Mohon tunggu...
Andrea Marcella
Andrea Marcella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

All about my hobbies.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rehabilitasi Ekosistem Mangrove Bersama Komunitas Kawan Pesisir Raja Ampat

11 Maret 2024   23:29 Diperbarui: 12 Maret 2024   12:20 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia dengan keindahan bentang alamnya merupakan destinasi wisata yang populer. Mulai dari wilayah pegunungan hingga lautan, setiap lokasi memiliki karakteristiknya masing-masing. Salah satu atraksi pengunjung yang semakin berkembang adalah Papua Barat. Selain pesona bahari, provinsi ini memiliki ekosistem mangrove yang luasnya mencapai 500.000 hektare. Keindahannya hanya merupakan salah satu kualitas mangrove. Ekosistem ini memiliki berbagai manfaat, seperti habitat biota laut, sebagai benteng alam yang melindungi daratan dari abrasi, serta dapat dimanfaatkan pula oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Mengingat manfaat mangrove bagi lingkungan hidup Indonesia, BRGM telah bekerja sama dengan pemerintah Papua Barat untuk melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove dengan target seluas 36.856 hektare yang akan dilaksanakan secara bertahap hingga tahun 2024. Provinsi Papua Barat juga merupakan provinsi pertama yang memberikan perhatian khusus terhadap pelestarian mangrove, didukung oleh Peraturan Daerah yang mengatur kompensasi pemanfaatan mangrove. 

Salah satu wilayah kabupaten yang tergabung dalam program rehabilitasi mangrove adalah Raja Ampat, dengan luas ekosistem mangrove yang mencapai 27.180 hektare. Berbagai kelompok masyarakat telah memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian selama bertahun-tahun, seperti usaha pengolahan sabun, tepung mangrove, dan minyak kelapa yang memanfaatkan tumbuhan mangrove maupun sekitarnya. Seluruh kelompok masyarakat ini tergabung dalam sebuah komunitas, yaitu Komunitas Warga Pesisir Raja Ampat yang secara aktif mengelola kegiatan wirausaha mangrove. Pendirian komunitas ini pun didasari oleh motivasi seseorang yang memiliki tekad kuat dan mendukung penuh kegiatan rehabilitasi mangrove, Stefanus Wawiyai.

Stefanus atau yang kerap dikenal dengan nama Steve adalah ketua Komunitas Warga Pesisir Raja Ampat. Didirikan pada tahun 2018 bersama istrinya, komunitas tersebut dimulai dengan enam anggota, dan kini sudah memiliki 300 anggota dari berbagai kelompok masyarakat yang tergabung. Perkembangan yang konsisten didukung oleh passion Steve dalam menyuarakan dan meningkatkan awareness masyarakat mengenai pentingnya melestarikan ekosistem mangrove. Hal ini dibuktikan dengan partisipasinya menjadi pembicara pada Asia-Pacific Solutions Forum 2023 di Kuala Lumpur yang dihadiri oleh peserta Sustainable Development Solutions Networking (US-SDSN) Asia Pacific. Steve juga menekankan pentingnya edukasi terhadap wisatawan yang berkunjung  di Raja Ampat. Beliau ingin para wisatawan untuk meninggalkan Raja Ampat dengan membawa bekal ilmu.

Sebagai ketua sebuah komunitas yang besar, proses pengelolaannya memiliki berbagai tantangan. Saat ini, salah satu isu yang menjadi hambatan terbesar adalah mengenai perizinan dan lisensi produk. Steven menjelaskan bahwa beliau memiliki keinginan untuk menjual produk-produk secara komersial, tetapi sulit direalisasikan karena lisensi yang terbatas dan tidak mudah. Terlepas dari hambatan yang dialami, beliau tetap berjuang dan berusaha menjual produk dengan segala keterbatasan yang ada. Kedepannya, Ia berharap bahwa pemerintah setempat dapat membantu, mengingat produk-produk ini adalah hasil kelompok masyarakat yang merupakan salah satu pilar ekonomi masyarakat di Raja Ampat. Steve juga mengatakan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah mengubah model pemikiran masyarakat mengenai mangrove, dimana beliau harus memulai dari tingkat tapak sejak tahun 2018.

Komunitas Warga Pesisir Raja Ampat telah bekerja sama dengan BRGM dalam proses pengembangan kelompok masyarakat. Steve menyatakan bahwa dirinya sangat berterima kasih kepada BRGM atas seluruh bantuan yang telah diberikan di saat komunitasnya belum mendapatkan banyak bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat. Beliau menjelaskan bentuk-bentuk dukungan yang telah diberikan mencakup pelatihan, mengadakan studi banding, edukasi masyarakat, dan anggaran untuk rehabilitasi mangrove. "Kami mau agar BRGM tetap eksis. Saya pribadi mewakili teman-teman mangrove dan warga pesisir di Raja Ampat ingin BRGM agar tetap ada dan program rehabilitasi mangrove terus berjalan. Terutama bagi kami yang berada di Papua Barat Daya, program BRGM yang berjalan sangat membantu perekonomian masyarakat." Ia juga mengekspresikan kesenangannya bahwa BRGM memberikan atensi terhadap tanah Papua, kampung halamannya. Akhir kata, Steve berharap agar pemerintah pusat dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk lebih fokus terhadap edukasi mangrove kepada kelompok-kelompok di tingkat tapak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun