Mohon tunggu...
Andrea Felicia
Andrea Felicia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - andrea; pelajar

pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Di Bawah Lindungan Ka'Bah Meski Cinta Tak Sejalan

30 September 2021   21:30 Diperbarui: 30 September 2021   21:33 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang sebagai kita ini telah dicap dengan ‘derajat bawah’ atau ‘orang kebanyakan’, sedang mereka diberi nama ‘cabang atas’, cabang atas ada kalanya karena pangkat dan adakalanya karena harta benda.” Selain menyertakan unsur keagamaan dan hukum alam, dalam bukunya, Hamka juga mengisahkan adat istiadat masyarakat setempat yang berlaku bagi kaum perempuan. 

Dimulai dari masa pingit bagi perempuan yang berawal saat dirinya telah menamatkan sekolahnya hingga mendapatkan seorang suami, dan tradisi perjodohan bagi seorang perempuan. 

Dalam buku digambarkan bagaimana pada zaman dahulu, perempuan tidak memiliki kebebasan untuk memilih calon pendamping hidupnya, sehingga terkadang perempuan harus sanggup untuk ‘menekan’ perasaan pribadi untuk berkorban bagi keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dirinya dengan lelaki yang keluarganya memiliki latar belakang sosial yang sederajat.

Berbicara mengenai latar waktu, meski latar waktu secara tersurat hanya disebutkan pada bagian awal buku, namun dari nama tempat, kegiatan, maupun penggunaan kata yang digunakan Hamka sudah cukup menjelaskan kepada pembaca mengenai keadaan Indonesia di waktu itu. Misalnya, terdapat bagian yang menyebutkan nama sekolah, tempat Hamid menuntut ilmu, yakni Hollands Inlandsche School (HIS) dan Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). 

Melalui penggunaan bahasa asing dalam nama tempat Hamid bersekolah, pembaca sudah dapat menduga, bahwa latar waktu yang diambil dalam buku adalah ketika Indonesia belum merdeka dan masih dibawah penjajahan Belanda. Secara jelas, Hamka juga menggunakan kata maupun frasa zaman dahulu yang mungkin bagi para anak muda saat ini sulit untuk dimengerti, misalnya kata masygul, pakansi, anakanda dan frasa cucur peluh, jerat semata. 

Berbicara mengenai pengalaman hidup, pengalaman hidup Hamid yang diceritakan dalam buku, dituliskan begitu lengkap sehingga pembaca dapat mengetahui isi hati terdalamnya. Pembaca juga dibawa untuk melihat pengalaman hidup Hamid dari perspektif wanita pujaannya, Zainab. 

Meski terdapat bagian dalam buku yang dirasa menceritakan suatu kejadian secara berulang, tetapi dengan gaya penceritaan yang diambil dari dua perspektif orang berbeda membuat pembaca tertarik untuk menamatkan karya Hamka yang satu ini. Penggambaran akan perasaan cinta yang begitu mendalam dalam hati kedua pemuda dan pemudi begitu jelas, didukung dengan gaya bahasa zaman dahulu yang masih menggunakan panggilan seperti “Adinda, Kakanda” yang semakin mendukung suasana romantis yang ada dalam buku ini. 

Pada sisi lain, penggambaran perasaan sesak akibat kenyataan pahit tentang perbedaan status sosial yang menjadi penghalang cerita cinta keduanya pun sangat tergambarkan terutama dengan peristiwa yang dialami baik oleh Hamid maupun Zainab. 

Kenyataan pahit yang dialami Hamid secara gamblang digambarkan oleh penulis, melalui dialog ibunda Hamid yang mengingatkannya bahwa dirinya dan Zainab bagaikan langit dan bumi.

 Tidak cukup sekali, namun kenyataan pahit itu semakin menjadi-jadi ketika ibunda Zainab secara langsung meminta bantuan Hamid, untuk membujuk putrinya agar menyetujui perjodohan diantaranya dengan seorang rekan ayahnya yang berstatus sosial setara dengan keluarga mereka. Keadaan yang membuat kedua insan ini tidak dapat saling memiliki, akhirnya benar-benar memisahkan keduanya dengan jarak dan waktu. 

Tanpa mereka sadari, momen tersebut merupakan saat terakhir dalam hidup keduanya untuk menatap satu sama lain secara langsung. Hamid memutuskan untuk mengangkat kaki dari kampung halamannya dan memulai kisah perantauannya, hingga akhirnya dirinya menapakkan kaki di tanah suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun