Mohon tunggu...
Andrea Ardi Ananda
Andrea Ardi Ananda Mohon Tunggu... Pustakawan - Man Jadda Wajada

Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lombok Timur yang hobi travelling dan menjelajah cakrawala literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Latto-Latto, Bangkitnya Permainan Tradisional Anak?

8 Januari 2023   13:28 Diperbarui: 8 Januari 2023   13:31 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan Lato-lato. Sumber: instagram eventbanget

Cetak cetok cetak cetok.......

Suara khas ini rasanya saat ini makin sering kita dengar. Ini bukan suara tembok yang sedang dipukul. Bukan juga suara binatang melata yang menyeramkan. Lantas suara apa sih ? 

Ya, itu suara 2 buah bola kecil terikat seutas tali yang saling berbenturan. Betul sekali, ini adalah suara permainan yang lagi viral namanya Lato-lato. Dua buah bola kecil padat yang biasanya warna warni kemudian saling terkait dengan tali dan dimainkan dengan mengayunkannya naik turun hingga saling bertabrakan, menimbulkan suara yang khas itu. 

Ada yang tau kah, mainan ini berasal dari mana? Banyak yang bilang ini adalah mainan jadul khas Indonesia sekitar tahun 90-an. 

Jika mengutip dari wikipedia.org bahwa permainan lato-lato ini populer sekitar akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an di Amerika dan Eropa. Lato-lato yang populer dengan nama Clackers ini bahkan sempat dilarang dimainkan setelah banyaknya anak yang terluka akibat mainan ini. 

Akhir tahun 2022 lato-lato mulai populer lagi di tanah air. Di berbagai daerah banyak cerita jika permainan ini begitu digandrungi anak-anak. Tak luput dari perhatian penulis memang saat ini di gang-gang, jalanan bahkan sekolahan kita lihat anak-anak selalu memainkannya. 

Dahulu anak-anak kumpul untuk bermain game online di gadget tetapi saat ini begitu asyik bermain lato-lato bersama sehingga menimbulkan suara yang riuh. Bahkan beberapa saat lalu Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sempat mencoba mainkan lato-lato di sela-sela kunjungan kerjanya. Pertanda apa ini? tentu ada sisi positifnya yaitu anak mengenal kembali permainan tradisional yang bisa melatih kemampuan motorik dan konsentrasi. 

Sebab bermain lato-lato tidaklah mudah meski sepintas terlihat gampang. Anak-anak menjadi bisa saling berinteraksi dengan sebayanya untuk saling adu skill. 

Pada salah satu tayangan berita di televisi yang meliput fenomena lato-lato ini terlihat ia begitu mahir mengayunkan lato-latonya dengan berbagai gaya, ada gaya sambil duduk bahkan tiduran.  

Adakah dampak negatifnya? tentu jika belum mahir dan tidak hati-hati salah-salah kepala bisa benjol atau tangan yang lebam karena terkena lato-lato yang keras. Harapannya perlu ada pengawasan orang dewasa agar anak-anak tidak berlebihan dan mengingat waktu dalam bermain lato-lato. Jangan sampai asyik bermain lato-lato sampai lupa waktu belajar.

Viralnya lato-lato menjadi pertanda bahwasanya anak-anak masih menyukai juga permainan tradisional yang dulu sering kita lakukan di masa kecil. Masih banyak mainan tradisional yang bisa di"bangkitkan" lagi antara lain: kelereng atau di beberapa tempat juga bernama gundu, enggrang, bakiak, congklak, dan masih banyak lainnya. 

Permainan tradisional ini memiliki banyak manfaat dalam tumbuh kembang anak, kemampuan bersosialisasi dan mencari solusi dari suatu keadaan juga salah satunya. 

Di era digital seperti sekarang sangat pas jika permainan tradisional malah digiatkan tentunya dengan harapan dapat mengurangi kecanduan anak akan gadget. 

Selain kegiatan membaca buku atau mengenalkan anak dengan buku bacaan yang menarik sesuai usia mereka tentu permainan tradisional ini menjadi pilihan di waktu luangnya bahkan jika perlu dilombakan sebagai ajang unjuk kebolehan bagi anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun