Gegap gempita olahraga jet darat F1 saat ini tak lagi semegah biasanya. Perubahan regulasi, tidak ketatnya persaingan pembalap, sampai suramnya prestasi tim-tim besar menjadi penyebab utama mulai jatuhnya bisnis balapan mobil tercepat dunia ini. Akibat hal-hal tersebut, F1 kehilangan pasar, ditinggal penonton dan fans setia, serta menurunnya nilai hak siar.
Perubahan regulasi yang paling berdampak pada F1 adalah perubahan spesifikasi mesin dari V8 kapasitas 2,4 liter menjadi mesin V6 1,6 liter dan dibatasinya putaran mesin menjadi hanya 15000 RPM pada regulasi tahun 2014. Hal ini membuat suara mesin mobil F1 tidak senyaring biasanya. Menurut data pada tahun 2014, F1 kehilangan 25 juta pemirsanya. Berkurangnya penonton, berarti berkurangnya pemasukan bagi panitia penyelenggara.
Persaingan dalam dunia balap mobil ternama ini beberapa tahun terakhir monoton. Balapan F1 hanya dikuasai satu tim pabrikan, yakni Mercedes. Nama pembalap Mercedes, Lewis Hamilton dan Nico Rosberg bergantian menghiasi puncak klasemen pembalap. Nama Mercedes sendiri terus menerus ada di puncak klasemen konstruktor dalam 3 tahun terakhir. Dalam balapan, tidak ada 1 tim atau pembalap pun yang bisa memberikan tekanan berarti untuk pembalap-pembalap Mercedes. Akibatnya, tidak perlu menonton siaran pun orang sudah tahu siapa juara balapan, bahkan juara akhir musim. Sesi kualifikasi dan balapan menjadi tidak menarik dan sering kali membosankan. Dominasi Mercedes di ajang balapan F1 membuat pasar F1 tidak lagi bergairah.
Meroketnya Mercedes juga diikuti dengan melempemnya tim-tim besar langganan juara di arena balap F1. Orang-orang yang sudah mengikuti F1 dari tahun 1990-an hingga awal 2000 pasti mengidolakan Ferrari dan McLaren. Ferrari yang dulu jaya dengan Michael Schumacer, serta McLaren dengan Mika Hakkinen itu sekarang harus berada di bawah bayang-bayang Mercedes dan bahkan Red Bull. Performa Ferrari dan McLaren tidak pernah bisa melampaui 2 konstruktor tersebut dalam 3 tahun terakhir. Para fans setia kedua tim sudah tidak sabar lahirnya juara baru dari tim unggulan mereka, namun apa daya mengejar kecepatan dan akselerasi mobil-mobil Mercedes dan Red Bull pun tidak mampu.
Akibat dari menurunnya daya jual F1 di mata pemirsanya membuat pasar bisnis F1 meredup. Dampaknya para penyelenggara utama F1, yakni sirkuit-sirkuit tempat berlangsungnya balapan mulai memikirkan untuk tidak melanjutkan kontraknya. Sirkuit Sepang, Malaysia contohnya, berencana tidak memperpanjang kontraknya untuk pelaksanaan F1 yang akan berakhir di tahun 2018, padahal Sepang memperpanjan kontrak untuk penyelenggaraan MotoGP hingga 2021.
Begitu pula dengan Sirkuit Singapura dan Sikrkuit Silvestone, Inggris. Kontrak Singapura sebagai penyelenggara balapan F1 habis tahun ini, dan jika tidak diperpanjang F1 akan kehilangan balapan malamnya yang termegah. Hal ini tentu menjadi pukulan bagi dunia balap F1. Begitu pula dengan Sirkuit Silverstone, Inggris yang berencana mengaktifkan klausul pemberhentian kontrak mereka pada tahun 2019.
Masalah ini yang coba dipecahkan Bernie Ecclestone, sebagai CEO Formula One Group, dan timnya melalui serangkaian perubahan regulasi untuk musim balap 2017 ini. Ferrari pun mencoba mengembangkan mobil yang semoga bisa bersaing dengan Mercedes dan Red Bull tahun ini. Dan tampilnya pembalap muda menjanjikan seperti Max Verstappen semoga dapat memberikan angin segar baru pada peta persaingan pembalap F1 dengan gaya balapnya yang agresif. Kita lihat saja kelanjutannya di musim balap tahun 2017 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H