Mohon tunggu...
Andrea Ardi Ananda
Andrea Ardi Ananda Mohon Tunggu... Pustakawan - Man Jadda Wajada

Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lombok Timur yang hobi travelling dan menjelajah cakrawala literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Permainan Tradisional Anak dari Lombok

27 Januari 2023   09:18 Diperbarui: 31 Januari 2023   08:06 6961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan keceriaan dan bermain. Permainan anak semakin berkembang dengan seiring kemajuan teknologi. Pada era 90-an masih banyak anak-anak usia sekolah bermain permainan tradisional yang seru dan menyenangkan. Namun saat ini kebanyakan sudah bermain gadget karena sedari dini mereka tidak diperkenalkan dengan permainan tradisional. 

Padahal dengan permainan tradisonal dirasa mampu mengasah kreatifitas dan ketangkasan anak serta belajar menerima setiap hasil baik menang maupun kalah dengan rendah hati dan keikhlasan.

Sebagai orang Lombok, penulis berusaha menyajikan tulisan tentang permainan tradisional anak dari Lombok yang dihimpun dari berbagai literatur. Harapannya agar anak zaman now dapat mengetahui dan mau mencoba permainan tradisional tersebut. Berikut beberapa di antaranya:

1.  BELANJAKAN

Permainan ini lebih mengutamakan kekuatan fisik dari para pemainnya sehingga biasanya hanya dimainkan oleh para anak laki-laki. Fokus permainan ini pada teknik bantingan, tendangan dan tangkisan. Memang sedikit mirip dengan sumo di Jepang namun bedanya sumo hanya dorongan dan bantingan. Belanjakan lazimnya diadakan dalam tiga babak. 

Di mana peserta dianggap kalah jika melakukan permintaan sendiri untuk dihentikan atau sudah meminta dua kali "cop". Apabila cop dikatakan salah satu pemain maka permainan akan dihentikan sementara. Selain itu juri bisa menghentikan permainan jika dianggap sudah mengarah pada membahayakan keselamatan pemain.

2.  BEBAGEQAN

Bebageqan/bage'an adalah permainan anak yang memanfaatkan biji bageq atau biji asam. Setiap peserta yang bermain menyiapkan biji asam dengan jumlah yang sama banyaknya yang kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang berbentuk silinder dengan kedalaman tertentu. 

Sebelum bermain kedua pemain mengundi atau biasa disebut dengan istilah "sut". Pihak yang menang akan terlebih dahulu memukul biji asam yang telah diletakkan di dalam lubang tadi dengan menggunakan biji asam yang ukurannya lebih besar, lazimnya disebut dengan istilah "katuq". 

Apabila katuq bisa mengeluarkan biji asam di dalam lubang dan katuq tertinggal di dalam lubang maka semua biji asam di dalam lubang menjadi milik pemenang.

3.  PERISAIAN

Perisaian menjadi salah satu warisan pendahulu suku Sasak di Lombok yang identik dengan seni bela diri. Permainan ini merupakan adu ketangkasan antara dua pemain. Setiap pemain dibekali dengan alat yang fungsinya untuk melindungi dirinya yang umumnya disebut "ende" yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau. 

Sedangkan alat pemukulnya disebut "penjalin" yang lazimnya terbuat dari rotan. Para pemainnya juga dilengkapi dengan "sapuq" atau ikat kepala khas Lombok dan kain panjang. 

Para pemain akan saling beradu pukul selama pertandingan dengan penilaian dari juri. Seorang pemain dikatakan kalah apabila sudah terluka di kepala atau kalah angka berdasarkan penilaian juri.

4.  BESILOQAN

Permainan besiloqan dilakukan dengan berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Diawali dengan penentuan siapa yang akan bertugas sebagai penjaga dan yang dijaga. Kelompok yang dijaga berada di dalam garis sedangkan yang dijaga berusaha keluar dari halangan anggota kelompok penjaga. 

Apabila ada yang berhasil keluar dari garis penjagaan dan bisa kembali ke tempat awal permainan tanpa ada anggota lain yang tertangkap maka permainan dianggap berakhir atau "siloq".

5.  KEDUK KEKE

Permainan ini diikuti minimal dua orang dan maksimal empat orang peserta. Alat yang dibutuhkan yaitu lidi atau kayu yang ditancapkan ke tanah atau pasir. Kemudian dengan bantuan kayu, lidi ataupun jari tangan sendiri setiap pemain berusaha mengeruk gundukan tanah/pasir  sambil menyanyikan "keduk keke lendang bajo, sai ngepe ie kado". Apabila ada salah seorang yang menjatuhkan lidi/kayu yang tertancap tadi maka dia dianggap kalah.

6.  CIPUCI-PUCI

Permainan ini minimal diikuti oleh tiga orang pemain yang salah satunya akan ditunjuk menjadi pemimpin permainan. Setiap peserta mengulurkan tangannya kedepan dilanjut dimulainya permainan oleh pemimpin dengan menunjuk tangan pemain lain sembari menyanyikan "cipuci puci enjang-enjang bidaderi, njelepong njelejet kamu minta kembang apa". 

Jika kata apa tepat menunjuk pada salah seorang anak, maka ia harus menyebutkan nama bunga. Misalnya: Duren lantas dijawab Laq (nama orang) minta kembang duren, Bapaknya Presiden. Bunga Melati lantas dijawab Loq (nama orang) minta kembang melati, Bapaknya Bupati. Keterangan Laq digunakan untuk anak perempuan dan Loq untuk anak laki-laki.

7.   JUMPRINGAN

Permainan ini minimal diikuti oleh lima orang anak dengan diawali pengundian atau "ompimpa". Bagi anak yang kalah harus telungkup di tanah sambil menutup matanya. Sedangkan yang menang akan memimpin permainan. 

Dengan kerikil di tangannya, pemimpin memulai permainan dengan menepuk tangan pemain lainnya yang berada di atas punggung yang kalah sambil menyanyikan "jumpring cet-ecet kribu dondong, aji pire telo' spook", begitu selesai batu kerikil yang dipegang tadi lalu diletakkan dalam genggaman salah seorang pemain, kemudian semua mengucapkan "aleem-aleem" secara berulang-ulang. 

Anak yang telungkup lantas bangkit dan harus menebak siapa yang menggenggam batu kerikil tadi.  Apabila ia tidak bisa menebak dengan benar maka ia telungkup kembali, sebaliknya bila tebakannya benar maka anak yang ditebak dinyatakan kalah dan kena hukuman untuk bergantian telungkup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun