Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teater Anak dalam Aliran Hardjonoisme

27 Maret 2020   21:08 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi
dok. pribadi
Hari ini hari teater sedunia. Biasaa....setiap tahun ada temanya.

Tahun 2020 ini temanya adalah, Ajak anak kita ke teater. dengan teater memang anak akan belajar memberikan apresiasi atas karya seni seseorang/kelompok.

Memperkaya ilmu pengetahuan sosial karena sebuah pertunjukan sosial biasanya membawakan cerita rakyat atau cerita sosial. Anak akan peka terhadap keilmuan dan lingkungannya.

Teater dalam arti luas adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak).

Kalau anak jaman 90-an ditanya teater apa yang anda sukai. Jawabannya adalah "Teater Impian" atau Theatre of Dream.
Ooh...itu sepak bola ya...sekarang mereka sulit menang karena sekarang jamannya Liverpool .

Apain saya cerita teater impian ya...nggak ada hubungannya...ini saya akan cerita tentang legenda Mojokerto dalam berteater. Tokoh nasional yang sengaja bertarung untuk kejayaan budaya. Repotnya masa itu pemerintah sedang tidak menggalakkan budaya.

Jadinya..... kiprah tokoh ini dapat dibilang aneh waktu itu. Kok mau maunya sengsara. Jadi pekerjaan yang lain pasti kaya......

Hardjono WS.....Tokoh teater ini sebenarnya asli seni rupa wel...."wel" itu banyak dipakai di Mojokerto untuk menandai suatu yang kuat dan asli.

Lahir 1945 di desa Jatidukuh Gondang, Hardjono WS ini aslinya seni rupa karena pendidikannya dari Akademi Seni Rupa Surabaya. Dulu sih pernah kuliah Hukum tapi tidak diselesaikan juga saat menempuh pendidikan guru juga tidak diselesaikan.

Lebih memilih keilmuan seni. Jelas melukis, mematung, memahat dan bidang itu sangat ahli. Masalahnya Pak Hardjono ini mahir semuanya. Mulai seni rupa, seni musik hingga seni pertunjukan. Mungkin kalau di eropah yang mengenal spesialisasi, akan heran dengan kemampuan seba bisa ini dan bisa dianggap Pasukan Khusus karena hanya pasukan khusus saja yang bisa menguasai banyak bidang.

Yang tidak biasa lagi adalah semua yang ditekuni selalu ditulis runtut. Ini juga membuatnya Abadi karena ilmu telah diikat pada tulisan. Saya sebenarnya mempunyai beberapa buku beliau seperti membuat kursi pahat dari batang bawah kelapa, juga beberapa kumpulan cerpen serta puisi beliau. Tapi baru saya cari kok nggak ada. Jadi saya hanya pamer foto saya dan foto Pak Hardjono WS dari Indoart karya Iskandar saja.

Kembali ke tema Hari teater dunia 2020 dengan mengajak anak kita ke teater. Laki-laki yang di hari tuanya memilih menyepi di Gondang ini jauh hari sudah menekuni secara khusus teater untuk dunia anak.

Saat ini saja langka, apalagi jaman orde baru yang miskin budaya. Pada bagian mana terlihat kehebatan Hardjono WS?

Pada semua bagian!!!!

Mulai menjadi produser, menulis naskah, puisi, cerpen, dongeng, novel, esai menggubah lagu juga memainkan musik dilakukan oleh HArdjono WS.

Dari genetis memang keluarga Hardjono WS adalah keluarga terpandang dengan kecerdasan di atas rata-rata. Sigit Mulyono seorang sarjana di tahun 1980-an adalah adiknya yang menjadi Kepala Desa Jatidukuh Gondang. Gelar Sarjana yang masih langka sudah didapatkan adik seniman besar ini menandakan keluarga yang pandai.

Perancang kenamaan nasional Harry Darsono juga masih satu klan dengan Hardjono WS.

Tetapi,
Hardjono WS lebih memilih Jalan Sunyi. Mengamalkan ilmunya di Surabaya dengan berpindah-pindah dari teater Kelompok Kelinci, tester Panti Asuhan Don Bosco dan teater Ponakan.

teater anak ini dijalankan dengan menulis naskah sendiri maupun naskah asing yang sudah diIndonesiakan. Hasilnya berkali-kali teater asuhan Hardjono WS ini sukses menjadi juara tingkat nasional.

Kuncinya adalah Hardjono membebaskan anak-anak dalam berteater. Tidak ada paksaan. Membuat anak menjadi nyaman adalah hal utama. Karena dunia anak adalah bermain maka teater anak ini dikemas menjadi ajang permainan anak-anak. Ini yang membuat pemain teater asuhan Hardjono WS sangat alami dan mengalir seperti hidup.

Sebelum adanya gerakan-gerakan dolanan anak seperti saat ini, Hardjono sudah mengemas Teater dengan mempertunjukkan berbagai permainan anak dan semua itu dikemas dalam sebuah lakon. Kemasan ini hanya ada dalam haya Hardjono WS.

Seperti biasa semua kegiatannya dibukukan sehingga abadi. Untuk teater ini juga masih dalam kemasan anak-anak ditulis dalam "Yuk Bermain Teater".

Pada akhir 1990-an akhirnya memilih untuk kembali ke kampung halamannya

Lewat perjuangan panjangnya, Pada 2004 pria dengan nama asli R Soehardjono ini sukses mendirikan Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto (DKKM). Inilah kali pertama dalam sejarah Mojokerto punya Dewan Kesenian. Hardjono WS menjadi ketua pertama DKKM.

Tahun 2013 Mojokerto kehilangan tokoh penting ini. Tetapi karyanya masih abadi dan selalu menjadi acuan para budayawan nasional. Bangganya saya menjadi orang Mojokerto.

Sekarang tinggal ke depannya bagaimana meneruskan kiprah tokoh-tokoh penting seperti ini.... (firitri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun