Namun, salah satu tantangan utama yang dihadapi Kompas adalah transisi ke model bisnis berbasis langganan. Meskipun Kompas telah menerapkan paywall untuk sebagian konten eksklusif, seperti laporan investigasi mendalam, keberhasilannya terbatas. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kesediaan masyarakat Indonesia untuk membayar berita online. Menurut Reuters Institute (2022), hanya 19% masyarakat Indonesia yang bersedia berlangganan berita digital. Oleh karena itu, Kompas harus mencari cara untuk meningkatkan nilai konten mereka dan memperkuat loyalitas pelanggan berbayar mereka.
Di sisi lain, Tempo mengambil pendekatan berbeda dalam menghadapi disrupsi digital. Meskipun Tempo juga menghadapi tantangan yang sama, fokus mereka tetap pada jurnalisme investigatif yang mendalam. Tempo memahami bahwa mereka memiliki audiens yang menghargai konten yang berkualitas tinggi, dan mereka memanfaatkan hal ini untuk membangun model bisnis berlangganan. Tempo meluncurkan Tempo.co sebagai platform digital mereka dan menawarkan konten premium yang hanya dapat diakses oleh pelanggan berbayar.
Meskipun demikian, Tempo juga harus berinovasi dalam distribusi konten mereka. Mereka tidak hanya mengandalkan portal berita online, tetapi juga mulai memanfaatkan media sosial dan platform video untuk menjangkau audiens yang lebih muda. Ini termasuk memproduksi cuplikan berita singkat yang dapat diakses melalui YouTube, Instagram, dan Twitter. Langkah ini memungkinkan Tempo untuk tetap relevan di era digital tanpa harus sepenuhnya meninggalkan esensi jurnalisme investigatif mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
