Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerbau Ternak Langka Mojokerto, Pasar Sapi dan Pasaran

24 Februari 2021   06:32 Diperbarui: 24 Februari 2021   06:41 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
"Hei siapa itu naik becak berbaju biru...mau ke mana..ke pasar sapi "

Menyanyi dulu yuk, sambil saya berfoto di pasar sapi. Saya ini sengaja ke pasar hewan Pandan. Banyak cerita yang mestinya .... eh, itu kan syair lagu.

Saya ingin menulis bahwa banyak cerita yang saya dapatkan di Pasar hewan ini. Saya awali dari Kebo/Kerbau dulu ya.

Kerbau ini misterius lho. Sampai sekarang belum jelas asal muasal kerbau ini. Kerbau ini diakui banyak ahli berasal dari India dengan nama Bubalus arnee. Padahal Kerbau di Jawa namanya Bubalus bubalis. Kerabat dekatnya ya...anoa.

Karena jinak ya jadi dianggap biasa. Bukan kerbau liar. Padahal aslinya memang kerbau ini liar di alam Indonesia. Kerbau liar ini dapat menentukan kondisi habitat bagi banyak spesies lain. Sebagai grazer yang hobi berkubang, kerbau berperan membentuk ekosistem khas. Keberadaan dan populasinya pun menjadi faktor penting penentu kelangsungan hidup beberapa satwa predator. Berkunbang akhirnya dimakan buaya...atau kerbau berkutu, kutu dimakan oleh burung. Itu menjadi ekosistem alami yang harusnya terjaga.

Banyak yang menyatakan bahwa Kerbau ini endemik Indonesia. Tapi karena penelitian di sini kurang......ya dianggap saja ini dari India. Duluuuuuuu. Jaman Majapahit, kerbau merupakan kasta tinggi untuk hewan setelah gajah.

Jadinya panji-panji bendera Ksatria dalam pertempuran banyak memakai gambar hewan kan. Hewan yang kuat dipakai Panji yang akhirnya dipakai untuk nama orang sebagai kebanggaan. Misalkan Gajah...dan juga Kebo (Kerbau). Babi? babi untuk dimakan, tidak bagus digunakan dalam simbol ksatria dan nama manusia.

jadi kerbau yang berharga.

Dalam prasasti juga kerbau dijelaskan harganya dari masa ke masa (dari tanggal di Prasasti) .....Muahallll

Prasasti Jurungan 798saka harganya 10ma atau 24,730 gram Emas.

Hingga  Prasasti Lintakan...harganya hingga 39,5 gram emas.  yaaah..kalau dilihat harga kerbau sekarang tidak jauh beda. Nilainya sama.

Saat kedatangan Islam, babi menjadi tidak populer dan Sapi yang menurut kepercayaan Hindu harus dihormati membuat Para pemuka agama Islam mengambil kebijakan untuk mengutamakan kerbau saja daripada sapi untuk menghormati umat Hindu.

Lantas apa istimewanya kerbau ini?

yaaah...jelas rasanya lah. Dagingnya enak, perbandingan dengan sapi ya. Daging kerbau lebih cepat matang karena tidak tinggi lemak. Sapi kan tinggi lemak.

Selain itu, seratnya besar dan lembut. Karena sedikit lemak, kaya protein....gurihnya...jauuuh lebih unggul. Jelas lah lebih sehat juga.

Kerbau juga dipakai membajak sawah. Keunggulannya adalah tenaganya yang lebih besar daripada sapi. Tapi ... juga masih punya kekurangan. Stamina Kerbau tidak sebagus sapi. Durasi kerjanya pendek. Kehebatannya ya membajak sawah yang tanahnya keras....enteeeng bagi kerbau.  

Makanya Muahallll.

Sampai turun temurun kerbau lebih unggul daripada sapi. Lalu.....

Hingga jaman kolonial..

Pengangkutan hasil bumi kebun Belanda ya banyak dipakai kerbau karena kekuatannya. Memperjualbelikan kerbau adalah sangat wahhhh....Jadinya ada pasar hewan.

Karena Mojokerto memakai hari pasaran dalam berdagang ternak, Maka diteruskan oleh pemerintah kolonial.

Kerbau Menjadi favorit. Sapi kelas dua dan Kambing kelas tiga. Untuk unggas tidak banyak dilirik karena masih sangat tradisional ya. Pada daerah yang banyak sungai kerbau digembalakan. Jinak......hasilnya juga banyak 1,7 x hasil daging sapi. Hampir dua kali lipat.Tidak repot lagi. Masuk air, tidak akan tenggelam. namanya saja Kerbau air.

Nah...era Kolonial ini tepatnya akhir awal 1900 an pemberlakuan kerbau sangat ketat di Mojokerto. Semua didata, karena takut penyakit Anthrax/Anthrax yang muncul akhir 1800-an.

Penyakit ini nggak tau ya kok menyebar dengan cepat. repotnya bisa menular dari hewan ke manusia. Gatal, bisul...hiii Jijik . itu kalau di kulit saja, bisa mual muntah sakit perut yang hebat dan perdarahan pencernaan. Risikonya ya jelas Almarhum....

Tapi.....tidak ada di Mojokerto. Semua terdata dan memang sangat ketat. Pemotongan kerbau harus tercatat dan dilakukan oleh dokter  atau mantri hewan di "Rumah Pemotongan CHEWAN".

Bangunan ini dulu ada di Dinoyo, Pugeran, Pandan, Kedundung dan Mojosari. "Rumah Pemotongan Chewan" ini sekarang tinggal Pugeran saja yang bentuknya masih terjaga. Lainnya sudah rata menjadi bangunan baru seperti PDAM mojosari.

Terus.....mengapa Rumah Pemotongan Chewan ada di daerah ini?

Karena di dekat ini terdapat Pasar Hewan. Pasar Hewan dulu dinamakan "Pasar Kebo" karena yang populer kan Kerbau. Memakai nama pasaran.

Karena belum ada pemisahan Kota dan Kabupaten. Merdeka saja Belum, yang ada ya Mojokerto. Jadi wilayahnya dianggap sama.

Pasar pertama di Cakarayam dinamakan Pasar Pon buka di hari pasaran Pon saja. Kelak pada era 80-an dipindah ke Sekarputih dan tetap bernama Pasar Pon. Pada pasar ini malahan hanya spesialis berdagang Kerbau saja hingga saat ini. Banyak pembeli yang berasal dari jawa tengah.

Pasar kedua di Mojosari namanya pasar Pahing letaknya di Jl Pemuda yang sekarang ditempati Dinas Lingkungan Hidup dan markas Pemadam Kebakaran Mojosari (Pasar ini berpindah ke Lebaksono Pungging pada pertengahan era 90-an dan berpindah lagi ke Ngrame di era 2000-an)

Pasar Ketiga adalah Dinoyo di desa dinoyo Jatirejo namanya pasar Wage. (dulu yang terkenal adalah Dinoyo bukan Jatirejo)

Pasar keempat adalah Pohjejer dengan nama Pasar Kliwon.

Pasar kelima adalah Pasar Pandan (sekarang menjadi RUko di Pojok pertigaan ke arah ke Sumberglagah) yang pada era 2000-an dipindah ke sebelah SMA Pacet. Namanya adalah Pasar Legi.

Dipakai hari pasaran karena dimaksudkan untuk mengefektifkan perekonomian lokal. Sambil silaturahmi para pedagang dengan cara berpindah-pindah ke pasar-pasar tiap harinya. Caranya seperti apa? ya Kerbau, Sapi dan Kambing dituntun sampai ke pasar.

Jauuuuh.....Halah, sekarang orang bersepeda jauh-jauhan juga asik-asik saja sambil berselfi .

masalahnya bukan itu...hewan yang dituntun dagingnya menurun karena jalan jauh.....rugi...

Sampai adanya kendaraan. .....Sekarang sih hari pasaran sudah tidak ada. Setiap hari ramaiiii terus yang namanya Pasar pahing Ngrame.

Dan ada yang membuat hari pasaran sendiri. Dulu di Pandan adalah Pasar Legi, sekarang membuat aturan dapat buka di hari Legi dan Pon.

Sudah..hanya nama ya.

Lantas.....namanya Pasar Hewan. Kok sebutannya bukan pasar Kebo?? tapi Pasar Sapi........

Lhah..kok sapi sekarang menjadi populer..kok nggak kebo??

Begini ceritanya..

JREEEEEENG!!!!!

Oh..itu hanya tulisan Jreng....abaikan saja . Ini baru ceritanya.

Sapi kalau hamil itu singkat  hanya 283 hari sudah dapat keluar pedet (anak sapi) daaaan Kerbau harus melewati 320 hari baru keluar Gudel (anak kerbau)

Wih..hamilnya hampir 1 tahun. ....itu faktor hamil..

Ada juga faktor keturunan Kerbau banyak yang tidak bagus. Haah..apa lagiiii...

Sebetulnya ini kesalahan peternak. Peternak di sini kurang profesional ya. Karena memang keadaan. Keadaan yang BU CPT PTG DDT PPL kalau dipanjangkan adalah Butuh Uang Cepat Petang nDhedhet Pol Polan. Kalau dibahasa Indonesiakan adalah Butuh uang cepat gelap gulita mentokkkkkkkkk....yang gelap gulita adalah dompetnya.

Lantas apa hubungannya?

Anak Kerbau alias Gudel yang Laki-laki cepat besar. Jadinya karena Butuh uang Gudel yang laki-laki cepat dijual. Yang tersisa hanya betina dan laki-laki yang tidak cepat besar alias "Kunthet".

Naaaah...karena kunthet yang tersisa, akibatnya kunthet ini menjadi bapak untuk Kerbau selanjutnya. Alhasil....keturunannya kunthet juga. .....begituuuuuu berkelanjutan akhirnya...orang mulai malas lah beternak Kerbau.

Dulu kalau lewat Kedunggempol, Leminggir, Kwatu...Pemandangan Kerbauuuuu terus....

Yah..sekarang jadi jarang..

Pecel di Mojokerto ... dulu banyak memakai Empal daging kerbau....Manisss rasanya. Sekarang..ya daging sapi lah.

Jadi....Impor..Entah dari Jombang, kediri dan lainnya.

Saya ini sempat berfoto di Kauman Bangsal tempat pengrajin Kerupuk Rambak (kulit) banyak dari sapi...tapi juga ada yang dari kerbau. Nah mereka Impor juga.

Hmmmm..jadi kepingin makan daging kerbau ya.....jadi penasaran karena lamaaaa saya tidak memakan daging kerbau itu. Saya tidak hanya berfoto di penjemuran rambak..Berfoto dengan ltar belakang kerbau lho..saya jadi merasa lapar...

Karena membayangkan Nyamnyam daging Kerbau.........

Semoga ada pembaharuan ya...agar kerbau kembali berjaya........

Ayo ayo...agar kita dapat Nyamnyam daging terbaik ini....

Ayo Mojokerto!!!

#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #writing #pernakpernik #pernak_pernik #kerbau #pasarhewan #pasarsapi #chewan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun