Mohon tunggu...
Andreaneda Andrade
Andreaneda Andrade Mohon Tunggu... Buruh - Sejuk

Mengomentari ternyata lebih enak daripada menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tongkat Ajaib

10 Februari 2016   12:00 Diperbarui: 10 Februari 2016   12:04 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa pedalaman kalimantan tahun 90an awal belum diterangi listrik. Rumah rumah penduduk umumnya berbentuk panggung dengan ketinggian diatas 2 meter dengan lantai bilah bambu. Menjelang petang, orang orang dewasa berkumpul saling bercerita dengan penerangan lampu minyak seadanya, sedangkan anak anak bermain di halaman. Ini biasa berlangsung sampai jam 8 malam, setelah ngantuk acara ini bubar, masing masing orang pulang untuk tidur ke rumahnya sendiri. Jangan membayangkan ada televisi, benda ini jika ada pada saat itu mungkin dikira alien dari galaksi lain.

Nah pada suatu petang ada anak punya ide yang lumayan cemerlang. Anak tersebut dilihat dari tampilan sangat lugu, penyendiri, wajah polos mengenaskan, tapi jangan terkecoh dengan penampilannya, seperti cerita berikut ini:

Ketika sekumpulan bapak bapak sedang asyik ngobrol, dipatahkannya kayu seukuran telunjuk dengan panjang kira kira 75 cm. Lalu dia mengupas kulitnya hingga tinggal kambiumnya yang licin bila dipegang. Diam diam dia berpindah ke bawah rumah tepat diatasnya kumpulan orang orang ngobrol. Disorongkannya kayu itu berkali kali melalui celah lantai. Beberapa kali sampai orang orang diatas sadar ada kayu, tapi tidak sampai mengenai mereka. Karena kesal salah satu orang tua itu bilang kalau kayunya muncul lagi dia akan menangkapnya. Si anak terhenti sejenak, tidak jauh dari rumah itu ada seonggok kotoran sapi yang masih basah.

Entah dapat bisikan darimana dia mencelupkan tongkatnya itu ke kotoran sapi berkali kali sampai menutupi ujungnya. Maka dengan hati hati  disorongkannya kembali kayu itu keatas persis di dekat bapak yang mau menangkap kayu itu. Dan benar saja bapak itu dengan kedua tangannya berhasil menangkap ujung kayu, begitu kayu tertangkap cepat cepat kayu ditarik ke bawah oleh si anak, hasilnya bapak itu gagal menahan ujung kayu karena licin tetapi membuat tangannya belepotan dengan kotoran sapi basah. Terdengar tawa temannya membahana sementara si bapak memisuh misuh karena dikerjain seorang anak. Si anak langsung kabur ke rumahnya dan tidur. Sampai sekarang si bapak belum tau siapa pelakunya berkat penampilan anak yang innocent itu.

Suatu petang si anak sedang berjalan pulang ke rumahnya. Di depannya kira kira 10 langkah orang dewasa kepala desa berjalan searah dengannya. Diambilnya jalan memutar untuk mendahului kepala desa, dia berhasil duluan dan kepala desa kini dibelakang nya. Disorot cahaya bulan yang terhalang gumpalan awan ia melihat sekumpulan sapi tidur dijalan yang akan dia lalui. Lagi lagi dapat bisikan si anak mengambil batu dan tongkat kayu, dibubarkannya sapi sapi itu dan mengusir nya ke arah kepala desa yang berjalan dibelakang nya. Karuan saja pak kades dibuat lari tunggang langgang.

Itu contoh beberapa kenangan si anak berwajah polos berpenampilan kurang meyakinkan. Dia teman saya lho. Bukan saya. Dan cerita bukan untuk lomba, sekedar berbagi saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun