Mohon tunggu...
Andre Yusuf
Andre Yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salah satu Mahasiswa di Institut Pesantren Mathali'ul Falah

Mahasiswa Aktif Institut Perguruan Mathali'ul Falah. Dan Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim Akibat Aktivitas Manusia

30 November 2022   20:07 Diperbarui: 30 November 2022   20:17 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah bencana alam terjadi di Indonesia di tahun 2022. Sebut saja naiknya air laut, gempa bumi, angin puting beliung dan banjir yang terjadi di beberapa daerah. Bencana, salah siapa? Apakah ini memang takdir, atau justru kita manusia tanpa sadar atau secara sadar telah andil besar dalam merusak alam sehingga menyebabkan terjadinya bencana? 

Penebangan hutan secara masif, membuang sampah di bantaran sungai, pengerukan tambang, tanpa mempertimbangkan keberlanjutan alam semakin memperburuk terjadinya krisis alam. Namun aktivitas semacam ini seperti di biarkan saja, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Dan hari ini kita dihadapkan pada persoalan krusial yang berkaitan dengan penurunan kualitas kepekaan sosial dan lingkungan, yang berpengaruh terhadap keselamatan warga dan ruang hidupnya. Isu perubahan iklim semakin nyata dialami dan memasuki tahap kritis. 

Pemanasan global, cuaca ekstrem, hujan yang tidak menentu disertai angin kencang menandakan bumi kita semakin rapuh akibat aktivitas manusia dan kebijakan pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan.

Cara pandang konsep pembangunan hari ini telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan lingkungan. Orientasi manusia modern yang cenderung materialistik dan hedonistik dapat berpengaruh besar karena cara pandang manusia tentang sistem lingkungannya akan berpengaruh besar terhadap kerusakan lingkungan saat ini. 

Hal ini diperkuat oleh pandangannya White (1967) dan Ravest (1971), yang melihat adanya pandangan dikotomi yang memandang alam sebagai bagian terpisah dari manusia, dan paham antroposentris yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terjadinya kerusakan lingkungan.

Dalam konteks ini, krisis lingkungan yang terjadi seperti yang telah diuraikan diatas hanyalah dampak yang terlihat. Sedangkan sumber permasalahan utamanya adalah cara berfikir manusianya. Apakah alam hanya dilihat sebagai suatu hal yang dapat di ekploitasi saja? Ataukah sebagai ruang hidup yang harus di jaga keseimbangannya.

Saat ini bencana alam sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, pencemaran air, limbah, dan sampah plastik yang tidak terurai dengan baik. Tentu saja dari sejumlah peristiwa bencana yang terjadi dapat kita tangkap bahwa kita sudah mulai banyak kehilangan sumber daya alam yang menjadi penopang kehidupan manusia sekaligus menjadi penyeimbang ekosistem mahluk hidup. 

Maraknya bencana yang terjadi tidak terlepas dari sistem tata kelola lingkungan hidup yang cenderung memanfaatkannya saja tanpa ada pemulihan secara tepat dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun