Itulah cerita isi RRI...
Sekarang cerita tentang kegiatan yang ada di Repeater RRI Mojokerto ini.
TIngginya kemungkinan 80 meter ya. Saya tidak pernah tau data validnya. Saya hanya mengukur menggunakan kompas dengan prakiraan tinggi dari metode yang diajarkan waktu di kepramukaan saja.
Jaman tahun 1969 ini faktor keselamatan sangat diperhitungkan. Jadi analisis risiko dan peluang benar-benar direncanakan. Jika antena itu roboh, jangan sampai mengenai tetangga. Makaaaaaa, dibelilah tanah-tanah sekitar agar tidak didirikan bangunan.
Kan bahaya. Bandingkan dengan antena  saat ini ya .
Nah, halaman yang luaaaas ini jelas nganggur. Jadinya digarap untuk persawahan. Juga untuk perikanan. Intinya terjaga lah hingga saat ini.
Lalu, jika ada peringatan hari radio seperti sekarang ini....apa kegiatannya. Jelas.....
Malamnya adalah layar tancap di halaman RRI.
Ramaiiiii sekali. Maklum hiburan tidak sebanyak sekarang. Saat layar tancap pasti sudah siap pedagang.
Pedagang kacang rebus sangat khas dengan mengikat kacang pada tangkainya. Jadi kalau makan kacang hanya dibuka saja kulit tetap terikat pada ikatan tangkai tadi. Pedagang ini biasanya memakai sepeda besi (sepeda kebo) dengan keranjang (ronjot) kiri kanan penuh dengan kacang dan api kecil ublik sebagai penerangan. Pedagang lainnya ya banyak lagi, mulai dari rujak, buah, tahu tek pokoknya banyak lah.
Paginya, apa ada kegiatan??
ada..
yaitu LINTAS ALAM.
Ini yang dilakukan banyak pihak. Kerjasama RRI dengan Pemerintah Kabupaten dan Kodam V Brawijaya. Selain mengenang hari radio, juga mengenang pertempuran Mojosari selatan saat perjuangan melawan belanda yang melegenda yaitu operasi Komando Hayam Wuruk.
Perasaan saya sering ya menulis tentang Komando Hayam Wuruk......asik sih..karena banyak cerita dan membanggakan kita sebagai warga Mojokerto.