Mohon tunggu...
Andre Situmorang
Andre Situmorang Mohon Tunggu... Administrasi - PhD Student, Juventini

Juventini dan penyuka olahraga yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Shakespeare Menulis Sejarah

7 April 2017   14:13 Diperbarui: 8 April 2017   17:30 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Craig Shakespeare, bukan William Sheakespeare sang penulis terkenal, pelatih caretaker Leicester ini baru saja menulis sejarah di sepakbola Inggris. Dengan kemenangan 2-0 Leicester atas Sunderland, Rabu dini hari kemarin (waktu Indonesia), Shakespeare mencatatkan diri sebagai pelatih yang mampu menang 5 laga beruntun di Liga Premier Inggris. Ia menjadi satu-satunya manajer asal Inggris yang mampu melakukan hal tersebut di awal karirnya menangani sebuah tim di EPL.

Craig Robert Sheakespeare, lahir di Birmingham, Inggris pada 26 Oktober 53 tahun silam. Memulai karir profesional sepakbola sebagai gelandang kiri di Walsall mulai tahun 1981, ia melalui 8 musim bersama tim tersebut dengan memegang 284 caps. Ia juga mencatatkan lebih dari 100 caps untuk West Bromwich Albion (WBA) dan Grimsby Town. Setelah pensiun (mengutip wikipedia.org), Shakespeare kembali ke West Brom untuk menjadi Football Community Officer, di mana tugasnya adalah mempromosikan sepakbola kepada komunintas lokal pada level akar rumput. Lalu pada tahun 2006, ia menjadi pelatih tim cadangan (reserve team) West Brom di bawah pelatih kepala Bryan Robson dan asistennya Nigel Pearson. Dengan kepergian Robson dan Pearson di tengah musim, Shakespeare mendapat kesempatan menangani tim utama WBA walau hanya 1 pertandingan melawan Crystal Palace sebelum kedatangan pelatih anyar, Tony Mowbray. West Brom menang 2-0 atas Palace ketika itu.

Di tahun 2008, dia menjadi asisten Pearson di Leicester City. Shakespeare dan Pearson memang teman akrab, keduanya pernah bermain bersama di Sheffield Wednesday sebelum bekerja sama di jajaran kepelatihan West Brom. Selanjutnya Shakespare selalu menjadi asisten Pearson, baik ketika ia pindah ke Hull City pada tahun 2010 maupun ketika kembali ke Leicester City pada tahun 2011. Tetapi ketika Pearson digantikan Ranieri pada tahun 2015, Shakespeare tetap pada posisinya menjadi asisten kepala di Leicester City. Ia menjadi tangan kanan Ranieri ketika Leicester secara mengejutkan menjuarai Liga Premier Inggris musim lalu. Ia juga menjadi salah satu staf kepelatihan timnas Inggris (bersamaan dengan tugas di Leicester) ketika tim tersebut ditangani Sam Allardyce, tetapi setelah Allardyce dipecat ia kembali kembali ke Leicester.

Shakespeare dan Pearson, pasangan pelatih dan asisten (dailymail.co.uk)
Shakespeare dan Pearson, pasangan pelatih dan asisten (dailymail.co.uk)
Shakespeare di tim kepelatihan timnas Inggris arahan Allardyce (dailymail.co.uk)
Shakespeare di tim kepelatihan timnas Inggris arahan Allardyce (dailymail.co.uk)
Hingga ketika Ranieri dicopot dari jabatannya Februari lalu, Shakespeare menerima karunia sebagai pelatih kepala interim di Leicester hingga akhir musim ini. Siapa yang sangka Shakespeare mampu memberikan hasil sempurna bagi Leicester. Ketika Ranieri dipecat, Leicester baru saja menderita 5 kekalahan beruntun dan laga pertama Shakespeare adalah melawan Liverpool di King Power Stadium. Shakespeare juga harus memimpin Leicester di kompetisi Liga Champion Eropa dengan kondisi baru saja kalah 1-2 di kandang Sevilla. Para fans bertanya-tanya, mampukah Shakespeare mengembalikan mental bertanding Vardy, Mahrez, dkk dengan kondisi demikian, apakah Shakespeare adalah orang yang tepat menggantikan Ranieri. Jika Ranieri, pelatih yang mampu membawa Leicester juara EPL saja tidak sanggup, bagaimana asistennya? Manajemen Leicester tampak yakin dengan keputusan mereka mengangkat Shakespeare sebagai manajer caretaker. Karakternya yang kalem, hangat dan humoris dianggap tepat untuk kembali mengangkat moral anak-anak Leicester.

'In terms of getting teams prepared, I'd like to think my man-management style can do that. There are enough games there and this squad are good enough to get themselves out of this,’ he said. 'Do I think I can do the job? Yes. Does it phase me? No. But the focus is just on Monday night.'

‘Menyangkut persoalan mempersiapkan tim, saya rasa gaya kepelatihan mampu melakukannya. Masih ada jumlah pertandingan yang cukup dan pasukan ini cukup baik untuk keluar dari kondisi ini.’ katanya.’Apakah saya berpikir saya mampu. Ya. Apakah itu menakuti saya? Tidak. Saya fokus hanya untuk pertandingan Senin malam.’

(wawancara Craig Shakespeare ketika diangkat menjadi manajer Liecester, dikutip dari dailymail.co.uk)

Shakespeare membuktikan dengan mencatatkan hasil gemilang. Tidak hanya menang dari Liverpool dengan skor meyakinkan 3-1, dia juga membawa Leicester sebagai satu-satunya tim Inggris yang bertahan di UCL setelah mengandaskan Sevilla dengan skor 2-0 dan membawa Leicester ke perempat final menghadapi Atletico Madrid. Tuah Shakespeare tidak berhenti di situ, Leicester menjadi tim kedua setelah Spurs yang mampu membalikkan keadaan dari 5 kali kekalahan beruntun dengan 5 kemenangan beruntun di liga. Shakespeare sendiri melewati rekor Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Guus Hiddink, dan Pep Guardiola sebagai pelatih yang mampu menang 4 kali beruntun di laga awal masa kepelatihannya di klub-klub Liga Premier Inggris. Dengan hasil ini, sementara Leicester terangkat dari jurang zona degradasi dan sudah berada di posisi 10 besar liga saat ini. Shakespeare juga berhasil membuat Jamie Vardy menjadi tajam kembali. Dengan golnya ke gawang Sunderland Rabu pagi, Vardy sudah mencetak 3 gol beruntun di pertandingan liga. Hal yang tak pernah dilakukannya sejak Mei 2016 silam. Vardy juga kembali dapat mencetak gol bagi timnas Inggris di pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 akhir Maret kemarin kala Inggris menang 2-0 dari Lithuania.

Leicester masih menyisakan 8 laga lagi di liga dan juga pertandingan perempat final UCL melawan Atletico Madrid. Masih ada laga-laga berat menanti, di antaranya Arsenal, Spurs, dan Manchester City. Mari kita tunggu kiprah Shakespear dan Leicester berikutnya. Akan berakhir di peringkat berapakah juara musim lalu ini? Dan apakah Shakespeare akan diberikan kepercayaan menajdi pelatih kepala Leicester musim depan? Kisah apa lagi yang akan ditulis Shakespeare?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun