Mohon tunggu...
Trip

Desa Wisata Ngelanggeran #StudiDampak

4 Juli 2018   10:55 Diperbarui: 4 Juli 2018   10:53 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Senin 8 mei-12 mei 2017

Kami awalnya belum mengetahui apa itu desa wisata nglanggeran bahkan kami sempat tidak ingin berkunjung ke tempat itu alasannya sangat sederhana, karena tempatnya masih asing di telinga kita. Menurut masyarakat setempat, Nglanggeran berarti kejahatan pasti diketahui. Itu artinya ketika orang lain berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma setempat akan dapat diketahui. Lalu, akhirnya kami berangkat ke sana dari sore hari hingga pagi harinya.

Setibanya di tempat tersebut kami disambut dengan keramah tamahan asli budaya jawa yang begitu melekat pada masyarakat di desa itu. akhirnya kami setelah setengah jam menunggu di gazebo desa wisata nglanggeran, kami di tunut oleh masyarakat setempat yang mengelola desa wisata nglanggeran ke homestay untuk menginap beberapa hari. Homestay tersebut dikelola oleh masyarakat setempat.

Di hari pertama kami di bimbing untuk sedikit mengenal budaya jawa yang khas mulai dari pengucapan kata perkata ingin bahasa jawa. Lalu setelah itu kami melihat-lihat alam sekitar yang memang menurut saya pribadi masih khas desa dan belum tersentuh oleh asing.

Hal yang menarik adalah ketika saya mengetahui dari beberapa sambutan dari pihak pengelola desa wisata nglanggeran bahwa desa wisata nglanggeran adalah desa wisata terbaik di ASEAN pada tahun 2016. WOW, itu yang membuat kami tidak menyesal termasuk saya pribadi berkunjung ke desa wisata Nglanggeran.

Di hari kedua kami melihat beberapa masyarakat dalam budidaya susu etawa dan cokelat khas nglanggeran dan mencicipi keaslian dari produk makanan khas desa wisata nglanggeran tersebut, bahkan kami melihat beberapa turis untuk membeli cokelat asli desa wisata nglanggeran tersebut dan sore harinya kami mengunjungi tempat yaitu embung nglanggeran, sepintas tidak ada yang menarik akan tetapi saat kami sampai ke puncaknya, tempat tersebut memiliki spot-spot foto yang menarik.

Bahkan saat itu kami baru mengetahui bahwa desa wisata nglanggeran di kelola sangat profesional dikarenakan memiliki official akun desa wisata nglanggeran untuk sarana promosi, maklum meskipun kami tau desa wisata nglanggeran sebgai desa wisata terbaik 2016 di asean, kami baru mengatahui saat pengelola mengatakan bahwa saat kami berfoto dan di upload ke media sosial kami di sarankan mengTAGGING beberapa akun sosial media desa wisata nglanggeran seperti facebook dan instagram

Di hari ketiga kami bersama angkatan 2015 dan pemandu mengajak kami semua untuk belajar bercocok tanam dan berkebun serta membajak sawah, sangat menarik bagi kami terutama saat bermain bola di lumpur, pengalaman yang ecxited banget ketika melihat kekompakan dan keseruan temen-temen 2015 bermain, setelah bermain.

Kami bersih-bersih di sungai dan kembali ke homestay masing-masing. Setelah itu kami belajar tentag budaya tarian kuda lumping dan memainkannya. Untuk perempuan sendiri memainkan gending jawa, untuk yang mengajarkannya sangat muda, ternyata anak umur 13 tahun sudah mampu menguasai beberapa alat musik jawa. Luar Biasa, di tamnah keramah tamahan masyarakat desa wisata ngalanggeran kami sudah merasa desa wisata nglanggeran sebagai rumah kami

Di hari ke empat tepatnya hari terakhir kami di Nglanggeran sebelum besok memulai perjalanan kembali. Kami menaiki atau mendaki puncak gunung api purba nglanggeran. Banyak yang mampu sampai ke puncak tapi beberapa orang yang tidak bisa sampai ke puncak karena berbagai alasan. Di puncak yang tingginya sekitar 750mdpl kami melihat pemandangan yang sangat bagus, cocok untuk spot foto yang menarik, kami berfoto-foto di sana bersama angkatan 2015 khususnya. Lalu kami saat sore hari ke tempat atau kampung 7 kepala keluarga.

Ada yang menarik dari kampung itu di karenakan kampung tersebut hanya boleh di huni dengan 7 kepala keluarga dan tidak boleh lebih, apabila lebih maka orang tersebut harus keluar dari kampung tersebut. Setelah dari kampung 7 kepala keluarga, kami melihat atraksi kuda lumping, sekilas memang tidak ada yang aneh bahkan sangat menghibur tapi di akhir pertunjukan kami di kejutkan dengan aksi-aksi pengkuda lumping yang kesurupan.

Al hasil beberapa penonton lari ketakutan dan beberapa pula yang merasa aksi tersebut sangat menghibur dan tidak masuk akal seperti disayat beling, dicambuk dll. Mereka sama sekali tidak terluka, pun saya sendiri heran dan berkata " waduh, ko mereka tidak kenapa-kenapa ya Hahahahahaha" setelah itu kami bersama mobil pajero, pajero sebutan untuk kendaraan khusus di desa wisata nglanggeran. Unik memang.

Setelah itu kami malamnya menghadiri acara yang orang desa wisata ngalnggeran sebut sebagai karawitan, artinya wisatawan yang menginap selama 3 hari lebih sebelum pulang ke tempatnya masing-masing di beri penghormatan untuk makan bersama dengan para sesepuh desa wisata nglanggeran serta memahami ikon ikon adat jawa seperti keris dan blangkon. Serta di saat bersamaan sebelum kami berisirahat. Kami membakar api unggun dan menikmati malam kebersamaan dengan angkatan 2015 khusunya dan pengelola desa wisata nglanggeran.

Di hari terakhir kami permanitan dengan idung semang masing-masing, nah sebelumnya bagi yang belum tahu apa itu induk semang. Induk semang adalah pemilik dari homestay yang kita tempati apabila kita hendak berlibur dalam jangka waktu yang lama di desa wisata nglanggeran. Lalu kami berpamitan dengan beberapa induk semang lainnya dan kami lenjutkan perjalanan ke candi ratu boko, hanya untuk sekedar foto-foto dan melihat-lihat keunikan dari candi tersebut, serta melihat pemandangan gunung merapi yang bagi kami itu cukup menarik.

Dua jam berikutnya kami melanjutkan perjalanan menuju malioboro untuk berbelanja dan setelah itu kami makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur untuk kunjungan terakhir kami dalam studi lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Dari kesimpulan di atas Desa Wisata Nglanggeran sangat memberdayakan SDMnya dalam pengelolaan pariwisata demi kesejahteraan masyarakatnya sendiri, konsep ini lebih kita kenal dengan sebutan CBT (Community Based Tourism) yang artinya bahwa potensi pariwisata desa wisata nglanggeran di kelola oleh masyarakatnya sendiri, di rawat oleh masyarakatnya sendiri serta dampak yang di rasakan oleh keberadaan dari kegiatan pariwisata di desa nglanggeran dapat langsung di rasakan oleh masyarakatnya sendiri.

Terbukti menurut Aris Budiyono salah satu tenaga pemasaran yang kita wawancari, beliau mengatakan bahwa " Dengan menggunakan konsep CBT, alhamdulillah mas, desa kami mampu mendapat keuntungan sebesar Rp. 1,2 Milyar dalam satu tahun, lain halnya ketika pada tahun 2014. Ketika kami berpikir yang penting wisatawan banyak yang mengunjungi desa kami maka kami hanya mendapat untung sebesar Rp. 400 juta.

Lain halnya ketika kami berpikir kualitas pengunjung yang berdatangan ke desa kami itu dampak ekonominya lebih terasa. Namun, ketika kami hanya berpikir tentang kuantitas pengunjung yang tentunya dapat merusak tatanan lingkungan karena kunjungan yang tidak terkendali". 

Andre Akbar Hidayatullah

8015210002

Studi Dampak Pariwisata

Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila, Jakarta

Desa Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Daerah Istimewa Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun