Kita Sudah Memasuki Era Kecerdasan Buatan, dan banyak pekerjaan yang terancan akibat AI. Bukan Saya saja yang mengatakan hal itu, namun banyak yang berpendapat seperti seperti itu. Namun perbedaan pendapat tidak akan membawa hasil apa pun.
Suka atau tidak suka, AI sudah ada dimana-mana, dan itu akan mengubah seluruh pandangan yang kita tahu. Peluang kehilangan pekerjaan karena AI memang hal yang menakutkan, tapi ini bukan pertama kalinya sesuatu yang mengancam penghidupan masyarakat.
Daripada takut terhadap AI, kenapa tidak kita memanfaatkan dan menggunakannya untuk membantu pekerjaan Anda? Kenyataannya adalah meskipun pekerjaan sebagian besar orang mungkin tidak berada dalam bahaya (setidaknya, saat ini juga), sudah ada contoh AI yang menggantikan manusia di tempat kerja. Jadi, jika Anda tidak beradaptasi, Anda akan tertinggal.
Etika seputar penggunaan AI di tempat kerja bukanlah topik yang mudah dipahami. Hal ini mencakup banyak dimensi filosofis, mulai dari pertanyaan tentang sifat dan nilai kerja manusia hingga isu keadilan, eksploitasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
1. Edukasi diri Anda sendiri tentang AI
Saat menggunakan AI, kita tergoda oleh kemudahannya. Namun sebelum Anda ingin menggunakannya untuk bekerja, Anda perlu mengedukasi diri sendiri tentang hal itu. Itu mencakup semuanya, mulai dari kemampuannya hingga kekurangannya. Tanpa mengetahui keseluruhan cakupan keduanya, tidak ada cara untuk menggunakannya secara etis. Terutama jika menyangkut kekurangan dan bias AI.
2. Bersikaplah Transparan dan Terbuka
Jika Anda menggunakan AI untuk membantu pekerjaan Anda, Anda harus benar-benar jujur dan transparan tentang hal itu. Fakta tentang alat AI adalah sebagian besar alat tersebut mengumpulkan data dari Anda saat Anda menggunakannya.
3. Selalu Cek Fakta Sumber Datanya
AI terkenal suka berhalusinasi dan menyajikan informasi palsu sebagai fakta. Biasanya juga dapat memberikan beberapa informasi yang salah dan sudah tidak valid. Jadi, sebelum menggunakan hasil apa pun dari AI untuk pekerjaan Anda, Anda bertanggung jawab untuk memverifikasinya. Ini merupakan persyaratan utama apalagi kamu ingin memberikan informasi yang kamu dapat ke orang lain.
Bahkan di bidang yang tidak mengumpulkan data, misalnya dalam jurnalisme, transparansi tetap penting. Jika AI digunakan untuk menghasilkan konten, hal ini harus diungkapkan dengan jelas kepada pembaca. Anda bahkan dapat mengungkapkan algoritma AI yang Anda gunakan untuk pekerjaan Anda. Hal ini tidak hanya membantu menjaga kepercayaan tetapi juga memungkinkan dilakukannya pengawasan dan kritik yang penting dalam proses jurnalistik.
4. Jangan Jadi Malas
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, terlalu bergantung pada AI dapat melemahkan skill Anda. Banyak model AI canggih bermunculan yang mampu menulis lebih baik daripada kebanyakan manusia. Namun apakah itu berarti pekerjaan tersebut harus sepenuhnya diserahkan kepada AI?
Pekerja yang beretika, dalam konteks ini, perlu berusaha menjaga keseimbangan di mana AI berfungsi sebagai pelengkap, bukan pengganti kreativitas dan keahlian manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H