![Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/11/16/125208842-403408204374495-3727764349286470326-o-5fb1e02ad541df5ffe1223f2.jpg?t=o&v=770)
![Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/11/16/125348349-403408184374497-8283188825604350279-n-5fb1e035d541df5f6c6bcda2.jpg?t=o&v=770)
Ini adalah jalur kereta api yang menghubungkan Ploso dengan Krian.Â
Browsing di internet saya mendapatkan data yang tidak sama dengan data saya.
Disebutkan di Mojokerto ada jalur Pugeran-Bangsal yang ditutup tahun 1979...ada pula Krian-Ploso yang ditutup tahun 1974....
Hadeeeeeeh...
Pugeran-Bangsal sebelum kemerdekaan sudah ditutup karena banyak pabrik gula yang bangkrut akibat "jaman meleset" di tahun 1930.......sedangkan yang saya pakai foto di sini (Ploso-Krian) juga ditutup saat tahun 1943.
Nah, saya sedikit cerita saja kalau khusus jalur Ploso-Krian ini dirusak oleh Jepang. Ceritanya adalah Jepang membutuhkan baja terbaik untuk dipakai bahan produksi alat perang. Dari data didapat banyak rel.
Termasuk Bangkalan-Sumenep (Madura) Bangkalan-Sampang-Pamekasan-Sumenep diambil relnya tapi hanya yang Pamekasan Sumenep lainnya belum terlaksana sudha kalah perang.
Cerita yang sama adalah rel kereta Ploso-Karangpilang. Dari Ploso Jombang menuju Ngares lanjut ke Gempolkrep, Terusan (sekarang Lespadangan), Canggu, hingga Krian.
Tahun 1943 diambilah Rel dari Ploso hingga Gempolkrep (sekarang Gempolkerep). Cara mengambilnya adalah mencongkel kayu bantalan rel. Jangan dibayangkan mencongkel satu per satu ya....akan lamaaaa...bisa habis umur kalau satu per satu.
Cara mencongkelnya adalah dengan alat seperti bajak ditancapkan sangat dalam sekitar 1 meter di tengah rel. Alat tersebut ditarik dengan kereta api ke arah karangpilang. Hasilnya kayu hancur di tengahnya dan rel terangkat ke atas.
Rel akan secepatnya diangkat manual oleh para pekerja Romusha.
Sampai Gempolkerep belum dilanjutkan keburu Jepang Kalah. Lantas rel selanjutnya banyak dipakai untuk pejuang kita saat bertempur baik di 10 November maupun saat melawan Belanda.
Jalur-jalur lain seperti Mojokerto-Jl Pahlawan-Jl Jayanegara-Pacing-Mojosari-Ngoro-Gempol-Porong mati saat 1971. Saat kereta api (aslinya bukan Kereta api tapi trem) ada kecepatannya rata-rata 30km/jam yang naik sepeda balap jauh lebih cepat.Â
Belum lagi baju yang bolong-bolong akibat percikan api di pengapian untuk merebus air uap. Karena semakin sedikit peminatnya maka ditutup dengan alasan tidak ekonomis.
Setelah itu rel banyak hilang. Biasanya dipakai oknum membangun rumah, membangun jembatan dll. Dalam artian dipakai sendiri.
Mereka paham kalau rel merupakan baja bermutu tinggi yang umurnya akan sangat lama. untuk menjualnya??? Tidak ada yang ingin menjual.
Jika ada cerita mengolok-olok suku madura.....Mengapa tidak ada kereta di madura? Karena Relnya akan hilang..........(biasanya banyak yang tertawa karena suku madura banyak yang berprofesi sebagai pedagang besi tua)
Tapi...
Tidak sebodoh itu.....kalau kita ke Madura, rel kereta mulai Kamal Bangkalan hingga Pamekasan masih utuh tanpa tersentuh tangan jahit. Kalau kita lihat di rel Mojokerto-Porong banyak hilang, itu dipakai individu yang sudah saya ceritakan tadi.
Mereka sangat cerdas....Ya, tukang rombengan itu lebih cerdas daripada yang membuat lelucon tentang pedagang besi tua. Mereka tahu aturan perundangan bahwa jual beli rel bekas akan berbahaya bagi karir mereka.....Karir berdagang besi tua pasti akan putus di jeruji besi.
Jadi, sampai sekarang tidak ada besi rel bekas di pasaran. Kalaupun ada, pasti itu penjahat pemula yang tidak menghitung risiko dan peluang dalam berkriminal . saya bercerita seperti ini bukannya saya penjahat lho....hanya merindukan ada lagi kereta api Ploso-Karangpilang dan Mojokerto-Porong. .
#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #character #womaninwork #writing #writer #female #railway #rel #keretaapi