Pada 1928 Pabrik Gula Tangoenan/Tangunan Puri ini berpikiran untuk membuat produk untuk efisiensi. Produknya adalah sirup berasal dari Tetes. Jadi tetes tebu yang hgelap ini akan dimurnikan dari warna hitam dan aroma tebu. Kemudian menjadi larutan bening yang hanay berasa manis. DIpanaskan dan dipompa kecepatan tinggi...dipisahkan atas dasar kekentalan...yang berjalan cepat berarti larutan encer berupa fruktosa (gula buah-buahan yang maniiiis rasanya).....yang berjalan lamban berarti glukosa (kental tidak begitu manis)..
Baru berjalan beberapa bulan...Eeeeh..Jaman meleset (krisis ekonomi dunia). Tutuplah investasi mahal ini. Kelak era 1980-1990 mesin ini dibeli dan dipindahkan ke Tambakagung untuk menjadi pabrik gula cair dengan bahan baku singkong.
Ragi dari tetes
---------------------
Sebenarnya ada pemain besar Perancis.......Sudah merencanakan akan membuat pabrik ragi roti Saccharomyces Cereviceae...sulit ya....Yaah kalau sekarang ada banyak merek seperti "Fermi*an...Pak*aya...S*af dll". Â Saat itu perusahaan perancis ini sudah akan membeli tanah di daerah Pugeran karena dekat dengan Pabrik Ketegan (Kutorejo) Pohdjedjer dan Tangoenan. Rencananya sih, Tetes akan dikasih ragi Saccharomyces Cereviceae biar berkembang biak dan dijual sebagai ragi roti. Apa Daya......Jaman meleset atau krisis ekonomi global 1930. Rencana ini gagal dan tetap menjalankan produksinya di Surabaya.
Lantas ...... Ragi ini untuk apa? Untuk Roti!!! Daaaan....untuk Alkohol.
Spiritus dan Minum Racun
-----------------
Jadilah Pabrik Spiritus terbesar di Indonesia. Sebenarnya ada dua di Indonesia yang persis dan salah satunya ada di Mojokerto tepatnya Wates. Terkenalnya kok spiritusya???
Begini ceritanya.
1909 berdiri pabrik spiritus ..... buesaaaaar. Tapi dengan kapasitas besar ini kapasitas produksi tidak memenuhi batas minimal dikarenakan pasokan bahan baku. Jadiii tidak bisa BEP (Break Event Point)...BEP itu banyak yang menganggap adalah kecepatan pengembaian modal. Misalnya modal 100 juta, akan Kembali dalam waktu 1 tahun...Ooh BEPnya 1 tahun.....Bukaaaaan..kecepatan Kembali modal itu bukan BEP tapi RoI (Return of Investment)
Nggak tau kok salah kaprah ya...
BEP itu misalkan pabrik dipacu untuk kapasitas produksi tertentu karena BEPnya 40%, maka jika hanya 40% kapasitas produksi yang jalan akan tidak untung juga tidak rugi karena semua biaya produksi akan impas dengan pendapatan. Jika kapasitas produksi di atas 40% maka akan timbul angka berupa untung.
karena tetes tebu difermentasi dengan ragi Saccharomyces Cereviceae selama 2 minggu. Didapatkan Alkohol dan CO dan residu vinasse (pupuk). Fermentasi terlalu lama, waktu tinggal seminggu butuh banyak tempat yang luaaaas...dan alat fermentor yang banyaaaaak.
Jadiiiiiii kapasitas produksi pabrik ini di awal buka adalah 35%. Bukan untung tapi buntung. Tutuuuuup,...Bangkruuut di tahun pertama 1910.
Eeeh..tahun 1912 permintaan Alkohol  di Eropah meningkat. Alkohol ini dalam artian C2H5OH atau Ethanol ya...Alkohol yang bisa diminum.  Buka lagiiii.
Agar cepat....fermentasi diberi pupuk (mungkin urea ya..) yang membeli pupuk ini dari Bandung. Fermentasi hanya 2 hari sudah siap disuling jadi Alkohol murni. Pekerja ahli kimia hanya orang Eropah, untuk efisiensi. Mereka berseragam Celana pendek warna Khaki (cokelat seperti ASN/PNS) dan atasan warna putih. Biasanya lengan Panjang tapi selalu ditekuk sampai lengan atas sehingga mirip lengan pendek.
Hasil fermentasi berupa cairan beralkohol 10% dan uap CO2 atau karbondioksida. Karbondioksida ditampung dan dijual ke pabrik limun di Surabaya.(sudah pernah saya tulis tentang limun yang "Nyekrus")
Siap-siap...siap-siap...hasil fermentasi masuk ke dalam alat Distilasi.
Alatnya berupa panci besar dengan dipanaskan. Setelah itu atas pancinya ada "kolom distilasi". Kolom distilasi ini diameternya 1 meter tingginya 40 meter...Tinggiiiiiii tinggiiiiiii sekali. Banyak yang mengira ini adalah cerobong asap...padahal bukan.
Pada kolom ini dipisahkan Alkoholnya. Alkohol kan ada banyak macamnya. Nah karena molase yang difermentasi..hasilnya adalah Propanol, Methanol dan Ethanol. Â Pada ketinggian kolom 5 meter akan didapatkan Propanol, baunya jelas kok jadi orang tidak akan minum ini.
Pada ketinggian 28 meter atau suhu 78 C akan didapatkan Etanol (alcohol yang dapat diminum) terakhir pada ketinggian 38 meter atau suhu 64 C akan didapatkan Methanol (alcohol yang tidak dapat diminum). Pada hasil ini timbul masalah. Ada pencurian....
Sama-sama Alkohol tapi Etanol dan Metanol sulit dibedakan..warnanya bening sama, baunya sama. Tapi hasilnya Metanol jika diminum akan bereaksi di lambung menjadi formaldehid dan racun. Pernah ada orang awam yang mencuri (kemungkinan orang dalam) hasil curian ini dipakai untuk pesta minuman keras. Ehhhhhh..ternyata methanol..Hampir semua mati dan ada beberapa yang selamat tapi mengalami kebutaan total.
Akhirnya untuk menandai ini Metanol dan ini Etanol diberikan tanda warna Ungu dari pewarna methylene violet(ungu). Jika Etanol yang sudah disuling dinamakan Spirit karena bisa diminum, yang tidak dapat diminum disebut Spiritus......
Itu ya ceritanya. Kalau cerita terbakar, bangkrut dan lainnya...sudah banyaaak kalai kita googling. Jadi saya cerita hanya sampai di sini, Yaaa....Saya Kembali mengurusi Pe Ka Ka dulu..maklum Ibu-ibu PKK
#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #writing #pernakpernik #pernak_pernik #gula #pabrikgula #tangunan #ethanol #spirit #methanol
#sugar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H