Masih jembatan Cangar.
Jembatan cangar ini ada dua. Cangar I dan Cangar II. Saya ini di Cangar I sedangkan Cangar II lebih pendek di sebelah kanan saya jika dari foto saya.
Dulu jembatan Cangar ada tapi hanya dari pohon yang dirobohkan. Jadi, jembatannya cuma satu. Jembatan yang saat ini kan melewati dua jurang seperti hurup "L". Dulu jembatan ini langsung potong kompas dengan dua glondongan pohon raksasa yang dirobohkan.
Jalur ini dulu hanya jalan setapak dengan hutan belantara sangat lebat. Itu sampai tahun 1978 saat Bupati Mojokerto HD Fatchurrochman mempunyai ide membuka jalur ini.
Sebelunya jalur setapak ini dibuat oleh jepang sebagai antisipasi serangan dari sekutu. Dari jalur ini juga jepang membuat gua untuk keperluan menyimpan logistik.
Saya ingin cerita setelah Jepang kalah, kita merdeka.....dan Belanda tidak mau mengakui kita akhirnya menyerang kita dengan Operasi Produk, lalu terakhir dengan Operasi Gagak.
Saat operasi Gagak ini, Mojosari adalah kota penting karena persimpangan semua logistik. Masalahnya di Mojosari juga basis militer Republik Indonesia. Kekuatan tentara yang ditakuti Belanda saat itu salah satunya adalah Batalyon Condromowo atau Batalyon Munasir.
Batalyon pimpinan Mayor Munasir Ali ini sangat kuat karena didukung pengetahuan militer modern yang didapatkan dari pendidikan Jepang. Belanda dibuat rugi besar berkali-kali.
Untuk itu, Belanda gelap mata. Tidak membedakan militer dan sipil lagi. Semua intelejen dikerahkan. Musuh paling menakutkan adalah orang Mojosari yang bekerja untuk intelejen Belanda. DIbayar untuk memberikan keterangan siapa saja keluarga tentara waktu itu.
Banyak keluarga tentara yang dibunuh walaupun bukan militer dengan harapan memberi tahu keberadaan sang gerilyawan.
Dengan perkembangan itu, jajaran Batalyon Condromowo mengungsi ke Batu dengan keluarganya. Mengungsi membawa semua keluarga kemudian kembali ke Mojosari untuk menyerang Belanda lagi adalah pekerjaan yang berat. Medan yang tidak bersahabat dan logistik.