Mohon tunggu...
Andre Situmorang
Andre Situmorang Mohon Tunggu... Administrasi - PhD Student, Juventini

Juventini dan penyuka olahraga yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sarri Merokok Kembali bersama Juventus

18 Juni 2019   19:04 Diperbarui: 18 Juni 2019   19:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarri merokok (planetfootball.com)

Teka-teki siapa pelatih Juventus untuk musim depan terjawab sudah. Maurizio Sarri didapuk menggantikan posisi Massimiliano Allegri untuk menakhodai Si Nyonya Tua dengan kontrak sampai dengan 2022. Kabar ini menyudahi berbagai spekulasi media terkait kabar pelatih baru Juventus setelah Allegri diputuskan dipecat.

Tidak ada yang tahu pasti apakah Sarri merupakan pilihan utama manajemen Juventus untuk menggantikan Allegri ataukah merupakan ban serep dari ketidakmampuan Agneli, Paratici, dan Nedved untuk membawa Pep Guardiola menangani Si Nyonya Tua. Keputusan mendatangkan Sarri sendiri tidak sepenuhnya mendapat restu dari jutaan fans Juventus. 

Selain karena tindak tanduk pelatih berusia 60 tahun ini kala masih menangani Napoli yang merupakan rival berat Juventus selama beberapa tahun belakangan ini, namun juga masih banyak yang menyangsikan kemampuannya untuk bisa membawa Juve berlari lebih jauh tidak hanya di Serie A tapi yang terutama adalah di kancah UEFA Champions League (UCL). Kekhawatiran akan penunjukan Sarri juga ditunjukkan oleh bursa saham Juventus yang turun sekitar 5.1% dari penutupan hari Jumat (14/6) pada penutupan saham Senin (17/6), satu hari setelah penunjukan Sarri.

Seperti diketahui, sepanjang karirnya Sarri baru 1 kali saja mampu meraih gelar besar. Juara UEFA Europa League (UEL) baru saja didapatkannya di akhir musim kemarin bersama Chelsea, sekaligus menjadi kado perpisahannya dengan The Blues. Memang selama hampir 30 tahun berkarir sebagai pelatih, Sarri baru dalam 5 tahun belakangan ini memegang tim besar. 

Dimulai dari Napoli di awal musim 2015/16 sampai dengan sekarang berada di Juventus. Kekurangan pengalaman dan jam terbang di level tinggi ini yang dikhawatirkan oleh para fans Juve mengenai apakah Sarri memilliki kapasitas untuk membawa tim sebesar Juve ke tangga juara UCL.

Walau memenangi UEL, perjalanan Chelsea di kompetisi tersebut terbilang cukup mudah. Ujian terberat mereka selain menghadapi Arsenal di final hanyalah Eintracht Frankfurt di semifinal. 

Pengalaman Sarri di UCL pun tidak bagus. Dua kali berlaga di UCL kala menangani Napoli, periode pertama (2016/17) berakhir di tangan Real Madrid di babak 16 besar dan periode kedua (2017/18) berakhir sebagai peringkat 3 di grup F dan kemudian gugur di babak 32 besar UEL di tangan RB Leipzig. Di musim pertama Sarri sebagai pelatih Napoli, mereka pun harus menyudahi laga di UEL pada babak 32 besar setelah kalah dari Villarreal. Memang  Juve bukan lah Napoli atau Chelsea, tetapi UCL pun bukan UEL. Tantangan bagi Sarri untuk menaklukkan UCL tidak akan mudah.

Hal yang membuat Juve tertarik mendatangkan Sarri tentunya adalah gaya permainnya: Sarriball atau Sarrismo. Permainan menyerang dengan umpan-umpan pendek cepat yang mengandalkan possession football atau lebih dikenal dengan sistem vertical tiki-taka menjadi ciri khas cara tim yang ditangani Sarri untuk bermain. 

Gaya ini tentunya berbeda hampir 180o dengan gaya permainan Allegri yang konservatif, pragmatis dan cenderung bertahan dan membiarkan lawan memegang kendali permainan. Gaya permainan yang membuat fans Juve cukup eneg dengan Allegri dan menginginkannya keluar. Pemilihan Sarri sebagai pengganti Allegri tentunya memuaskan fans dari sisi gaya permainan yang akan diterapkannya.

Mengusung formasi 4-3-3, Sarriball mengandalkan seorang regista sebagai metronom di lini tengah. Jorginho mengisi peran tersebut di Napoli dan Chelsea. Dengan gaya permainan yang diusung, Chelsea musim lalu merupakan tim peringkat kedua dengan jumlah passing terbanyak (659,74 pass per game, tingkat akurasi 87.6%) dan possession tertinggi (59.9%) di Liga Inggris di bawah Manchester City. Statistik yang sangat jauh dengan Juve di bawah asuhan Allegri dengan 528,8 pass per game, tingkat akurasi 86.2%, dan possession 54.9%.

Permasalahan Sarri selain minimnya pengalaman adalah merangkai ramuan tepat untuk Juventus agar dapat bermain Sarriball dengan baik. Perlu diakui, permasalahan Allegri musim lalu adalah memainkan Dybala dan Ronaldo bersamaan dan menghasilkan permainan yang baik dari situ. Memang tergantung  dari pergerakan Juventus di bursa transfer musim panas ini, dengan asumsi Dybala tetap dalam tim maka masalah yang sama akan dihadapi Sarri. Tipe permainan dan pendekatan berbeda dari Dybala dan Ronaldo menjadi masalah tersendiri bagi Juve, padahal kedua pemain ini adalah aset terbaik tim.

Kondisi berbeda juga dihadapi Sarri di Juve jika dibandingkan dengan pengalamannya di Napoli dan Chelsea. Jika di kedua tim sebelumnya Sarri mengandalkan sayap-sayap kecil nan cepat seperti Hazard, Willian, Pedro (Chelsea) dan Insigne, Mertens (Napoli) maka hal itu tidak ada di Juve. Sayap-sayap Juve tidak kecil dan cepat, Bernardeschi dan Ronaldo tidak seperti sayap-sayap mungil Chelsea dan Napoli. 

Juve punya Cuadrado dan Costa tapi penampilan keduanya musim lalu di bawah standar. Lini tengah Juve pun tidak memiliki power seperti Kante atau Hamsik. Walau Ramsey, Bentancur, dan Matuidi mungkin bisa memerankan peran tersebut tapi masih perlu dicoba.

Akan menarik menyimak pekan-pekan awal di kompetisi resmi untuk melihat permainan Juve dengan ide Sarriball yang dibawa Sarri. Apakah pemain-pemain Juve bisa cukup cepat beradaptasi dengan gaya permainan baru setelah dalam 5 tahun terakhir selalu memainkan gaya permainan konservatif yang sama?

Namun bagi Sarri yang selama 1 musim terakhir kesulitan merokok di Stamford Bridge, dia bisa dengan leluasa kembali merokok di Allianz Stadium. Juve pun cukup sukses dengan pelatih dengan kebiasaan merokok di pinggir lapangan, terakhir kali bersama Marcello Lippi. Semoga dengan pelatih yang sama-sama gemar merokok, gelar UCL bisa kembali diraih.

Sarri merokok (planetfootball.com)
Sarri merokok (planetfootball.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun