Betapa seringnya Aku berada di persimpangan. Aku memiliki keinginan untuk menjadi diri sendiri, menemukan 'Jalannya Gue', mengikuti apa yang Aku mau di dalam lubuk hatiku, mengekspresikan segala hal yang memang 'melambangkan Gue banget'. Tapi, di sisi lain, ada harapan dari orang-orang di sekitarku. Otakku tuh kayak berbicara, "Aku nggak boleh egois, Aku harus ngikutin apa yang orang-orang harapkan dari Aku." Tapi ya, hatiku berkata sebaliknya, Aku pengen banget menjadi diri sendiri tanpa ada yang 'ilfeel' atau nggak menerima diri Aku sebenarnya.
Semakin lama Aku menjadi apa yang mereka inginkan, Aku merasa kehilangan diriku yang sebenarnya. Aku adalah Aku, Aku bukan orang lain yang super perfect, orang yang bisa menjadi ekspektasi mereka. Aku nggak bisa gini terus, dikontrol sama maunya orang lain.
Kini, Aku mulai belajar menghargai keunikanku sendiri, nggak perlu dengerin apa kata orang, apa judgment dari orang lain, sekalipun itu menyakitkan. Aku ya Aku, nggak bisa diubah-ubah, emangnya Aku robot? Bisa mereka setting setiap saat? Pastinya enggak, itu mah namanya nggak punya harga diri. Dan perlahan, Aku menemukan kebebasan di tengah dunia yang penuh dengan harapan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H