Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bambu, Merawat Sejarah Menjaga Masa depan

8 September 2019   17:47 Diperbarui: 9 September 2019   06:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambu, Pusaka Sejarah dan Konservasi

Maaf banyak foto, karena saya sedang ingin berfoto dengan rumpun bambu.

Hari ini saya ingin bercerita tentang bambu di kecamatan Puri. Jumlah jenis bambu yang belum saya ketahui, begitu pula jumlah rumpun bambu di kecamatan puri. Yang jelas jumlahnya pasti semakin menurun.

Kemarin saya sengaja berjalan-jalan untuk memutari kecamatan Puri tempat tinggal saya hanya untuk melihat beberapa rumpun bambu saja tanpa perencanaan rute dan target nominal berupa angka. Kan saya bukan orang statistik, hanya jalan-jalan saja.

Dulu saat saya kecil, Desa, Dusun bahkan halaman rumah warga selalu dikelilingi oleh rumpun bambu yang kami sebut dengan barongan. Suara rumpun bambu ini jika tertiup angin sangat khas membuat hati tentram dengan suhu sejuk bersama anin semilir. Aih, indahnya saat itu.

Karena rasa kangen masa itu, jadi iseng mempelajari jurnal-jurnal professor Elizabeth Anita Widjaja yang hidupnya didedikasikan untuk mempelajari taksonomi atau penggolongan bambu. Dari 1250an jenis bambu di dunia, ada 160an jenis yang hidup di Indonesia sedangkan 88 jenis memang sangat asli Indonesia termasuk yang saya lihat di kecamatan Puri ini.

Ternyata kalua kita tarik garis waktu ke belakang jauuuuuuuuh, akan takjub dengan kearifan pendahulu kita tentang bambu. Jadi banyak kegunaan bambu dan hal ini sudah banyak diterapkan oleh pendahulu kita dan bukan hanya di kecamatan Puri saja lho.

Saya cerita jaman dulu ya, dari keterangan Begawan Inggris namanya Pak Hadi Sidomulyo yang sudah meneliti keMajapahitan mulai tahun 1970. Dahulu di jaman majapahit masyarakat sangat arif dengan bambu. Batas batas desa selalu ditanami bambu, jejaknya masih ada sekarang ini desa dikelilingi rumpun bambu.

Dengan desa dikelilingi rumpun bambu yang rapat (biasanya jenis Ori/duri jelas bambunya rapat dan berduri) fungsinya sebagai keamanan desa karena seperti tembok tanaman raksasa yang sangat rapat. Untuk fungsi kesehatan, dulu ada namanya pageblug atau wabah penyakit menular. Wabah penyakit ini mudah dibawa angin sangat mungkin menular ke desa sebelah tetapi akan diminimalis dengan rumpun bambu rapat dari dengan menyerap udara yang melewatinya.

Fungsi lainnya, sebagai pemecah angin, angin ribut-puting beliung-topan dan lainnya yang sering kita lihat di media dengan daya rusak tinggi akan dipecah oleh rumpun bambu. Angin yang bertiup ke arah desa akan melemah karena ada rumpun bambu, berbeda dengan tanaman lain yang akan roboh jika terkena angin kencang bambu sifatnya lentur sehingga kuat menahan laju angin sehingga angin akan melemah dan desa aman dari angin.

Fluktuasi suhu dengan adanya rumpun bambu ini juga terjaga. Jika sekarang kalau  siang terasa panaaaas dan malam hari dingiiin, tapi jaman dulu rumpun bambu masih banyak suhu siang tidak begitu terasa panas dan malam tidak begitu dingin karena suhu dikondisikan oleh rumpun bambu. Selain suhu ini untuk kenyamanan manusia juga meminimalis topan dan angin kencang. Angin kencang kan terjadi jika suhu di dua tempat ada perbedaan yang sangat jauh. Pada tempat satu suhunya rendaaah jadinya dingiiin menyebabkan tekanan udara tinggi, tempat kedua suhunya tinggi panaaaaaaas jadi tekanan udaranya rendah, mengalirlah udara sebagai angin dan wussssssss semakin tinggi perbedaan angin akan semakin cepat dan kencang. Dengan rumpun bambu tadi, udara terjaga dan akhirnya angin topan dan lainnya jarang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun