Mohon tunggu...
Andrean Masrofie
Andrean Masrofie Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa S1 Universitas Nurul Jadid

Bergerak Dalam Lingkup Organisasi (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) PMII Universitas Nurul Jadid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasionalisme adalah Candu

28 Maret 2020   10:14 Diperbarui: 28 Maret 2020   10:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nasionalis jang sedjati, jang Nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copie atau tiruan dari Nasionalisme Barat. Akan tetapi timbul dari rasa tjinta akan manusia dan kemanusiaan". (Ir.Soekarno)

Rasa cinta Nasionalisme terhadap bangsa Indonesia, sudah dituangkan oleh putra sang fajar panggilan akrabnya Soekarno, untuk menumbuhkkan sikap dari masyarakat atau bangsa yang mempunyai tujuan dan cita-cita bersama, dalam menyokong kemajuan bangsa dan negara.

kendati demikan, banyak upaya yang harus ditunjukan oleh setiap warga Negara untuk menunjukan rasa cinta nasionalisme terhadap bangsa dan negara. Misalnya, dengan memakai pakaia batik, mempelajari budaya bangsa dan mengimplementasikan nilai pancasila, Supaya bangsa asing tidak menghina dan meremehkan bangsa indonesia. Jiwa Nasionalisme seperti ini yang harus dimiliki oleh setiap rakyat Indonesia.

Sejak awal berdirinya Republik ini, para pendiri bangsa menyadari sepenuhnya bahwa proses Nation Building (pembangunan bangsa), merupakan agenda penting yang harus terus dibina dan ditumbuhkan. Misalnya, membangun rasa kebangsaan dengan menggerakkan suatu Iktikad, bahwa rakyat adalah satu golongan dan satu bangsa tanpa membedakan suku, ras, agama, dan kebudayaan, karena kebangsaan tidak tergantung pada persamaan bahasa. Melainkan, lebih memperkuat rasa kebangsaan yang kita tanam sejak dini.

Ironisnya, sejak berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman modernisme, berdampak fatal pada terkikisnya jiwa Nasionalisme, terutama pada generasi pemuda. Ditandai dengan derasnya gempuran budaya asing yang secara bebas dapat leluasa hadir dari berbagai aspek kehidupan, yang di rayakan secara gegap gempita oleh masyarakat Indonesia, tanpa melihat sisi negatif dan positifnya.

Dalam dekade terkahir ini, Banyak terdapat konflik yang terjadi pada sistem pemerintahan presiden Jokowi, dengan Kabinet Indonesia maju. Salah satunya, konflik Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua. Kasus penyerangan dan penahanan mahasiswa Papua 16 agustus 2019, di asrama kalasan Surabaya. Berbagai cercaan rasial, seperti monyet dan ungkapan tidak manusiawi lainnya, seakan-akan orang papua itu seperti hewan. Tuduhan terhadap mahasiswa papua, yang merusak bendera merah putih. informasi tersebut kebenarannya tidak terbuktikan.

Salah satu tokoh yang berbicara tentang kemanusiaan. Ialah Pramoedya Ananta Toer, sapaan akrabnya Pram lahir 6 februari 1925 di Blora Jawa Tengah. Didalam buku anak semua bangsa, Pram menjelaskan tentang rasa cinta terhadap tanah air, dapat tumbuh ketika manusia mampu menerapkan nilai-nilai Humanisme terhadap manusia yang lainnya.

Maka dari itu, Soekarno pernah menegaskan bahwa "Nasionalisme Indonesia bukanlah Nasionalisme sempit, yang timbul dari kesembongan bangsa belaka. Tetapi, Nasionalisme Indonesia semestinya mempunyai sikap menerima, menghargai menghormati dan melindungi hak-hak asasi manusia. Serta wajib melahirkan sikap adil dan beradab terhadap semua suku, agama, ras dan golongan".

Dalam artian, untuk menghadapi pelbagai konflik seperti ini, Negara juga diharapkan mampu memberikan kebaikan bersama, bagi warganya dan meningkatkan nilai kemanusiaan. 

Sehingga masyarakat mempunyai rasa Nasionalisme tinggi, untuk mencurahkan segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan, dan tegaknya kedaulatan Negara dan bangsanya. Tentunya harus mengutamakan keberadaban dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Dengan demikian, dari pelbagai permasalahan yang ada dalam Negara. Nasiolisme mampu menjawab serta menjadi solusi, dengan toleransi dan menjunjung tinggi rasa humanisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dari itu perlu kiranya kita sebagai warga Negara indonisia paham akan nasionalisme serta mempunyai jiwa dari nasionalisme itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun