Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mojokertoman Bukan di Mojokerto

1 Agustus 2020   06:08 Diperbarui: 1 Agustus 2020   06:12 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Ini adalah tempat penting yang dilupakan. Jika di eropa, tempat seperti ini akan menjadi obyek pariwisata hanya untuk berfoto saja karena dianggap instagramable.

Tempat penemuan manusia purba Homo Erectus Mojokertensis. Saya kasih judul Mojokertoman karena dinamakan seperti itu tetapi ternyata tempatnya ada di Gresik. Saya tidak tahu mengapa Mojokerto bukan Gresikensis.

Penemuan ini bukan karena kebetulan saja tetapi melalui kerja keras dan penelitian yang panjaaaaaaang kayak buntut layangan.

Kalau ceritanya agak panjang nggak papa kan....

Jadi manusia purba itu dianggap berevolusi selama jutaan tahun, asalnya dari Afrika. Kemudian mereka mencari makan dengan beranak pinak dan berpindah ke tempat yang lebih strategis. Hingga pada 1,9 juta tahun yang lalu sampai ke seluruh dunia. Mulai ke eropa, china hingga jawa.

Mereka hanya mengandalkan insting mencari makan saja lho ya. Jadi, mereka makan di sini, terus beranak pinak, mati dan keturunannya berpindah...beranak pinak lagi, mati dan berpindah...begitu seterusnya hingga menyebar ke seluruh dunia.

Nah, ada orang belanda Eugene Dubois yang percaya kalau tempat hutan tropis yang akan banyak jejak manusia purba itu. Pada Oktober 1887 dia bersama keluarganya naik SS Princess Amalia dari Belanda menuju Indonesia yang dulu Hindia Belanda.

Melalui Teluk bayur di Sumatera, dia dibiayai Pemerintah Belanda mengobok-obok gua bukit barisan, karena ketika meninggalkan Amsterdam ada fosil manusia purba di Jerman yang ditemukannya di gua. Selama 3 tahun eksplorasi di gua-gua Payakumbuh dan dia kecewa.

Kecewa....yang ada di gua adalah manusia modern...kerangka yang dia temukan belum sempurna menjadi fosil. Jelas bukan manusia purba.

Sampai ada kabar Tulungagung di Wajak yang dinamakan homo wajakensis.

1890-an Dubois meninggalkan Payakumbuh ke Tulungagung dengan melakukan penggalian di gua daerah trenggalek dan tulungagung. Dia menemukan homo wajakensis kedua. Keduanya menjadi primadona di museum Leiden Belanda saat ini yang meraup banyak uang karena pengunjung yang ingin melihat ini.

Tapi, Dubois kecewa kembali...Manusia Wajak masih manusia modern..menjadi fosil karena reaksi dengan gunung kapur. Tulungagung kan banyak kapur.

Dalam kebingungannya dia meneliti Bengawan solo, di tebing sungai didapatkan fosil fauna yang aneh-aneh. Sampai dia mengaku salah, orientasi tidak di gua tapi di sungai2 purba di tebing-tebingnya..

Hingga dia menemukan fosil Trinil ngawi 1891 pitechantropus erectus...fosil semuanya berubah menjadi mineral..tidak ada organic. 900cc otak..

Kelak 1980 sudah ketemu semua fosil-fosil di seluruh dunia ....ternyata sama semua di china di afrika dll. Namanyua disamakan menjadi Homo Erectus.

Terusssss,
bagaimana Mojokerto?

Tjokrohandojo anggota dari institusi survey geologi Hindia Belanda di Bandung meneliti daerah perning Mojokerto. Dalam penelitiannya dia mempunyai temuan berupa atap tengkorak. Dia menyurati Duyfjes dengan sangat detail sampai digambarkan sketsanya.

Susahnya jaman itu belum ada Whatsapp.
Duyfjes dan Gjlr Von Koenigswald segera datang ke Mojokerto. Saya tidak tahu mereka naik apa, kereta api atau kuda ya.

Mereka takjub dengan temuan Tjokrohandoyo. Fosil itu anak-anak usia 5-7 tahun sudah bereaksi dengan pasir krikilan bewarna merah mengandung oksida besi yang artinya sudah menjadi fosil. Sangat tua usianya.

Volume otak 700cc

Pada tahun 1970an Prof T Jacob menamakan Pithecantropus Mojokertensis. Pada lokasi temuan itu di Bukit batu berpasir pasir. Tengkorak ini sekarang disimpan di Universitas Gajah Mada.

Saya pun ingin melihat langsung keadaan lokasi temuannya ini. Menurut penduduk sekitar ini dulu merupakan gunung. Ya, gunung yang tinggi. Namanya gunung Kendil. DUlu tempat bermain anak-anak sekitar hingga berburu burung. banyak tumbuhan merambat. Jika membidik buruan anak-anak memakai ketapekl atau tembak angin tanpa menyentuh tanah.

Antar tebing dipenuhi tumbuhan merambat seperti labu siam. Kuat lho batang yang menjalar itu. Atas dahan itu menjadikan tempat yang enak, jika terperosok jatuh tidak langsung ke tanah tapi ditangkap lagi oleh batang-batang di bawahnya jadinya ya selamat. Saya ingin melihat langsung tempat ini.

Saya dari jetis menuju arah legundi sampai di pasar perning dan belok kiri. Luruuuuuuuus. Sampai di sana ternyata KTP orang sekitar bukan KTP Mojokerto melainkan Kepuh Klagen Gresik.

Mulai awal 2000-an gunung Kendil ini habis karena diambil sebagai bahan bangunan (urug) alias Galian type C. Untungnya situs yang didirikan Pak Jacob ini masih ada. Kemungkinan karena ada makam keramat sehingga tidak digali.

Sekalilagi untuuung bukan bernama Gresikensis.
Lha wong Dufyes menyatakan di catatannya cuma 3km di utara perning. Lha laporan Tjokrohandoyo juga tidak jelas di mana. Jadi dinamakan Mojokertensis.

Temuan yang mencengangkan dunia ini sekarang tinggal tugu yang sunyi....Tempatnya jauuuh dari jalan. Saya berjalan melewati semak-semak, tebiu-tebu tanpa es tebu dan naik turun bukit kayak ninja hattori.

Tapi puas sampai di tempat ini. Bangga sebagai orang Mojokerto yang namanya mendunia. Dalam penelitian Jacob dengan metodenya menyatakan umurnya fosil ini 1,9 juta tahun yang lalu. Uji materi diulang lagi oleh Curtis teman Pak Jacob dengan metoda lebih canggih dan hasilnya 1,81 juta tahun yang lalu.

Manusia purba ini hidup di mana-mana, mereka hidup mulai di ketinggian sampai dataran rendah. Nah Kepuh Klagen dan Perning ini termasuk dataran rendah yang merupakan delta sungai purba. Tidak jelas asal anak usia 7 tahun ini mati karena apa dan tempat matinya di dataran tinggi kemudian mati hanyut di sungai menjadi fosil atau memang asli daerah ini.

Daaaan, tugu yang disinyalir tempat ditemukannya fosil pun keliru. Ternyata dari catatan Tjokrohandoyo dan penelitian bebatuan lokasi tugu melenceng 125m dari lokasi penemuan.
Stratigrafis, letak monument yang dibangun pada batu pasir konglomeratan lebih tua daripada lapisan yang mengandung fosil Homo Mojokertensis

Bagaimana warga Mojokerto...Warga Gresik..apa sudah pernah mendatangi tempat yang dulu sempat tenar dan mendunia ini?

#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #character #womaninwork #writing #writer #female #woman #mojokertoman #perning #mojokertensis #homoerectus #manusiapurba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun