Mohon tunggu...
Andrea Juliand
Andrea Juliand Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis kemarin sore

ESTJ | Untukmu yang Berani Melepaskan, 2019 | Yang Terlupakan, 2018 | Mikayla, 2017 | Putus, Ya Terus? 2016

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segelas Sepi Berwujud Thai tea

21 Mei 2015   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menghabiskan waktu menunggu kekasih sukmaku yang baru bisa datang di hari ke enam. Kekasih sukmaku di mana aku pertama kali bertemu dengannya lima tahun yang lalu. Senyum manisnya, keceriaannya dan kejenakaannya menorehkan nilai tersendiri di hati.

Pertama kali kulihatnya, aku bergumam, mungkin Tuhan sedang gembira ketika menciptakanmu. Begitu indah, sempurna dan mempesona. Apakah engkau duhai cinta yang turun dari surga?

Tiap pagi selama enam hari berturut-turut, aku berjalan kaki melewati danau Salzburg, duduk sebentar sebelum lanjut menuju kota. Aku duduk diam tak bergeming. Aku menikmati pemandangannya. Cuacanya, udaranya, dan keramahan penduduk setempat. Detik demi detik, kurasakan semua. Feelnya dan imajinasi yang meletup keluar dari kepalaku, kubiarkan semua terlepas bebas di tepi danau, kubiarkan sang imajinasi berjalan liar seliar halilintar dan itu semua hanya untuk memikirkanmu, duhai cintaku. Hanya kamu. Demi kamu.

Pada akhirnya, kota indah dengan biara di atas bukit ini tak bisa menggugah hasrat hidupku lagi. Setelah dirinya pergi, danau Salzburg tak lagi menjanjikan apapun. Tak lagi bermakna. Tak lagi terasa apa-apa, selain sebuah keping kenangan berjudul rindu dibalut sepi yang berkawan dengan sendiri.

Ada satu kenangan yang masih aku ingat hingga detik ini. Ketika kami duduk bersama di tepi danau. Duduk berdua membisikkan kata cinta. Aku ingat hari itu. Kami berbicara sambil menikmati segelas Thai Tea. Dingin, lembut, dan nikmat, senikmat diriku yang menikmati memandangi wajahnya inchi demi inchi.

Namun kini, ketika dia pergi, aku kembali duduk di tepi danau, masih dengan segelas Thai tea. Kucoba menikmati Thai tea, seteguk demi seteguk, tapi begitu beda rasanya. Gelas itu, isinya masih Thai tea tapi rasanya seperti Thai tea tanpa huruf H.

**Segelas sepi berwujud Thai tea

oleh : Andrea Juliand dan Aria Sardjono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun