15.000 tahun sebelum zaman es mencair
Di muara sungai Kalimas, hidup satu keluarga yaitu keluarga Bapak Jan. Satu keluarga dengan tiga orang anak, anak pertama bernaman Jan Erot, biasa dipanggil Jarot,  anak kedua perempuan bernama Jan Enah, dipanggil Janah, dan sibungsu cowok, namanya Jan Cuker,  biar agak  sopan jarang dipanggil nama lengkapnya, cuma dipanggil Cuker saja. Kehidupan kedua anak pertama biasa saja, yaitu mengikuti orang tuanya sebagai nelayan, yang penghasilan utamanya didapat dari membuat asinan cumi. Cumi yang masih basah dijemur dan diasinkan sampai kering sehingga bentuknya menjadi kriting, maka jadilah cumi keriting.
Menjadi heboh di kemudian hari adalah si Bungsu Jan Cuker, ketika berjalan di pantai bertemu dengan botol bertutup rapat dengan isi air berbusa, kalau jaman sekarang mungkin minuman bersoda. Diambilnya botol tersebut lalu digoncang goncangnya ehh tau tau tutup botolnya lepas, sehingga terjadi semburan yang kuat, sialnya si bungsu Jan malah ikut tersembur kencang....dan tarrraaa... sampailah cuker ke masa sekarang, jaman digital dimana nelpon dan kirim pesan serta internetan sudah gratis karena sudah tersedia paket data berbayar.
Cuker terjatuh tepat di lobby sebuah hotel berbintang  di ibukota sekarang, DKI Jakarta. Dia kebingungan, dimana ini, beruntung resepsionis hotel itu Neng Elis dengan ramah menyapanya.
Maaf ade ini mau bertemu siapa, kok keliatan bingung? Tanya Neng Elis.
Saya cari bapak saya neng, jawab Cuker.
Bapaknya siapa? Tanya Neng Elis lagi.
Bapak Jan. Jawab Cuker..
Ya, ampun, kamu Cuker ya, anaknya manajer hotel ini ya? Â Neng Elis kaget mendengarnya.
Bukan, bapak saya nelayan penangkap cumi, jawab Cuker.
Neng Elis, tak memperdulikan jawaban Cuker, Â ia pun ke melangkah ke dalam, bermaksud memberi tahu pak Manajer ada anaknya di lobby, heh kok gak pake telepon aja?? Ya gak lah, pertama mati lampu, yang kedua bos lagi sibuk, takut mengganggu konsentrasi bos.