1
"A win is a win" atau "kemenangan adalah kemenangan" mungkin adalah motto Juventus saat ini. Mauricio Sarri baru saja melewati 6 pertandingan resmi pertamanya bersama Juventus. Jika hanya dilihat dari statistik semata, permainan Juventus nampak baik dan memiliki hasil positif. Namun jika melihat permainan di atas lapangan secara langsung perlu diakui bahwa permainan Juventus memiliki banyak lubang dan kekurangan.
Titik lemah utama terletak di sisi pertahanan. Kebobolan 7 gol (rataan 1,17 gol per pertandingan) memang tidak menunjukkan kerapuhan tersebut.Â
Namun jika berkaca dari kebobolan 5 gol kala jumpa Napoli dan Atletico Madrid, ditambah hal itu terjadi setelah Juve unggul 3 dan 2 gol pada 2 pertandingan tersebut (menang 4-3 dari Napoli dan imbang 2-2 dari Atletico Madrid), jelas bahwa pertahanan Juve bermasalah kala jumpa tim-tim besar dan kurang konsentrasi ketika telah unggul.Â
Di pertandingan lain saat jumpa tim lebih lemah seperti Verona dan Brescia pun Juve harus tertinggal lebih dulu sebelum membalikkan keadaan dan menang (skor 2-1 untuk kedua pertandingan tersebut). ini juga menunjukkan kurangnya konsentrasi lini pertahanan di awal laga.
Lini serang Juve pun tidak lepas dari masalah. Walau mencetak 11 gol (rataan 1,83 gol per pertandingan) dengan penguasaan bola rata-rata 54.9%, lini serang Juve tidak semulus yang terlihat.Â
Yang perlu ditekankan memang kemampuan mereka untuk mencetak 4 dan 2 gol ke gawang Napoli dan Atletico Madrid, namun kesulitan mencetak gol kala jumpa tim-tim lainnya yang notabene berkualitas lebih rendah dari dua tim tersebut (1 gol ke gawang Parma, 2 ke Verona dan Brescia, 0 ke Fiorentina). Permainan menyerang Juve bisa dikatakan jauh dari kata meyakinkan.
Mauricio Sarri sejujurnya didapuk menggantikan Max Allegri demi memperbaiki pola permainan Juve agar lebih dinamis dibanding pola permainan Allegri yang pragmatis. Namun hal itu belum terlihat sempurna di 6 pertandingan awal musim ini. Umpan-umpan pendek khas Sarriball sudah diperlihatkan Juventus, namun belum sempurna. Serangan Juve terlihat hidup ketika Douglas Costa bermain, namun ketika dia cedera, Juve kehilangan daya kejut yang dimiliki The Flash. Juve masih terlihat sulit membongkar pertahanan lawan, apalagi ketika melawan tim-tim kelas 2 di Serie A.
Hal lain yang diharapkan dari Mauricio Sarri adalah moncernya Cristiano Ronaldo di lini depan. Dua tim terakhir yang dilatih Sarri memunculkan nama-nama sayap kiri hebat seperti Lorenzo Insigne (Napoli) dan Eden Hazard (Chelsea), posisi yang sama dengan yang ditempati CR7. Namun dari 6 pertandingan awal ini CR7 belum terlihat garang di atas lapangan. Ronaldo baru mencetak 2 gol musim ini dan salah satunya pun lewat titik penalti dari 5 pertandingan yang dijalani.
Namun tidak hanya hal buruk saja yang mampu dilihat dari permainan Juve, masih banyak hal positif yang bisa ditarik. Matthijs de Ligt adalah salah satunya. Cederanya Chiellini membuat de Light harus naik menjadi pemain utama mendampingi Bonucci.Â
Dari 4 pertandingan, de Ligt memang belum tampil sempurna seperti apa yang ditunjukkannya ketika di Ajax. Namun secara perlahan de Ligt mampu berkembang dengan baik di lini belakang Juve. Adaptasi dengan gaya permainan, posisi bermain, dan tentunya bahasa baru membuat de Ligt tidak bisa serta merta tampil sempurna, tapi bisa dipastikan kehadirannya di lini belakang Juve sangat krusial.