikmati kopi sembari mengupas kegelisahan saya. Selama saya berpikir, saya mengamati suasana sekitar yang cukup dipenuhi oleh para mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa sebenarnya kegiatan diskusi yang dilakukan oleh para mahasiswa cukup dalam, terutama berkenaan dengan kegiatan mereka dalam menjalani kehidupan perkuliahan di UNPAD Kampus Pangandaran.

 Meskipun tidak terdengar secara menyeluruh, saya merasakan adanya semangat yang cukup besar, terlihat dari dinamika diskusi yang dipenuhi dengan antusiasme. Menyadari hal tersebut, keesokan harinya saya memutuskan untuk kembali ke angkringan tersebut di jam yang sama dengan tujuan yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Kali ini saya datang bersama teman-teman saya untuk mengajak mereka berdiskusi mengenai pengalaman dan perasaan yang muncul selama menempuh perkuliahan di UNPAD Kampus Pangandaran.

 Dari diskusi yang sudah dilakukan, saya semakin yakin bahwa pada dasarnya kampus ini memiliki kualitas yang tidak kalah baik, entah dari segi lingkungan ataupun dari segi akademik. Kesimpulan itu mampu saya ambil berdasarkan dinamika diskusi yang mampu dipenuhi dengan ide dan semangat untuk terus memaksimalkan pengembangan diri, di tempat yang dipandang sebelah mata hanya karena tidak berada di tempat yang lebih maju.

Sembari berdiskusi, saya menyadari adanya hal baru yang muncul di benak saya. Hal tersebut berkenaan dengan ketidaksengajaan saya selalu memutuskan untuk berdiskusi di malam hari. "Kira-kira apa yang membuat saya lebih nyaman berdiskusi dengan teman-teman saya di malam hari, kendati pagi atau siang hari adalah waktu dimana otak masih mampu bekerja dengan maksimal?", begitu kira-kira pertanyaan yang muncul begitu saja di benak saya.

 Setelah merenungkannya selama beberapa saat, saya menyadari bahwa waktu malam adalah waktu yang pas bagi para mahasiswa untuk saling bertukar pikiran. Hal tersebut bisa terjadi karena malam hari di Cintaratu rupanya memang memiliki suasana yang sangat nyaman karena terhindar dari kebisingan, terutama karena warga sekitar memang sudah menyelesaikan pekerjaannya dan sebagian besar dari mereka sudah berada di rumah. 

Alhasil, suasana tenang yang muncul membuat kegiatan diskusi yang dilakukan mampu berjalan dengan optimal dan tanpa gangguan apapun. Bahkan lebih jauh lagi, berbagai tempat seperti warung kopi, cafe, dan beberapa tempat makan memang memiliki jam operasional yang sangat ideal untuk digunakan oleh mahasiswa, terutama bagi mahasiswa senggang yang bisa menikmati malam setelah menyelesaikan kehidupan perkuliahan dari pagi sampai sore hari.

Mahasiswa dan Adaptasi

"Adapt or perish, now as ever, is nature's inexorable imperative"- Herbert George Wells. 

Rasa-rasanya kutipan dari novelis dan wartawan berkebangsaan Inggris tersebut patut dijadikan bahan bakar untuk semakin membakar semangat para mahasiswa dalam hal beradaptasi dengan situasi disini. Meskipun banyak orang yang datang dari tempat yang lebih maju, agaknya tidak layak juga jika kekurangan fasilitas dijadikan alasan untuk mundur dan berhenti begitu saja. Karena pada dasarnya, akar permasalahan yang membuat banyak orang mundur bukanlah faktor eksternal, melainkan kemurnian motivasi untuk hadir dan berkontribusi disini. 

Jika ia memang memiliki kesungguhan untuk menuntut ilmu, seharusnya apapun yang terjadi langkahnya tidak akan pernah terhenti dan dengan sendirinya akan berusaha melakukan adaptasi. Hal tersebut selaras dengan kutipan di atas, yang mengatakan bahwa beradaptasi adalah hukum alam yang tak bisa dihindari. Maka jika seorang mahasiswa tidak memiliki kemampuan dan kemauan yang cukup untuk beradaptasi, serta dengan terburu-buru memutuskan untuk mundur dan berhenti, pada akhirnya ia akan "dihantui" oleh permasalahan yang sama selama ia melangkah di kehidupan ini. 

Hal tersebut bisa terjadi karena pada dasarnya masalah yang dihindari sekarang bukan berarti akan menghilang dari kehidupan. Justru sebaliknya, masalah tersebut akan terasa semakin memberatkan langkah karena tidak adanya proses menerima, menganalisis, dan menyelesaikan masalaah. Maka dari itu, saya berharap bahwa tulisan ini mampu memotivasi mahasiswa untuk memiliki kemauan dan kemampuan dalam hal memupuk semangat beradaptasi, agar pada akhirnya memiliki ketangguhan yang cukup untuk menghadapi kerasnya dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun