Hari santri, Mbah Hasjim atau KH Hasjim Asy'ari mencetuskan fatwa jihad melawan agresor yang mencengangkan dunia. Apakah seperti itu saja? ternyata rangkaiannya sangat panjaaaaaaaaaang tidak serta merta hanya terjadi di hari itu saja. Sebelum itu ada cerita yang panjang dan rumit.
Saya cerita saja mulai sebelum Jepang datang dan Belanda masih berkuasa di Indonesia yang dulu masih bernama Hindia Belanda. Saat ada politik etis yang menyediakan dana besar untuk pendidikan di Indonesia, Mbah Hasjim dengan keras menolak dana untuk gaji dan pengembangan pendidikan di kalangan pesantren.
Mbah Hasjim juga mengharamkan berpakaian menyerupai Belanda. Yang dikhawatirkan Mbah Hasjim adalah..... kurikulum....
Segitu bahayanya kurikulum? Ya...Kurikulum pendidikan diyakini akan merusak cara berpikir ala Indonesia karena dimasuki cara berpikir ala Belanda. Mbah Hasjim menginginkan pesantren tetap murni dengan kurikulum yang ada....
Hasilnya..... Belanda mengeluarkan propaganda bahwa santri pesantren adalah bodoh. Pemuda yang tidak bersekolah adalah bodoh. Mbah Hasjim tetap pada pendiriannya. Pendidikan ala Belanda yang memisahkan sekolah anak belanda sendiri, sekolah china sendiri dan sekolah pribumi sendiri akan membuat pemuda kehilangan kepercayaan diri dengan bangsanya dan memandang orang kulit putih adalah yang superior belum lagi kurikulum yang ada di dalamnya, pendidikan pesantren tetap dengan kurikulum tradisionalnya.
Lalu? ....
Ya Santri dianggap kampungan karena kurikulum tradisional dan kuno....
Sampai Jepang datang ke Indonesia. Jauuuuh sebelum itu Mbah Hasjim ternyata sudah memprediksi kedatangan Jepang. 20 tahun sebelum 1942 intelejen Jepang sudah di sebar di Indonesia entah sebagai juru foto, pedagang, wartawan, bahkan pekerja seks.
Kekuatiran Mbah Hasjim akan kurikulum Belanda terbukti....Mentalitas Belanda sangat lemah dalam sekejap saja mereka sudah menyerah kalah. Saat ini dimanfaatkan oleh kalangan pesantren. Melalui Pak Wahid (Abdul Wahid atau terkenal dengan KH Wahid Hasjim) untuk memasukkan orang-orang pesantren ke pendidikan Jepang karena dirasa sistem pendidikan ini sangat bagus.
Jepang pun merasa kecolongan. Banyak santri yang sudah masuk ke dalam sistemnya dan kepintaran setara dengan perwira Jepang tetapi tidak mau tunduk dengan aturan Jepang karena Mbah Hasjim mengeluarkan fatwa haram untuk tunduk ke arah Tokyo setiap pagi untuk menghormati Dewa Hidup Jepang yaitu Kaisar Hirohito. Mbah Hasjim pun dipenjara dan disiksa. Banyak santri yang meminta untuk dipenjara juga seperti Mbah Hasjim membuat Jepang kebingungan dan melepaskan Mbah Hasjim.
Singkat cerita Jepang kalah dan Republik Indonesia merdeka. Tetapi, Keadaan semakin genting karena Indonesia belum mempunyai tentara yang kuat. Inggris mulai merapat ke Indonesia, juga ke Surabaya. Menurut perhitungan, Senjata yang ada di Surabaya setara bahkan melebihi kemampuan senjata yang dimiliki Inggris karena Surabaya adalah pusat senjata jepang terbesar di Asia Tenggara.
Tapi...
Sumber Daya Manusia yang tidak semahir Inggris dalam perang modern. SIapa yang bisa setara Inggris? SANTRI...karena mereka sudah dididik Jepang menjadi pintar, canggih dan militan serta paham dengan metodologi perang modern. Inilah yang membuat Inggris kesulitan menguasai Surabaya sesuai target 3 hari menjadi 1 bulan dengan pertempuran terus menerus tanpa henti. Lantas? masihkan menganggap Santri itu Bodoh? Itulah rangkaian panjang mengapa ada hari Santri karena tidak terjadi hanya 22 Oktober saja rangkaiannya tetapi memang sudah tersusun sistematis dan terencana sejak puluhan tahun.
Dan, saya berfoto dulu di Monumen Wira Agung Wonokromo yang menggambarkan kekuatan rakyat kita menghadapi agresor... ada foto Mbah Hasjim dan buku yang menggambarkan hebatnya santri saat pendudukan Jepang.
(firitri)
#mojokerto #keberterimaan #risiko #peluang #firi #firitri #penulis #mc #humaninterest #blogger #public_speaking #cerita #perempuan #libur #kacamata #menulis #kekuatan #puri #lokal #budaya #cinta #penulismojokerto #penulis_mojokerto #literasi #harisantri #santri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H