Diplomasi koersif membutuhkan tenggat waktu untuk dapat memberikan kesempatan kepada negara sasaran. Permintaan yang diajukan maupun ancaman yang diberikan mungkin dapat dipercaya namun, apabila tenggat waktunya terlalu ketat atau pun tidak terlalu ketat maka ada kemungkinan negara sasaran tidak akan menyerah.
Studi Kasus
Salah satu bentuk diplomasi yang digunakan oleh Amerika Serikat adalah diplomasi koersif wilayah Timur Tengah. Dalam penggunaan diplomasi tersebut Amerika Serikat menggunakan kekuatannya sebagai negara adidaya agar dapat ikut dan terlibat ke dalam konflik di kawasan Timur Tengah tepatnya Suriah dan Irak. Berbagai macam konflik yang terjadi pada kawasan tersebut terus mengalami perkembangan ditambah lagi dengan resolusi konflik yang cenderung minim/sedikit. Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap citra kawasan ini yang dianggap sebagai wilayah konflik, tetapi hal ini juga mempengaruhi stabilitas lainnya seperti politik, ekonomi, dan keamanan internasional (Zami, 2018).
Dengan adanya berita bahwasannya pemerintahan Rezim Bashar alashaad menggunakan senjata kimia untuk menyerang pihak yang berada di sisi oposisi, hal ini membuat Presiden Amerika yang pada saat itu Presiden Barrack Obama mengambil sebuah kebijakan campur tangan dan mempersenjatai pihak yang berada di sisi oposisi. Keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik di Timur Tengah tepatnya Suriah pastinya diiringi dengan kepentingan nasional Amerika itu sendiri di wilayah Suriah, adanya konflik yang terjadi di suriah membuat kepentingan nasional Amerika di suriah menjadi terancam. Disamping hal tersebut, invansi militer yang diambil oleh Amerika ke Suriah mempunyai tujuan untuk membendung adanya pengaruh dari Rusia di Wilayah Suriah. Kepentingan nasional Amerika Serikat berada di satu sisi dengan tindakan invansi militer. Dapat dikatakan bahwasannya invansi militer yang dilakukan Amerika di Suriah merupakan cara Amerika untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Ketika pada masa kepemimpinan Presiden Barrack Obama, Amerika Serikat memfouskan wilayah Timur Tengah sebagai fokus politik luar negerinya. Salah satu kebijakan luar negeri yang diambil oleh Presiden Obama Détente. Kebijakan ini diambil guna untuk mengurangi tingkat ketegangan tentara Amerika Serikat yang terjadi di Timur Tengah.
Bentuk dari penerapan diplomasi koersif Amerika Serikat dalam hal ini dapat dilihat dari invansi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Hal ini tidak terlepas dari pemerintah Suriah sulit untuk diajak berdiskusi ataupun berunding secara baik-baik, sehingga hal ini menyebabkan Amerika Serikat mengambil tindakan koersif. Selain itu, invansi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat di wilayah Suriah dapat dikatakan sebagai usaha untuk memenuhi kepentingan nasionalnya (national interest) ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama Amerika Serikat di Kawasan Timur Tengah termasuk Wilayah Suriah. Prioritas Utama Politik Luar Negeri Amerika Serikat dalam masalah keamanan dan stabilitas dunia, yaitu menyebarkan sebuah pemahaman soal demokrasi, serta peningkatan sumber daya ekonomi juga menjadi faktor utama dan pendorong diambilnya diplomasi koersif ini oleh Amerika Serikat.
Mengenai apa saja yang didapat oleh Amerika Serikat yang disebut dengan kepentingan nasionalnya dapat diketahui dari berbagai aspek. Aspek yang pertama berhubungan erat dengan kepentingan politik para Presiden Amerika Serikat entah itu pada masa Presiden Obama atau pun pada masa Presiden Donald Trump kemarin, kepentingan politik disini ialah Amerika Serikat menyebarkan pengaruhnya yang lebih efektif dengan salah satu caranya yaitu dengan eskpansi wilayah dengan menggunakan cara invansi militer, selain ekspansi wilayah penyebaran pemahaman soal demokrasi masih terus dilakukan oleh Amerika terhadap kelompok-kelompok opisisi terhadap Presiden Bashar Al-ashaad yang dikenal sebagai Presiden yang otoriter.
Aspek yang kedua adalah keamanan dan militer, yang dimana di dalam pelaksanaan diplomasi koersif Amerika Serikat berada di posisi dimana keamanan negaranya terancam akibat dari adanya penggunaan senjata kimia yang dimiliki oleh pemerintahan Bashar Al-ashaad, di satu sisi yang lain adanya intervensi dari Rusia dan China dalam mendukung Rezim Bashar Al-ashaad hal justru membuat posisi militer Amerika Serikat yang berada di daerah Timur Tengah menjadi terancam dengan adanya aliansi dan campur tangan dari kedua negara tersebut. Adanya pengaruh dari Rusia dan China jugalah yang menjadi faktor penghambat tercapainya kepentingan Amerika Serikat.
Sejak tahun 2011 Rusia dan China telah mengeluarkan hakveto ke dalam siding PBB hal ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi Amerika Serikat di wilayah Timur Tengah tepatnya di Suriah. Amerika Serikat kemudian mencari jalan lain sebagai alasan untuk melaksanakan diplomasi koersifnya, pada tahun 2003 Amerika Serikat pernah melakukan invansi militer ke wilayah Timur Tengah lainnya di Wilayah Irak yang dimana secara geografis dan bentuk konflik yang terjadi sama dengan yang dialami dengan suriah (sama-sama dituduh mempunyai senjata pembunuh massal) hal ini lantas membuat Amerika Serikat mengambil kebijakan “tanggung jawab untuk melindungi” yang dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai alasan untuk melaksanakan penyerangan terhadap wilayah tersebut. Kepentingan Amerika Serikat yang terakhir ialah kepentingan ekonomi, seperti yang diketahui bahwasannya wilayah-wilayah yang berada di kawasan Timur Tengah memiliki sumber daya alam yang besar yaitu adanya sumber minyak yang besar. Hal inilah tujuan utama Amerika Serikat dalam membantu pihak oposisi yang berada di Suriah untuk melakukan sebuah kudeta dengan invansi militer. Lebih jauh lagi kekayaan alam yang dimiliki oleh suriah menjadi alasan utama kenapa Amerika Serikat ikut campur ke dalam konflik wilayah tersebut.
Daftar Pustaka
Alunaza, H. (n.d.). Retrieved November 27, 2021, from reviewnesia.com: https://reviewnesia.com/keberhasilan-diplomasi-koersif/