Mohon tunggu...
Inovasi

Ku Kan Membelah Tapi Tak Selamanya (Saat Tertentu Saja)

21 September 2017   01:56 Diperbarui: 24 September 2017   18:14 2082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti tidak dapat dipisahkan dengan tumbuhan. Namun apakah kita mengetahui kehidupan tumbuhan? Bagaimana jika mereka terluka ataupun sakit? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, kita harus memahami jaringan tumbuhan terlebih dahulu.

Dalam jaringan tumbuhan, jaringan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar berdasarkan aktivitas pembelahan sel yang terjadi selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kedua jenis jaringan tersebut adalah jaringan meristem (jaringan embrional) dan jaringan permanen (jaringan dewasa).

jenis-dan-fungsi-jaringan-meristem-pada-tumbuhan-500x331-59c2beb636e8026ff81e9812.jpg
jenis-dan-fungsi-jaringan-meristem-pada-tumbuhan-500x331-59c2beb636e8026ff81e9812.jpg
Pertama, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai jaringan meristem. Jaringan meristem atau jaringan embrional adalah jaringan tumbuhan yang sel-selnya aktif membelah diri secara mitosis. Kemampuan jaringan meristem bermitosis secara terus menerus menyebabkan terus bertambahnya sel-sel baru sehingga tumbuhan mengalami pertambahan tinggi dan volume.  Setelah kita mengetahui apa itu jaringan meristem, maka selanjutnya kita harus mengetahui sifat-sifat dari jaringan meristem. Jaringan meristem memiliki sifat yaitu: disusun oleh sel-sel muda yang aktif membelah, memiliki banyak sitoplasma di dalam selnya, ukuran sel-sel penyusunnya relatif kecil, selnya memiliki nukleus yang ukurannya besar (dapat menyimpan banyak DNA), organel-organel lain di dalam sel selain nukleus ukurannya kecil. Berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jaringan meristem primer dan meristem sekunder.

Jaringan meristem primer adalah jaringan meristem pada tumbuhan dewasa yang sel-selnya masih aktif membelah. Pada umumnya terletak di ujung batang dan ujung akar. Meristem ini berasal dari sel-sel inisial yang disebut promeristem. Promeristem adalah jaringan meristem yang sudah ada ketika tumbuhan masih berada dalam fase embrio. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Haberlandt, promeristem akan berkembang menjadi protoderm, prokambium, dan meristem dasar. Selanjutanya protoderm akan berdiferensiasi menjadi jaringan epidermis, prokambium akan berdiferensiasi menjadi sistem jaringan pengangkut, sedangkan meristem dasar akan berkembang menjadi parenkim (jaringan dasar).

Sedangkan jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang tersusun atas sel-sel dewasa yang berubah sifatnya menjadi sel-sel meristematik. Contoh dari jaringan meristem sekunder adalah kambium dan felogen. Kambium merupakan lapisan sel-sel yang aktif membelah di antara pembuluh angkut xilem dan floem. Kambium disebut juga dengan kambium vaskuler. Kambium menyebabkan pertumbuhan sekunder sehingga batang menjadi bertambah besar. 

Berdasarkan posisinya pada tumbuhan, jaringan meristem dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu meristem apikal, meristem interkaler, dan meristem lateral.

Meristem apikal biasanya terdapat pada ujung batang utama, ujung batang lateral, dan ujung akar. Meristem jenis ini menyebabkan pertumbuhan primer pada tumbuhan. Semua jaringan yang terbentuk dari meristem apikal disebut jaringan primer. Sedangkan Meristem interkaler biasaya terdapat di antara jaringan dewasa yang sudah berdiferensiasi, contohnya meristem pada pangkal ruas tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae), beberapa anggota spesies dari Caryophyllaceae dan Polygonaceae, serta Equisetum sp. Sedangkan Meristem lateral terletak memanjang sejajar permukaan batang atau akar, contohnya kambium vaskuler dan kambium gabus (felogen).

jaringan-epidermis-jpg-59c2bec836e8026dac37af52.jpg
jaringan-epidermis-jpg-59c2bec836e8026dac37af52.jpg
Setelah kita mengenal jaringan meristem, sekarang waktunya berlanjut ke jaringan permanen. Jaringan permanen adalah jaringan yang berasal dari pembelahan sel-sel meristem primer maupun sekunder yang telah berdiferensiasi atau mengalami perubahan bentuk sesuai fungsinya. Jadi jaringan permanen bersifat nonmeristematik atau tidak aktif membelah, tidak tumbuh, dan tidak berkembang lagi.

Jaringan permanen sendiri dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: jaringan epidermis, jaringan dasar, jaringan vaskuler, dan jaringan gabus. Jaringan epidermis adalah jaringan yang tersusun dari lapisan sel-sel yang menutupi permukaan organ tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Sel-sel inisial epidermis sebagian dapat berkembang dan bermodifikasi menjadi alat-alat tambahan lain yang disebut derivat epidermis, seperti stomata, trikoma, spina, sel kipas, dan lain-lain. Jaringan dasar adalah jaringan yang terdiri atas dua bagian yaitu pengisi (parenkim) dan penyokong (kolenkim dan sklerenkim). Jaringan vaskuler adalah jaringan pada tumbuhan tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral, serta amilum. Jaringan vaskuler dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan xilem dan jaringan floem. Jaringan gabus atau sering disebut dengan felogen adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel parenkim gabus. Jaringan ini mempunyai sel gabus yang mati dan kosong. Bentuknya memanjang dan mempunyai dinding gabus. Jaringan ini termasuk ke dalam jaringan permanen walaupun tersusun atas sel-sel dewasa yang dapat menjadi sel-sel meristematik.

Setelah kalian membaca penjelasan tentang jaringan tumbuhan baik secara umum maupun khusus, sekarang sampailah kita pada topik utama dari artikel ini. Topik utamanya adalah "apakah jaringan permanen masih mengalami proses pembelahan?" Mari kita pecahkan topik ini.

Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa jaringan permanen didefinisikan bersifat nonmeristematik atau dengan kata lain tidak aktif membelah. Setelah kalian membaca kalimat tersebut, pasti kalian akan beranggapan bahwa topik utamanya sudah terpecahkan, namun itu bukan jawabannya. Hampir disetiap sumber, dituliskan bahwa jaringan permanen tidak dapat membelah. Penulis pun setuju dengan pernyataan berbagai sumber itu, namun itu hanya secara umum saja.  Mari kita menilik kembali ke bagian jaringan gabus atau felogen. Mengapa melibatkan jaringan felogen? Ya, karena jaringan felogen termasuk ke dalam golongan jaringan meristem dan juga jaringan permanen. Mengapa bisa demikian? Karena jaringan felogen memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kedua golongan itu, yaitu:

  • Aktivitas ke dalam dari felogen akan membentuk feloderm (korteks sekunder). Feloderm sendiri terdiri atas sel-sel hidup. Keberadaan sel-sel hidup ini memungkinkan untuk terjadi proses pembelahan di dalamnya. Bagian inilah yang masuk dalam syarat jaringan meristem yaitu masih mengalami proses pembelahan.
  • Aktivitas ke luar dari felogen membentuk felem (gabus).  Felem sendiri tersusun atas sel-sel gabus yang merupakan sel mati. Adanya sel mati menyebabkan tidak terjadinya proses pembelahan. Bagian inilah yang masuk dalam syarat jaringan permanen yaitu tidak terjadi proses pembelahan.

Pasti kalian akan bertanya-tanya, mengapa felem tersusun atas sel mati dan tidak mengalami proses pembelahan seperti feloderm? Jawabannya adalah karena felem terletak di bawah jaringan epidermis batang, fungsi epidermis sendiri adalah melindungi jaringan dibawahnya, pastilah jaringan yang berada didekatnya memiliki struktur yang hampir sama. Struktur pelindung pastilah keras dan kuat terhadap gangguan dari manapun bagaikan sebuah perisai. Struktur yang kuat hanya dimiliki oleh sel mati.

Selain felogen, contoh lainnya adalah jaringan parenkim. Jaringan parenkim disebut juga dengan jaringan pengisi karena hampir di semua bagian tumbuhan terdapat jaringan parenkim. Jika ditinjau dari keberadaannya, parenkim dapat ditemukan dari tumbuhan purba sampai dengan tumbuhan tingkat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa jaringan parenkim tergolong di dalam jaringan permanen. Namun terdapat keanehan didalam jaringan parenkim. Mengapa aneh? Karena jaringan parenkim tersusun atas sel-sel hidup yang aktif membelah. Hal ini dapat dibuktikan melalui keterlibatan dari jaringan parenkim di dalam proses regenerasi (penutupan luka). Proses regenerasi tidak mungkin terjadi apabila tidak didukung oleh sel-sel yang masih hidup.

Apakah bukti itu sudah cukup kuat? Untuk lebih meyakinkan lagi, penulis masih mempunyai bukti lain untuk memperkuatnya. Sebelum menjelaskan bukti yang lain, akan lebih baik jika kita mengetahui apa yang dimaksud dengan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. Kata "semua sel tumbuhan" pada kalimat sebelumnya, membuat adanya kemungkinan bahwa setiap sel tumbuhan dapat membelah untuk bertumbuh dan berkembang menjadi individu baru tak terkecuali sel penyusun jaringan permanen.

Ternyata, kemampuan yang unik dari jaringan permanen ini dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mencegah terjadinya kepunahan dari suatu spesies tumbuhan melalui kultur jaringan. Apa yang dimaksud dari kultur jaringan itu? Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman, kemudian menumbuhkannya pada  media buatan yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh secara aseptik,  dalam wadah tertutup yang tembus cahaya pada suhu tertentu sehingga  tanaman dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap.

Menurut  penulis, teknik kultur jaringan ini patut untuk dikembangkan menanggapi  banyaknya spesies tumbuhan langka yang sedang berada pada titik kritis  kepunahan. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin lama semakin  melonjak membuat ketersediaan bahan pangan semakin terbatas. Dengan  adanya teknik kultur jaringan ini, dapat dijadikan harapan kedepannya  agar ketersediaan pangan tetap ada di tengah pertumbuhan penduduk yang  sangat cepat ini.

024-jpg-59c2bee20e3f0b118f7fe352.jpg
024-jpg-59c2bee20e3f0b118f7fe352.jpg
Apakah kalian sudah paham mengenai totipotensi? Jika sudah, sekarang waktunya untuk menjelaskan bukti pendukung dari pernyataan sebelumnya. Pada tahun 1969 M, F.C. Steward mengadakan eksperimen dengan cara mengambil satu sel empulur wortel, kemudian ditumbuhkan menjadi individu baru. Sel empulur sendiri tergolong ke dalam sel parenkim. Sehingga keberhasilan dari percobaan tersebut semakin memperkuat pernyataan bahwa jaringan parenkim dapat membelah dan berkembang menjadi individu baru.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah jika jaringan permanen dapat membelah, lalu apa perbedaannya dengan jaringan  meristem? Jaringan permanen itu bagaikan seorang manusia sedangkan jaringan meristem itu bagaikan seekor kera. Manusia dapat melakukan hal yang dapat dilakukan oleh kera karena manusia lebih sempurna dari kera walaupun lebih sempurna namun manusia tidak dapat melakukan semua hal yang dilakukan oleh kera dan terbatas. Maksudnya adalah jaringan permanen dapat mengalami proses pembelahan namun tidak seratus persen dapat membelah karena tugas utama pembelahan dilakukan oleh jaringan meristem walaupun jaringan permanen lebih sempurna dibandingkan jaringan meristem. Jaringan permanen hanya dapat membelah dalam keadaan tertentu yang sekiranya sangat penting dan mendesak, seperti apabila terjadi luka. Untuk menutup luka tersebut dibutuhkan jaringan parenkim sehingga jaringan parenkim dihidupkan fungsinya untuk membelah. Setelah luka tersebut tertutup, jaringan parenkim itu akan pasif membelah dan menjalankan fungsinya yang lain. Jadi dapat ditekankan lagi bahwa yang membedakan antara jaringan meristem dan jaringan permanen, terletak pada intensitasnya dalam membelah dan peran utamanya.

Jadi, topik utama dari artikel kali ini sudah terpecahkan. Dapat ditarik kesimpulan dari topik utama pada kali ini, bahwa jaringan permanen masih bisa mengalami proses pembelahan, namun hanya pada saat tertentu saja yang sekiranya sangat penting dan mendesak.

Apakah kalian sudah merasa paham tentang apa yang telah disampaikan pada artikel kali ini terutama mengenai jaringan tumbuhan? Jika belum, silahkan sampaikan pertanyaan di kolom komentar di bawah. Penulis juga membuka kritik dan saran dari para pembaca agar dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam membuat artikel selanjutnya, agar kedepannya penulis dapat membuat artikel yang lebih baik lagi.

Sekian artikel penulis pada kali kedua ini, semoga apa yang disampaikan pada kesempatan kali ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan membuat para pembaca semakin mencintai Ilmu Biologi. Dan penulis mengucapkan maaf apabila terjadi banyak kesalahan dalam penyampaian informasi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih karena telah membaca artikel ini.

Sumber:

Irnaningtyas., Istiadi, Yossa. 2014. Buku Siswa Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan

https://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan_Parenkim

https://id.wikipedia.org/wiki/Totipotensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun