Mohon tunggu...
Andrean Masrofie
Andrean Masrofie Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa S1 Universitas Nurul Jadid

Bergerak Dalam Lingkup Organisasi (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII Universitas Nurul Jadid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bayang-bayang Konflik dan Kekompakan

17 April 2020   14:47 Diperbarui: 17 April 2020   14:45 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Banyaknya organisasi yang ada dalam masyarakat, dengan tujuan yang berbeda cenderung melahirkan konflik, demi kepentingan pribadi setiap organisasi, bahkan sampai berakhir anarkis, namun adanya konflik juga memberikan dampak positif, seperti menguatnya identitas dari organisasi tersebut."


Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial  (zoon politicon). Mahluk yang tidak bisa hidup secara individu, membutuhkan kepada manusia lainnya. Karena manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sehingga membedakan manusia dengan hewan. Kekurangan dan kelebihan pada setiap individu, menuntut manusia untuk saling melengkapi satu sama lain serta membentuk soliaritas antar sesama.


Dengan demikian, manusia akan membentuk suatu kelompok, komunitas, organisasi, sebagai suatu wadah untuk interaksi antar individu. Serta mengembangkan potensi yang ada dan bertukar pikiran satu sama lain dalam suatu wadah. dengan konsep simbosis mutualisme.


Dalam organisasi, manusia saling bekerja sama untuk mencapai tujuannya, melalui konsep yang sudah dirancang bersama dengan beberapa pemikiran, serta terpimpin dan terkendali, dengan solidaritas yang dibangun untuk menjaga keutuhan organisasi dalam mencapai tujuan.

Kekompakan dan kesolitan menjadi hal yang utama dalam suatu organisasi untuk melancarkan rancangan agenda serta tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut membutuhkan kerja keras serta gotong royong seluruh anggotanya.


Namun sifat manusia yang suka bergaul dengan sesamanya cendrung menimbulkan suatu konflik. Sehingga dari pelbagai latar belakang individu, pemikiran serta tujuan yang berbeda dalam setiap organisasi. Cendrung menimbulkan sentimen antar organanisasi. Sehingga akan menimbulkan suatu konflik.

Menurut Randal Collins (Amerika Serikat 1941) konflik akan terjadi ketika organisasi-organisasi yang memiliki sumber daya yang besar menguasai serta mengekploitasi terhadap organisasi yang memiliki sumber daya yang sedikit, sehingga akan menimbulkan suatu konflik.  

Dari konflik tersebut, akan membuat antar organisasi akan saling menjatuhkan satu sama lain. Hal tersebut berdampak terhadap keharmonisan relasi antar organisasi, yang kian memburuk. Serta berpengaruh kepada rancangan kerja, bahkan bisa berakhir anarkis,
Misalnya, konflik dua organisasi kemasyarakatan anatara Pemuda Pancasila (PP) dengan Buah Batu Corp (BBC), konflik yang berawal dari penganiayaan.

Namun adanya konflik, tentu tidak hanya memberikan dampak negatif akan tetapi juga memiliki dampak positif, dibalik persaingan yang memanas, konflik juga menciptakan kekuatan besar dalam suatu organisasi.
Hal tersebut ditandai dengan kekompakan serta semangat untuk memperkuat identitas dari organisasi tersebut, dengan demikian organisasi yang identitasnya kuat dan nampak dalam masyarakat akan mempunyai nama yang besar.

Oleh karena itu konflik yang terjadi tidak selamanya buruk, namun konflik juga harus diselingi dengan kesadaran akan rasa Humanisme, hal tersebut agar tidak terjadi suatu kekerasan  yang akan berakibat fatal, serta penertiban dari konflik agar tidak berlarut-larut sehingga akan tertanam dalam anggota organisasi tersebut akan permusuhan selamanya.

Dengan demikian. Ralf Dahrendorf kelahiran Jerman 1 Mei 1929-17 Juni 2009, seorang ahli sosiologi, mengatakan bahwa konflik berhubungan dengan keteraturan, artinya dari adanya koflik antar organisasi yang menyebabkan perpecahan, terdapat sebuah keteraturan (konsensus) dari konflik tersebut.

Oleh karenanya konflik tidak akan selamanya terjadi. Sebab konflik akan melahirkan suatu konsensus, dan demikian sebaliknya, yang oleh Dahrendorf disebut konflik dialektik. Oleh karena itu konflik merupakan suatu penguat sosial dalam masyarakat namun harus diimbangi dengan konsensus untuk membuat keteraturan serta ketertiban dalam masyrakat, kelompok maupun organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun